Share

5. Tidak Untuk Selingkuh

"Ma, ini gimana?"

Kanaya mulai panik diajak pulang oleh Athalla. Bagaimana cara menjadi seorang istri yang taat kepada suami? Satu yang belum berani dilakukan oleh Kanaya. Yaitu disentuh oleh Athalla kemudian diceraikan. Namun orangtuanya selalu mendukung penuh.

Janji dengan Saka bahkan dibatalkan karena tidak berani melawan Fatan yang menunggu di rumahnya. Jujur saja kalau sebenarnya Kanaya merasa takut sekali sejak pria itu marah kepadanya. Diminta untuk jadi seorang istri yang baik untuk suaminya. Kedekatan dengan Athalla belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun sudah diminta untuk menjadi istri yang taat pada suami.

Berada di rumah seharian. Sebentar lagi Athalla akan datang menjemput untuk mereka pulang. Hidup dengan pria itu mungkin menakutkan juga bagi Kanaya. Belum pernah berumah tangga. Tapi Athalla sudah pernah gagal satu kali.

Menikah secara paksa tidak akan pernah disukai oleh wanita mana pun di dunia ini. "Apa yang kamu pikirkan tentang Athalla memangnya?" Fatan bersuara. Tidak ada penyesalan yang ada di hatinya setelah menampar anaknya tadi pagi.

Peringatan yang diberikan kepada Kanaya juga tidak main-main bagi Fatan. Dibawa pulang oleh Athalla merupakan hal yang ditakutkan oleh Kanaya. Akan tinggal berdua dengan suaminya. Tidak ada kebebasan. Tidak ada tempat mengadu kalau suaminya menyakiti dirinya.

"Papa jamin nggak dia nggak bakalan apa-apain aku?"

Fatan mengiyakan meskipun anaknya tidak menjawab pertanyaan yang tadi diajukannya. Kanaya pasti akan bahagia bersama dengan Athalla. Berusaha ditolak oleh anaknya beberapa kali. Tapi sebagai orangtua jelas juga Fatan tidak sudi lihat anaknya dibawa ke mana-mana oleh Saka. Belum tentu juga orang itu menikahi putri mereka. "Papa yang berhadapan sama dia kalau dia berani pukul kamu."

"Kalau aku dicelakai bagaimana, Pa?"

Tapi Fatan sudah pastikan jika menantunya tidak akan berbuat hal yang sangat hina seperti itu. Apalagi sampai sakiti Kanaya. "Nggak usah mikir gitu. Dia lagi di jalan. Kamu siapin saja semua barang kamu."

"Sudah siap semua, Papa."

"Ya deh, Papa doakan rumah tangga kamu baik-baik saja sama dia. Jangan berpikiran untuk bertemu sama Saka lagi. Kamu harus tahu masa lalu suami kamu seperti apa juga. Dia trauma sama perempuan. Tapi sama kamu, dia berusaha untuk jatuh cinta lagi."

Tapi Arum dengar itu malah menggeleng dengar suaminya menceritakan tentang trauma yang dirasakan oleh Athalla.

Mereka berbincang sampai pria itu datang. Kanaya sudah gugup saat suaminya datang menjemput.

"Pa, mau langsung pamit pulang nggak apa-apa?"

Fatan malah mengiyakan. Kanaya jelas takut tinggal berdua saja dengan suaminya. "Akan lebih beruntung kamu kalau menikah. Lalu suami kamu punya rumah sendiri. Apa-apa kamu bisa urus. Ingat ya rumah tangga kamu jangan sampai diikut campuri oleh mertua. Kamu harus tetap bahagia, Ay. Mama doakan yang terbaik buat kamu." tutur Arum.

Barangnya dimasukkan ke dalam mobil yang dibawa oleh Athalla barusan. Pria itu bersalaman dengan sopan. Kanaya tidak berbicara satu kata pun di dalam mobil. Pikirannya dibawa terbang oleh angin. Menghilangkan semua ego yang ada di rumahnya mengenai suaminya punya kisah buruk. Memikirkan tentang suaminya yang jahat.

Kanaya sudah hidup jauh dari orangtua sejak meninggalkan rumah orangtuanya barusan. "Ay, kamu sehat?"

"Sehat."

"Tidur kamu nyenyak?"

"Ya."

"Sarapannya kamu makan?"

Kanaya membuangnya, menyebabkan emosi tinggi pada Fatan yang sampai tega memukulnya. "Maaf."

Athalla tidak berkomentar tadinya.

Begitu mereka berhenti di salah satu rumah yang belum Kanaya lihat sepenuhnya karena pagarnya yang tinggi. "Makasih, Pak." Ucap pria itu yang sedang membuka pagar.

Kanaya menelan salivanya. "Rumah lo?"

"Hmm, lebih tepatnya rumah kita. Bukan rumah aku. Kan kita sudah menikah. Jadi ini adalah rumah kita, Ay."

Belum apa-apa tapi Athalla sudah mengatakan itu rumah mereka berdua. Kanaya mengiyakan lalu kemudian Athalla turun.

Kanaya dibukakan pintu mobil oleh suaminya. "Yuk masuk!"

"Barangnya?"

"Udah tunggu aja di atas."

Diperlakukan baik. Namun tidak membuat Kanaya langsung jatuh cinta dengan pria ini. Alasannya belum menerima status duda dari Athalla.

"Pak, mobilnya sekalian dibawa ke belakang, ya. Saya mau anterin istri ke kamar dulu. Barangnya nanti juga bawa ke kamar."

"Baik, Pak." Jawab orang suruhannya Athalla.

Begitu diajak masuk. Apa yang Kanaya cari? Semua juga sudah pasti ada di rumah ini.

Kanaya sudah bisa merasakan bagaimana ini sangat besar sekali. Apalagi ketika diajak masuk oleh pria itu ke kamarnya. "Aku mau ke kamar mandi bentar. Mau cuci muka," ucap Athalla.

Di tempat ini sangat luas. Kanaya yang hidupnya serba sederhana tapi mendapatkan suami yang seperti ini.

Harga dirinya telah hancur. Apalagi kalau nantinya jika bertemu dengan teman-teman Athalla lalu ditanya pekerjaannya apa. Bisa mati kutu hidupnya yang tidak pernah mewah. Tapi suaminya serba punya.

Rumah dengan delapan pilar menjulang tinggi di depan. Ditambah lagi ketika mobilnya berhenti tadi sudah berhenti di depan pintu langsung. Menaiki tangga, malah tangga rumahnya dilapisi dengan karpet berwarna merah. Kurang mewah apalagi hidupnya Athalla?

Sementara Kanaya hidup serba berkecukupan.

"Ay, nggak mandi?" pria itu keluar dari kamar mandi lalu membawa handuk yang masih dilipat.

Kanaya diam, tidak mengatakan apa pun. Pria itu mendekatinya. "Kamu mandi aja dulu. Ini handuknya masih baru kok."

"Gue udah mandi di rumah."

Athalla mengangguk. "Ya udah aku taruh handuknya di kamar mandi."

Kanaya ikut ke kamar mandi waktu Athalla masuk barusan. "Gue mau cuci muka juga," ucapnya.

Tapi begitu masuk ke dalam kamar mandi. Dilihatnya tempat mandinya Athalla sangat luas sekali. "Athalla, lo serius tinggal di sini?"

"Ya, baru sebulan ini sih. Dulu sama Mama. Tapi nunggu kamu selesai kuliah dulu kan. Rumahnya juga nggak kelar bentar. Empat tahun baru selesai. Dan aku langsung tempati."

Tidak heran kalau rumah ini selesai dalam jangka waktu yang sangat lama sekali. Apalagi kalau ingat kehidupan Athalla yang serba ada. Rumah mewah ini miliknya sendiri "Tempati rumah ini sendirian?"

"Ada satpam, ada ART, ada tukang kebunnya, ada tukang mandiin mobil."

Kanaya tidak mau terlihat kampungan di depan suaminya. Meskipun dia akui sendiri jika tempat mandi Athalla jauh lebih luas dibandingkan dengan kamarnya. "Kenapa lo bisa tidur waktu di rumah gue?"

"Tidurnya sama kamu, nyenyak aja kok. Kecuali kamu nggak ada di sana waktu itu."

"Tapi lo kan hidupnya beda."

"Apanya yang beda? Karena harta?"

Kanaya menganggukkan kepalanya. Kanaya selesai mencuci wajahnya lalu diberikan handuk yang lain oleh Athalla. "Nggak ada yang abadi, Ay. Ini cuman titipan. Mau banggain apa dari uang? Kalau Tuhan marah karena kesombongan kita. Otomatis semuanya ini bakalan habis. Yang penting aku sudah punya rumah, nikahi kamu, ahagiain kamu. Itu sudah cukup buat aku."

Apa dulu mereka pernah kenal sebelumnya? Karena Athalla menyebutkan jika dirinya menunggu Kanaya menyelesaikan kuliahnya. "Hmm, dulu waktu nikah pertama. Lo tinggal di mana?"

"Ada rumah lain. Dijual juga langsung waktu itu. Nggak perlu diingat-ingat lagi. Kan aku bilang aku tinggali ini baru sebulan."

Kanaya tidak bisa lanjutkan percakapan itu jika Athalla sudah membatasi diri dengan cara seperti itu.

"Nanti kalau kita sudah dekat, Ay. Kita udah bisa ngobrol santai sebagai suami istri. Aku bakalan ceritain kamu semuanya. Untuk sekarang, aku nggak mau cerita. Kita masih jadi asing seperti ini. Tunggu momen di mana kita berdua nggak canggung cerita apa-apa. Kamu ngeluh ke aku, aku cerita masa lalu aku. Pasti akan ada waktu di mana kita bisa duduk berdua. Untuk cerita semuanya."

"Gimana kalau gue nggak bisa jatuh cinta ke lo?"

"Atas dasar apa kamu nggak bisa jatuh cinta? Apa kamu yakin kalau kamu nggak jatuh cinta sama aku?"

"Yakin." Kanaya sudah mati kutu sejak awal. Selalu merasa jika semua ini hanyalah pernikahan yang diinginkan oleh orangtuanya.

Terutama yang membuat Kanaya tidak bisa lanjut lantaran latar belakang mereka yang jauh sekali perbedaannya.

"Aku sih yakin kita bakalan selamanya, Ay. Bakalan punya anak juga. Kamu bebas lakuin apa saja di rumah ini. Ajak teman-teman kamu. Mau karaoke juga ada ruangannya kok. Mau main billiard, mau bioskop pribadi juga ada. Yang jelas kamu nggak usah keluar sama pacar kamu. kalau ke rumah orangtua, aku bakalan nganterin. Kamu mau nginap, aku nggak akan batasi kamu ke rumah orangtua."

"Lo nggak masalah kalau gue nginap di sana selama seminggu?"

"Aku yang bakalan nyari kamu kalau kangen."

"Kalau gue keluar sama Saka?"

Athalla terdiam. Waktu itu Kanaya menoleh ke arah pria tersebut. Ekspresinya berbeda. "Kamu bebas lakukan apa saja yang kamu mau. Asal jangan satu, yaitu selingkuh. Sama saja kamu ulangi sakit hatiku." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status