"Maaf ini tujuannya kemana?" tanya Andra. "Ke pantai saja," sahut Diandra"Apa kau tak keberatan?"Diandra memalingkan pandangannya kepada Dion yang duduk di sampingnya. "Tentu saja tidak, aku akan menemanimu kemana pun kamu mau," balas Dion. "Baguslah, kalau begitu cari pantai yang paling bagus pemandangannya!" titah Diandra pada Andra yang sedang fokus mengemudikan mobilnya. "Baiklah!" balas Andra. Tiba-tiba tanpa banyak bicara Lyli mengusap keringat di kening Andra dan itu membuat Diandra yang duduk di belakangnya langsung terperangah. "Kau tidurlah, tak usah repot membasuh keringatku!""Aku tak ingin mengotori tanganmu yang lembut," ucap Andra. Perasaan Lyli makin tidak terkontrol, gadis itu dibuat terus berbunga-bunga seakan ada banyak petasan di dalam dirinya yang siap membuatnya meloncat kegirangan. "Astaga.. untuk sejenak aku ingin melupakan jika ini hanya sandiwara. Andai kata-kata itu nyata untukku, aku akan jadi wanita terbahagia saat ini. Sudah lama aku menantikan
Andra menatap ke arah Diandra yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Dion, dan pura-pura tak melihat bodyguardnya tersebut. "Apa kalian sedang menggunakan kami untuk memanas-manasi satu sama lain," bisik Lyli. Andra tersenyum frik kembali. Ia seakan tak ambil pusing dengan sikap mantan kekasihnya tersebut. "Apa menurutmu dia cemburu?" Andra menatap Diandra tanpa ekspresi apapun, laki-laki itu kembali menghisap rokok di tangannya tanpa menoleh ke arah Lyli yang sedari tadi duduk di sampingnya. "Ku rasa ia cemburu," balas Lyli. "Dia terlalu bodoh untuk bersandiwara," sahut Andra. "Ya, dia tak sepertimu yang terlalu ahli sampai seperti tak punya hati!" timpal Lyli. "Hatiku sudah lama mati," sahut Andra seakan tanpa dosa. "Kau bahkan menciumku, aku bisa saja salah mengartikan sikapmu itu. Bagaimana bisa kau melakukannya saat kau tak ada perasaan apapun terhadapku," ujar Lyli sambil mengeryitkan keningnya. "Mudah, aku hanya menganggapmu patung yang bisa aku mainkan sesu
Dua pasangan itu pun berlalu meninggalkan pantai dan berjalan menuju mobil untuk mencari rumah makan. Di dalam mobil pun tak ada perbincangan hingga suasana sangat sunyi. Sampai akhirnya Andra membuka suara. "Maaf anda mau makan dimana, Tuan?" tanya Andra sopan. "Ehm dimana ya, sayang menurut kamu, kita enaknya makan apa?" Dion malah balik bertanya pada Diandra yang asyik melamun. "Terserah kamu saja," balas Diandra lembut. "Kalau begitu di rumah makan terdekat saja, dari pada keburu kelaparan," sahut Dion yang masih menggenggam tangan Diandra. "Baik," jawab Andra. Andra melajukan mobilnya menuju tempat sesuai tujuan sang tuan. Tak butuh waktu lama mobil itu pun terhenti. Kedua pasangan itu turun dari mobil. Mereka berjalan masuk ke dalam restoran dan memesan beberapa menu, Dion mengajak Andra bergabung bersama dalam satu meja dengan dia dan Diandra. Tak berapa lama menu pesanan mereka pun tiba, mereka pun bersiap menikmati hidangan. Andra duduk di depan Diandra sedangkan Dio
Laki-laki bertubuh atletis berkulit putih tinggi sekitar 187 cm. Dengan tatapan yang tajam berjalan dengan santai menyusuri sudut kota. Tatapan yang tak ramah membuat siapapun enggan mendekat padanya. Masa kecilnya ia habiskan di panti asuhan sedangkan masa remaja ia habiskan di jalanan. Kehidupan jalanan yang keras membuat hidupnya tak tentu arah. Berkelahi, Drugs, Miras, makanan sehari-hari baginya. Meski satu yang tak akan pernah ia lakukan sekalipun ia hidup di jalanan yaitu main perempuan dan seks bebas. Karena ia tak ingin membuat kesalahan seperti yang di lakukan kedua orang tuanya. Alasan mengapa ia sampai di tinggalkan di panti asuhan. Andra adalah anak seorang wanita korban pemerkosaan.Dan sang ibu terpaksa menaruh Andra di panti asuhan karena beliau masih trauma dan merasa belum siap untuk menjadi seorang ibu. Tapi yang jadi masalah adalah Tysa ibu Andra ini tidak pernah menjenguk Andra hingga Andra beranjak dewasa dan
"Kenapa tuanmu memilih mantan penbunuh sepertiku untuk menjadi pengawal putrinya?" tanya Andra kepada ajudan dari Angkasa ayah Diandra."Karena beliau mendengar semua keahlihan anda.""Dan beliau merasa andalah yang paling tepat melindungi nona Diandra," balas ajudan itu menyampaikan sesuai yang dikatakan tuannya."Untuk gaji anda tidak perlu cemas tuan kami akan membayar dengan harga yang pantas," sambung ajudan itu memcoba membujuk Andra dengan iming-iming imbalan."Apakah tuanmu Angkasa adalah sahabat ayah angkatku Hiro?""Karena aku pernah mendengar dulu ayahku pernah berbicara tentang seorang yang bernama Angkasa," ucap Andra coba memastikan apa Angkasa yang difikirkannya adalah orang yang sama dengan sahabat ayah angkatnya."Ya.. tuan kami adalah sahabat dekat Tuan Hiro.""Oleh sebab itu Tuan Angkasa sangat percaya dan yakin akan kemampuan anda," tukas Abrah
"Orang kepercayaanku menemukan identitas ibumu saat mereka mendesak pengurus panti tempatmu dulu dititipkan itu untuk bicara.""Dan terungkaplah bahwa kamu adalah anak yang terpaksa di titipkan di tempat itu karena ibumu mengalami trauma.""Trauma yang menggucang jiwanya kala itu.""Kehadiranmu memang tidak diinginkannya sejak awal.""Karena ia adalah korban pemerkosaan.""Karena rasa trauma dan kebelumsiapan ia menitipkanmu di panti asuhan.""Setelah itu kami terus memburu lokasi ibumu bermodal foto dan alamat lamanya.""Setelah berbulan-bulan mencari akhirnya penantian kami terbayar.""Orang suruhanku menemukan ibumu.""Aku dan Hiro berangkat ke lokasi.""Kami berbincang langsung dengan ibumu yang ketakutan melihat kedatangan kami.""Hingga kami berhasil meyakinkan beliau dan beliau akhirnya menceritakan semuanya.""Kami faham saat itu ia tak memiliki
"Siapa itu?" Tanya Angkasa sambil bangkit berdiri.Andra menatap tajam kearah pintu iapun mulai berlari keluar. Betapa terkejutnya ia melihat para penjaga rumah Angkasa yang tergeletak pingsan di beberapa sudut ruangan. Lalu Andra terus berjalan hingga ia berhadapan dengan laki-laki berbadan tegap dan tinggi yang menatap tajam sambil tersenyum kecut ke arahnya."Dimana tuanmu?""Suruh dia keluar!""Jangan sembunyi seperti tikus!!""Atau kamu kaki tangan terbarunya yang diminta melindunginya.""Bocah ingusan sepertimu apa yang bisa kamu lakukan?"Alexs memancing emosi Andra.Andra mencoba bersikap tenang. Ia mengangkat alis dan melempar senyum kearah Alexs.Dalam hati ia mulai berfikir mungkinkah sikap arogansinya ia warisi dari sikap sang ayah. Jika benar orang dihadapannya adalah ayah biologisnya sekaligus pembunuh ayah angka
"Aku kesini hanya ingin memberitahukan hal ini." "Silahkan lanjutkan istirahatmu," ucap Angkasa dan beliau meninggalkan Andra sendiri. Andra sudah tidak sabar menantikan esok hari. Ia merasa Angkasa sepertinya ingin membuktikan sesuatu padanya. Andra menutup kembali pintu kamarnya. Ia duduk di kursj kamarnya. Perasaannya campur aduk antara senang juga bingung. Apa yang akan ia katakan pertama kali jika ia bertemu sang ibu. Perasaan asing gugup berkecambuk dalam benak anak itu. Tapi Andra tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia harus mencari tahu jati dirinya dan ia juga berharap sang ibu akan berkata jujur padanya. Tentang semua alasan beliau meninggalkan Andra di Panti Asuhan tanpa menengoknya hingga Andra dewasa. Apapun kenyataannya Andra berusaha tegar, ia mulai menyiapkan hati akan hal terburuk yang mungkin akan ia ketahui besok. Malam berganti pagi. Hari y