"Masa depan tak akan pernah lepas dari masa lalu. Karena dari masa lalu kita akan banyak belajar untuk tidak mengulang apa yang etrjadi di masa lalu."
***
Kemal tampak memperhatikan gadis kecil yang tengah bermain bersama temannya. Wajah polos dengan di bingkai kerudung berwarna pink dihiasi gambar strawberry tampak bahagia. Tawa dengan menampilkan deretan gigi mentimun yang berjejer rapi membuat siapa yang melihat pasti akan ikut tertawa.
"Yaaahh, kepala barbienya copot!" seru Khansa dengan wajah sedih."Kamu kalau sisirin rambutnya jangan kuat-kuat, copot kan kepalanya," omel Khansa pada Tiara teman mainnya.
"Maaf, Khansa. Tiara ndak sengaja. Biar Tiara bawa pulang saja dulu, nanti di perbaiki sama bunda," jawab Tiara dengan wajah bersalah.
"Tidak usah di bawa pulang, sini kakak perbaiki bonekanya," kata Ghania yang baru keluar dari dapur dengan membawa secangkir teh untuk suaminya, lalu mengambil boneka di tangan Tiara.
"Terima kasih, Kak
"Air dan darah, bagaikan ikatan keluarga dan pertemanan. Dimana darah akan lebih kental dari air namun kadang kala, malah air yang lebih bisa menyatukan."***Kemal diam, pria itu bergeming sedikit pun menunggu apa yang akan disampaikan ibu mertuanya. Jujur dia merasakan sesuatu yang sangat dekat dengannya saat menatap kedua mata Khansa yang bernetra coklat terang dengan garis wajah sama seperti garis wajah wanita Arab dengan sepasang garis rahang yang kokoh.Sementara Ghania juga tampak serius, walau dia sendiri tahu apa yang akan di ceritakan sang ibu, namun wanita cantik itu tak rela bila dirinya dikatakan berneda dengan sang adik."Khansa dan Ghania sama sekali tak memiliki ikatan darah karena pernikahan, juga dengan persusuan. Karena Khansa adalah anak yang saya rawat sejak usia satu tahun.""Jadi Khansa itu anak adopsi, Bu?""Bukan adopsi sih, lebih tepatnya anak angkat. Kalau adopsi kan, Khansa di temukan oleh Ghania dan ayahnya
Suara dersik angin diantara dedaunan menimbulkan suara semilir yang memabukkan. Bau tanah sehabis hujan semalam menimbulkan sensasi tersendiri.Ghania Syaqilla menikmati suasana pagi yang dingin dengan berjalan kaki diatas trotoar setelah dirinya turun dihalte busway.Gadis cantik dengan hijab warna coklat susu itu menunduk saat melihat tali sepatu yang dipakainya terlepas ikatannya.Segera gadis itu berjongkok untuk memperbaiki tali sepatunya sebselum menjatuhkan dirinya.Tiba-tiba.. Byuurrr !!Sebuah mobil melewati genangan air begitu saja membuat air terpercik kemana - mana termasuk membasahi pakaian dan sebagian hijab yang dipakai Syaqilla.Ghania Syaqilla segera berdiri dan menatap marah kearah mobil berwarna hitam yang melaju tenang itu"Masya Allah ! Itu orang nyetir pakai mata apa tidak, sih! Main siram seenaknya. Awas kalau ketemu! Aku kempesin ban mobilmu! " ucap Ghania kesal sembari
"Jangan berkata benci bila nantinya jadi merindu. Karena Cinta itu datangnya tiba-tiba dan penuh dengan misteri. "_______________________________________ Ghania Syaqilla tampak berdiri disebelah mobil maybach berwarna hitam . Tampak sekali gadis itu sedang mengingat-ingat sesuatu. "Ahhh.. Iya. Ini mobil yang nyiprati air tempo hari. Aku harus tau siapa pemiliknya, biar bisa balas dendam. " ucap Ghania dalam hati. Gadis itu memutuskan untuk menunggu pemilik mobil mewah yang masih jarang ada di Indonesia. Maybach-Motorenbau GmbHadalahperusahaan mobil mewah yang berasal dariJerman. Didirikan pada tahun 1909 oleh Wilhelm Maybach bersama anak laki-lakinya, Karl Maybach, sebagai Direktur. Pada awalnya perusahaan ini adalah anak perusahaan dari Luftschiffbau Zeppelin GmbH yang juga dikenal sebagai "Luftfahrzeug-Motorenbau GmbH" (yang artinya adalahGedung
"Bila ada yang bilang, cinta itu misteri tak akan ada yang menyangkalnya. "_______________________________________Kemal memperhatikan dengan teliti berkas yang diberikan oleh asistennya.Berkas pribadi seorang gadis bernama Ghania Syaqilla Rasyid, berusia 24 tahun, lulusan fakultas Psikologi Anak, Universitas Riyadh, Uni Emirate Arab melalui jalur Beasiswa. Ayahnya Abdulloh Ar Rasyid seorang terkemuka di kampung tempat tinggal dan sekitarnya namun sudah meninggal dunia setahun yang lalu. Abdulloh Ar Rasyid memiliki kelompok pengajian yang cukup dikenal banyak orang."Namanya Ghania Syaqilla. Cantik tapi sangat galak. Ternyata dia pemilik kafe Marfosa , lalu kenapa dia malah ngepel lantai? " Kemal menaikkan satu alis matanya mengingat kejadian malam itu.Sebenarnya kalau dipikirkan sangatlah lucu. Dirinya yang dikenal angkuh bisa begitu mudahnya menuruti permintaan seorang gadis
"Kadang sepi jadi sahabat yang paling mengerti. Bahwa sunyi merupakan bagian dari hal yang paling memahami. "_______________________________________ Awan kelabu masih menggantung di ujung langit, saat Ghania melangkah memasuki peron stasiun kereta api di Bekasi. Ikut berdiri didalam antrian penumpang KRL yang rata-rata adalah orang-orang yang mengantungkan hidupnya di perusahaan, mall atau warung makan di ibukota negara, kota Jakarta. Saat peluit petugas stasiun berbunyi. Ghania dengan cepat berjalan menuju peron. Melewati kerumunan wanita dengan seragam yang sama asik mengobrol tentang berita salah satu artis terkenal yang ditinggal oleh tunanganya yang menikahi artis lainnya. Melewati beberapa pria dengan kemeja rapi dan dasi menghiasi lehernya, tampak gagah dan tampan. Terbaca di idcard yang tergantung di leher, kalau mereka adalah karyawan bagian pemasaran disebuah perusahaan retail.
"Jalan takdir seseorang tak ada yang bisa mengetahuinya kecuali si pembuat takdir itu sendiri."_______________________________________Hari sabtu selepas sholat Dhuha. Ghania bersiap untuk menghadiri acara akad nikah Nissa yang dilaksanakan disalah satu hotel di jalan Hayam Wuruk.Mengenakan gamis warna hijau botol berpotongan A dengan bahan yang lembut dan jatuh dipadu dengan pasmina model plisket warna abu-abu rokok membuat tampilan Ghania terlihat lebih anggun dan semakin cantik.Dan Arlena berjanji akan menjemputnya untuk bisa pergi bersama keacara pernikahan tersebut. Tepat pukul sepuluh pagi, mobil Agya berwarna merah parkir didepan rumah Ghania yang sederhana dengan halaman yang ditanami pohon buah seperti mangga manalagi, jambu air dan mlinjo."Mak, Qilla pergi dulu ya." Pamit Ghania pada wanita paruh baya yang mengantarnya hingga teras. Ibu Maesarah mengangguk dan mencium kening putrinya
"Aku kadang berpikir untuk pergi tapi kaki ini tak bisa diajak untuk berlari. Akhirnya aku hanya bisa diam di sini, menunggu hal yang tak pasti akan terjadi."_______________________________________ Kemal menghentikan mobilnya di parkiran sebuah restoran yang terletak di kawasan Ancol. Sebuah restoran yang terkenal dengan hidangan laut dan menu western juga Chinese-nya. "Kok, ke sini?" Ghania menoleh kearah Kemal yang sudah melepas safety belt-nya. "Aku lapar. Kalau kau tak lapar, maka temanin aku makan." "Kenapa aku harus menemanimu makan. Memangnya kau tak bisa makan sendirian?" "Aku hanya tidak mau, meninggalkanmu di mobil sementara perutmu berbunyi menyuarakan musik lapar. Bisa-bisa kamu pingsan lagi," balas Kemal sembari membuka pintu dan turun dari mobil,"Ayo, turun. Aku hanya mengajakmu makan. Bukan mengajakmu untuk ngamar." "Dasar mesum," decih Ghania yang disambut tawa oleh Kemal. Senyum dan tawa pria ini sangat seks
"Seberapa kuatnya kamu, pasti ada saatnya kamu akan melemah karena hatimu sedang tidak baik-baik saja. "_______________________________________ Ketika sang surya bangun dari ranjangnya kembalilah si cantik arunika yang cahayanya menyeruak dibalik segarnya dedaunan pagi. Ghania merentangkan kedua tangannya menikmati segarnya udara pagi di kampungnya yang masih terbilang asri dengan pepohonan rindang yang masih banyak berdiri tegak di pinggir jalan. "Mak, kemungkinan qilla bisa nginap di kafe malam ini. Karena pasien Qilla banyak sekali hari ini . Juga Qilla harus menyelesaikan laporan keuangan dikafe karena ini mendekati akhir bulan. " Qilla berkata sembari mengikat tali sepatu sneakers putihnya. Emak Maesarah mengangguk sembari menyuapkan sesendok nasi uduk ke mulut Ghania juga Khanza. Ini satu kebiasaan yang selalu dilakukan emak sejak Ghania masih kanak-kanak. Menyuapi putrinya sambil bermain, belajar atau han