Pagi-pagi buta. Seorang wanita dengan wajah tanpa polesan make up, tengah sibuk melakukan rutinitas paginya seperti biasa. Dengan semangat pagi, yang selalu membelai jiwanya yang tersakiti oleh takdir, Case Mowelas berusaha kuat menjalani drama kehidupannya.
Sesekali dia bersenandung pelan, sekedar menghibur diri dan menguatkan hati, bahwa Tuhan sedang menguji kekuatannya bertahan hidup.
Wanita berumur 20 tahun itu, seharusnya saat ini menikmati indahnya masa remaja, juga masa menempuh pendidikan. Tapi nyatanya? Case Mowelas, kini hanyalah seorang istri dari Manager marketing pemasaran, Joe Wilianus. Dia juga begitu dibenci mertua dan iparnya.
Bruuccckkkk ....
Wanita yang membawa ember itu pun terjatuh ke lantai keramik, dan membuat lantai dapur menjadi basah. Dia terjatuh, bukan karena licin lantainya, tetapi karena tenaga sang wanita yang sudah sangat lemah.
"Hahaha, dasar bodoh, jalan itu pake mata," ejek Elvina, sembari tertawa keras, melihat ke arah Case yang kesakitan.
"Apa yang terjadi?" tanya nyonya Sabhira, yang juga berjalan menuju dapur, karena terkejut mendengar suara benda terjatuh.
"Liat tuh, wanita bodoh itu sampe terjatuh, dia jalan nggak pake mata," sahut Elvina pelan.
"Case, ada apa?" kini seorang lelaki berperawakan tegap menghampiri mereka.
"Aku tidak apa-apa," jawab Case Mowelas dengan suara lemah, kentara sekali, wanita itu sangatlah lelah.
"Kamu pucat! Jangan terlalu memaksakan diri, bangkit," titah lelaki itu dengan dingin.
Case Mowelas berusaha bangkit, namun dia terlihat begitu kepayahan, mengumpulkan tenaganya. Hal itu, membuat Joe sedikit kesal. Dia pun berniat membantu Case Mowelas untuk berdiri.
"Joe, apa-apaan kamu? Jangan kotori baju kamu yang sudah rapi. Lagian, Case hanya terjatuh biasa, bukan lagi pingsan."
"Ibu benar, aku bisa berusaha sendiri." Case menyahut dengan suara lirih.
"Case, nggak lucu kalau kamu pingsan, hanya karena belum sarapan." Suara Joe Wilianus terdengar penuh penekanan.
"Ah, jangan manja kamu Case, suka sekali cari simpatik. Perempuan itu harus kuat, jika kamu hanya wanita miskin yang tidak memiliki harta dan tahta, setidaknya kamu memiliki skil babu," ejek nyonya Sabhira, disambut gelak tawa keras dari Elvina.
Joe hanya mendengkus, melihat tingkah laku adik dan Ibunya."Dasar wanita," lirih Joe.
"Cih," decak Elvina. "Selalu saja membela wanita ini," lanjut Elvina, memutar bola mata malas.
"Yang bela itu siapa?" Joe menatap galak pada Elvina.
"Semua punya perasaan, termasuk Case." Suara Joe kembali terdengar menyahut, membuat nyonya Sabhira meradang.
"Kalau dia punya perasaan dan harga diri, seharusnya dia tidak menikah sama kamu, Joe. Dalam hidup Ibu, tidak pernah terpikir sedikitpun, bahwa kamu, menikahi pengasuh mendiang Kakek. Ah, memalukan sekali."
"Bu, ini sudah menjadi keputusan mendiang Kakek. Sudahlah, tidak perlu dibahas terus." Joe pun melihat jam, yang melingkar di tangannya.
"Ah, Joe sudah terlambat," gumam Joe.
"Ya sudah sana, cepat berangkat ke kantor," titah nyonya Sabhira. Joe pun menghela napas kesal, dan pergi meninggalkan ruang dapur begitu saja.
Joe yakin, bahwa Case bisa melewati semua ini. Karena biar bagaimana pun juga, sikap Ibu dan adiknya, sudah lama seperti ini pada Case.
"Heh, dengarkan aku! Sampai kapanpun, aku tidak akan anggap kamu sebagai menantu. Jangan kamu pikir, karena sudah berhasil menikahi Joe, hidup kamu akan bahagia, tidak akan," desis nyonya Sabhira, menatap tajam wajah Case.
"Dasar wanita miskin. Kami bahkan tidak tahu siapa ayahmu, bisa jadi, kamu hanyalah anak haram, hasil dari hubungan terlarang," lanjut nyonya Sabhira menghinanya.
"Aku kuatir, jika Ibu tahu siapa aku, Ibu akan sujud sukur dikakiku," batin Case. Namun apalah daya, kini dia hanya bisa terdiam, dan menikmati setiap luka yang mertua, ipar dan bahkan suaminya tancapkan dihatinya.
Setidaknya, dengan melihat senyuman Joe saja, hati Case sudah bahagia.
Meskipun dia tahu, pernikahan mereka bukanlah karena cinta, melainkan hanya karena permintaan kakeknya Joe.Terlanjur sudah berjanji. Case harus menelan pahitnya penghinaan dari keluarga Joe, hanya karena dianggap wanita miskin yang terhina.
Demi pengobatan sang Ibu yang juga menelan biaya besar, Case Mowelas rela mengikuti apapun kemauan Bastara Wilianus termasuk menikah dengan Joe.
Bastara Wilianus, adalah seorang pengusaha sukses dibidang kuliner, dan memiliki beberapa tanah di kota Monarki, dia adalah Kakeknya Joe yang sudah meninggal 5 bulan yang lalu.
"Ibu, sudahlah, Elvina mau berangkat dulu," ucap Elvina. "Dadah babu," ejek wanita itu, sembari tertawa keras, meninggalkan ruang dapur.
"Cepat bereskan kekacauan ini, atau kuhentikan biaya pengobatan Ibumu."
"Jangan," lirih Case. "Baiklah, akan kubereskan secepatnya," lanjut Case dengan perasaan terluka.
"Pinter, makanya hidup jangan jadi miskin," desis Sabhira, sembari berlalu meninggalkan dapur.
Sudah menjadi makanan sehari-hari Case, dihina dan dimaki. Ditertawakan dan direndahkan.
***********
"Tuan Joe, hari ini Presdir Jeremy akan datang, tolong persiapkan semuanya dengan baik," ucap asisten Jeremy melalui sambungan telepon.
"Baik, Tuan Wilson."
Joe yang merupakan Manager disebuah perusahaan raksasa, Giant Company Group ini, selalu menjadi kebanggan keluarga Bastara Wilianus.
Sedangkan Elvina, dia masih berstatus mahasiswa semester akhir. Dan rencananya pun, akan mengikuti jejak sang kakak, berkarir di perusahaan raksasa itu.
Meeting kali ini, membahas prestasi para karyawan Giant Company Group, dan akan diadakan pemberian penghargaan juga bonus, yang akan diadakan di kediaman Jeremy malam ini.
______Makan Malam
"Apa? Aku harus ikut?" Case terkejut, mendengar penuturan Joe.
"Yakin kamu mau bawa dia?" sela nyonya Sabhira. "Lebih baik kamu bawa adik kamu, dan kenalkan dia pada bosmu yang ganteng itu," sambar nyonya Sabhira, dengan mata berbinar penuh harap.
"Bos Joe sudah memiliki tunangan. Cantik dan memiliki karir yang bagus pula. Jadi, rasanya sangat mustahil, jika dia melirik Elvina."
"Maksud kakak apa?" Elvina merasa tersinggung dan tidak terima.
Meja makan menjadi sedikit ribut, membuat Case Mowelas semakin tidak berselera untuk makan lagi.
"Lagian, membawa wanita buluk begini, apa nggak bikin malu," cibir Elvina.
Bab2"Elvina," tegur Joe, menatap tak suka dengan ucapan Elvina.Elvina mendengkus dan membuang pandang dari Joe."Joe, kamu itu lelaki yang memiliki jabatan hebat di perusahaan itu. Apakah kamu tidak malu, membawa dia? Seluruh kota akan tahu, bahwa seorang Manager Giant Company Group, memiliki istri bodoh dan tidak berpendidikan seperti dia."Perkataan nyonya Sabhira semakin tajam dan kejam. Wanita nyentrik itu sangat membenci Case, semenjak Aluna Welas dan Case Mowelas dibawa Tuan Bastara Wilianus ke rumah mereka."Kalau bukan karena ayahku, tidak akan sudi kuambil kau sebagai menantu."Case hanya terdiam, dan berusaha menyabarkan diri, melapangkan dadanya sebisa mungkin. Case bertahan demi Ibunya, yang kini terbaring koma di rumah sakit.Biaya sepenuhnya ditanggung keluarga Joe, begitulah permintaan terakhir Tuan Bastara p
Bab3"Maafkan saya, saya sudah membuat kegaduhan di acara Tuan." Masih dengan posisi menunduk, Case memberanikan diri bersuara."Joe, bawalah dia pulang," titah Jeremy."Baik, Tuan." Joe menjawab dengan berat hati sebenarnya, sebab dia, belum sempat menikmati acara dan berbincang dengan orang-orang penting lainnya.Apalagi di acara besar ini, banyak di hadiri, para tetua dan pemegang saham lainnya. Sangat di sayangkan sekali, jika Joe pulang lebih awal, tanpa sempat menjual wajahnya ke beberapa orang penting di jamuan malam ini."Ketua," desah tunangan Jeremy.Jeremy pun menoleh, sang ayah pun mendekat dengan senyuman di wajahnya dengan wanita cantik di samping lengannya. Diikuti Khan, yang sudah berganti pakaian."Halo cantik," sapa pemilik Giant Company Group itu, pada tunangan Jeremy."Jeremy, apakah acara pertunangannya masih lama? Mama akan membawa Papa untuk beristirahat."Wanita yang menyebut dirinya M
Bab4"Hei, Joe, baru pulang?" tanya Mary. Ia pun bangkit, dan berniat memeluk lelaki itu.Namun Joe, menghindari Mary."Joe?" Alis Mary bertaut, menatap heran pada sikap Joe."Mary, bukan di sini tempatnya.""Apa masalahnya? Bukankah kita sudah sepakat, untuk berdamai? Apa kamu takut, wanita miskin itu akan cemburu?" Mary membrondong Joe dengan beragam pertanyaan, disertai dengan tuduhan."Mary, duduklah, aku mau membersihkan diri dulu," pinta Joe. Mary sebenarnya teramat kesal, namun dia pun tidak ingin membuat kesalahan lagi.Dia baru kembali ke kehidupan Mary, setelah sebulan lamanya, mereka memutuskan untuk break. Mary memang tidak banyak menuntut lagi, dia berusaha untuk mengerti.Namun kebenciannya pada Case Mowales, itu sangatlah besar."Dasar perempuan penggoda, jika aku tidak tahan lagi, akan kubunuh dia dengan tanganku," batin Mary.Mary berusaha tenang, dan memberikan senyuman penuh pengertian. "Oke Joe,
Bab5"Sudahlah, aku sudah kenyang," ucap Joe sambil berdiri dari duduknya.Mary menelan saliva, dia sadar akan kesalahannya kini, terlalu terbawa perasaan, sehingga memaksakan kehendak dan berakhir menuduh Joe seenaknya.Melihat aura dingin yang Joe tampilkan, Mary tahu, lelaki itu sangat marah kepadanya."Maaf," lirih Mary. Tapi Joe hanya mendengkus, dan meninggalkan meja makan.Elvina terdiam, dia pun tahu Kakaknya begitu marah. Karena meninggalkan makanannya tanpa di habiskan sama sekali."Mary, biarkan Joe tenang dulu," ucap nyonya Sabhira. Mary menoleh ke arah nyonya Sabhira, dengan wajah mengiba, memohon pertolongan."Sabar dulu," lanjut nyonya Sabhira.Usai masuk ke dalam kamar, Joe tercenung sesaat. Bagaimana keadaan Case sekarang ini? Dia keluar dengan panik di malam hari begini.Pikiran Joe mendadak kalut, dia pun akhirnya meraih jaket, dan juga kunci mobil. Biar bagaimana pun juga, Case adalah istr
Bab6Joe dan Case Mowelas berjalan menuju mobil. Case Mowelas tidak berani beradu pandang dengan Joe, dia hanya menunduk, dan berjalan di belakang lelaki itu.Case Mowelas berniat membuka pintu mobil tengah. Ini kali pertama, dia menaiki mobil Joe, setelah 6 bulan pernikahan."Mau ngapain? Kamu pikir aku supirmu?" tanya Joe, sembari menatap dingin wajah Case Mowelas."Maaf," lirih Case. Wanita itu pun bergegas, membuka pintu samping kemudi.Keduanya memasuki mobil, masih dalam suasana hening. Hingga mobil melaju, meninggalkan parkiran rumah sakit."Sejak kapan, kamu begitu dekat dengan Tuan Khan?" tanya Joe membuka percakapan."Barusan," jawab Case Mowelas singkat."Jangan coba membohongiku, Case. Aku melihat kalian begitu akrab dan juga dekat. Bahkan, lelaki itu nampak menaruh perhatian khusus," kata Joe dengan suara dingin."Aku berkata apa adanya," jawab Case."CASE ...." Joe berteriak. "Jangan memancingku! Kam
Bab7Joe tersenyum nakal, ketika merasakan tubuh Case gemetaran. "Kau ketakutan padaku? Bukankah kita suami istri," goda Joe, membuat Case semakin panik."Ini sungguh tidak lucu," ungkap Case dengan wajah tegang.Joe Wilianus terkekeh. "Kau sangat percaya diri, kau pikir aku akan menyentuhmu? Oh Nona yang tidak jelas asal-usulnya, cepatlah bantu aku membersihkan punggung dengan segera! Sebab aku merasa kotor terlalu lama di dekatmu," ejek Joe Wilianus, membuat Case Mowelas menarik napas dalam.Kata-kata seperti ini, memang sering Joe Wilianus dan keluarganya katakan pada Case. Case hanya bisa terus menyabarkan diri, dan mematuhi ucapan Joe layaknya seorang tuan."Apakah kamu menyukai Khan?" tanya Joe tiba-tiba, kala Case Mowelas dengab cekatan menggosok pelan punggung kekar lelaki di depannya."Biasa saja, aku tidak begitu mudah menyukai orang.""Oh ya? Kesannya harga dirimu begitu tinggi," ejek Joe, sembari terkekeh.
Bab8Melihat Case Mowelas yang sedang menyantap sarapannya dengan santi, membuat emosi nyonya Sabhira memuncak."Dasar pembawa sial," teriak nyonya Sabhira, sembari meraih piring dari tangan Case, dan memukulkannya ke kepala wanita itu."Aawwwww ...." Case Mowelas menjerit kesakitan."Dasar pembawa sial," teriak nyonya Sabhira. Wanita tambun itu berniat memukul kembali, namun Elvina bergegas meraih tangan Ibunya."Bu, jangan lakukan itu," kata Elvina. "Nanti kita akan bermasalah," lanjutnya dengan memegang erat tangan nyonya Sabhira."Lepaskan! Biarkan kubunuh saja wanita sialan ini. Dia dan Ibunya sama saja, hanya menjadi benalu di rumah ini, dasar miskin," teriak nyonya Sabhira dengan emosi meledak-ledak."Jangan kotori tangan Ibu! Untuk apa semarah ini," ucap Elvina menenangkan. "Sudah tau dia bodoh, mau Ibu pukuli seperti apapun, dia tidak akan bercerai dari kakak. Karena apa? Hidupnya hanya akan menjadi pengemis jalanan, da
Bab9Panik, Angela Alexander sekarang panik. Bahkan melihat suaminya begitu antusias dengan kabar ditemukannya Aluna Welas, membuat hati Angela Alexander terasa sakit."Istriku," seru Wiliam Alexander, ketika menoleh ke arah Angela, yang sedang menyisir rambutnya di depan meja rias."Hhmmm ...." suara Angela terdengar berat."Apakah tidak masalah, jika aku keluar sebentar?""Untuk menemui masa lalumu?" tembak Angela tanpa basa-basi. Wanita itu masih sibuk dengan rambutnya di depan cermin."Hhmm, kupikir kamu sudah mendengar dengan jelas tadi. Baiklah, aku akan membawa beberapa anak buah, untuk menemuinya, apakah kamu ingin ikut?""Tidak.""Kenapa? Bukankah dia kerabatmu?"Angela menghela napas berat, dan meletakkan sisirnya di atas meja. Wanita itu, mengalihkan pandangannya dari cermin, dan menghadap Wiliam Mose, yang duduk di atas ranjang, dan menyandarkan dirinya di dipan."Suamiku, kamu pikir aku wanita k