“Mel!” Bisma menghampiri Melati yang sedang memeras bajunya.“Eh …. ” Melati tercekat mendapati Bisma yang memeluknya dari arah belakang. Ditambah ia sangat risih, karena ini masih di sekolah. keduanya saat ini sedang berada di area lapangan sekolah.Melati yang tadi dalam keadaan kotor, terpaksa membersihkan tubuhnya di kamar mandi umum lapangan. Beruntung, ada orang yang baik hati mau memberikan bajunya di loker kelas. Ya, Melati memang sudah terbiasa membawa baju ganti. Dan menyiapkan baju cadangan di lokernya.Di Sekolahnya, memang semua siswa mendapatkan loker masing-masing, bahkan saat jam istirahat tiba semua tas wajib disimpan didalam loker kelas. Ini semua merupakan bentuk antisipasi untuk meminimalisir angka pencurian.“Kenapa? Aku nunggu kamu dari tadi sayang.” Bisma mengusap lembut pipi Melati.Melati mencoba menghindar, kenapa lelaki ini mulai berani kurang ajar kepadanya?. “Mmm … maaf! Tadi ada sedikit masalah.”“Iya, nggak apa-apa. Gimana sama tawaran aku kemarin? Kamu
“Mel, nanti jangan dulu pulang yah?” pinta Bisma kepada Melati. Saat ini mereka berdua tengah berada di depan ruang kelas Melati, Kelas XI MIPA A.“Kenapa? Aku saat ini gak ada kegiatan tambahan. Jadi, kayanya mau langsung naik tadi aja,” jawab Melati. Memang saat pulang sekolah dia selalu naik kendaraan umum, hanya pagi saja diantarkan oleh supir. Karena, biasanya waktu pulang sekolah tidak menentu jamnya.“Aku hari ini ada tanding basket sama SMA Angkasa. Aku mau kamu duduk di depan untuk dukung aku.” Tidak terasa, sudah 1 bulan dari kejadian naas itu. Ya hari itu adalah hari dimana Bisma mengetahui bahwa Raya sudah tiada. Dan hari ini dengan mudah dia sudah bisa melupakan Raya dan anak yang dikandung oleh mantan kekasihnya.“Boleh. Jam berapa pertandingan dimulai?”“Jam dua siang. Kamu harus lihat dari awal, biar aku tambah semangat untuk ngalahin SMA Favorit itu.”“Okay. Aku masuk kelas dulu yah.” Melati mengangguk dan langsung memasuki kelasnya. Bisma terdiam, bagaimana bisa keka
Sesuai janjinya, kini Melati tengah menyaksikan Bisma bertanding melawan SMA Angkasa. Meski Bisma sudah resmi menjadi pacar Melati, tidak mengubah suasan lapangan. Hampir seluruh perempuan yang menonton, mereka mendukung dan meneriaki nama Bisma.Saat sedang melamin, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Menandakan ada pesan yang masuk lewat Aplikasi hijau.[Lagi nonton pertandingan basket?]Melati tersenyum, ternyata Maudi yang menghubungi nya. Perlahan Melati mundur dan menuju penjual minuman yang tidak terlalu ramai.[Ia nih, bosen.][Kamu ingat? Satu bulan yang lalu adalah awal pertemuan kita. Aku jadi ingat wajah bete kamu, saat bukunya aku ambil. Lucu :p]“”Melati hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, sedikit mengusir bosan dia memilih chatting dengan Maudi. Sambil sesekali melihat kearah lapangan.Hingga dia melihat bahwa 10 menit lagi pertandingan akan dimulai, Melati segera membeli minuman dan mengeluarkan lap tangan dari tasnya. Setidaknya dia ada alasan kenapa tidak menon
“Lepas! Aku harus ketemu …. ”“Raka!” Belum sempat Melati berbicara, Bisma sudah memotongnya. “Kenapa sih mau nemuin dia? Apa hubungan kamu sama dia. Lihat orang-orang lihatin kamu tadi.”“Aku gak suka lihat dia yang cubit-cubit hidung kamu. Dan mengambil air yang harusnya untuk aku.”Melati menggeleng, kenapa Bisma tidak mengerti juga. Apa salahnya bertanya Raka itu siapa.“Aku harus pergi. Nanti aku temuin kamu kalau bisa.” Melati segera berlari mengejar Raka. Jangan sampai pamannya mengadu kepada orangtuanya.Bisma hanya bisa mengacak rambutnya frustasi. “Sial!”“Lo itu udah dibuat malu sama pacar kamu sendiri Bisma. Lihat dia gak malu nunjukin perhatian ke lawan main kamu depan fans kamu.” Sinta datang secara tiba-tiba menghampiri Bisma.Bisma yang mendengar itu hanya acuh, dan segera pergi.“Dasar cewek udik. Sengaja banget dia pengen buat Bisma ngejar-ngejar dia. Lo udah buat gue masuk BK hari ini, Mel. Lihat aja hidup Lo nggak bakal tenang,” ucap Sinta.Dia sudah sangat kesal d
Dengan menekan segala ego dan gengsi, akhirnya seorang Bisma Adi Prasetyo mau juga untuk meminta maaf kepada Raka.“Makanya jangan main pukul,” ucap Raka sembari memberi nasehat kepada Bisma. Ini benar-benar memalukan bagi Bisma.Raka menepuk pundak Bisma sekilas, lalu berbisik. “Ya udah, gue izinin Lo buat pacaran sama dia. Tapi, sekali aja Lo buat dia sakit hati. Gue pastiin karir baik Lo hancur Bisma.”Mati-matian Bisma menahan gejolak amarah dihatinya, jika tidak mengingat dia sedang mempertahankan Melati, lelaki yang terkenal arogan itu ingin segera menghajar Raka untuk yang kedua kalinya.“Ok! Gue paham.” Bisma segera berlalu pergi. Sementara Raka hanya bisa menggeleng, ia juga berharap dalam kecemasan. Mantan-mantan Bisma sudah banyak di Sekolahnya, dan sekarang keponakan Raka sendiri yang menjadi pacarnya.Bisma menghampiri Melati yang sudah menunggu di dalam mobilnya, gadis itu tersenyum saat Bisma sudah berada di dalam.“Bagaimana respon Kak Raka?” tanya Melati antusias. Unt
“Bis … ikut ke dalam, yuk?” tawar Melati. Dengan sengaja dia ingin melihat bagaimana cara Bisma meluluhkan hati sang papah.“Boleh …. ” Bisma segera turun dari mobil mewahnya dan membuka pintu, agar Melati segera turun. Pemandangan itu jelas terlihat oleh Anton, dikarenakan pukul enam sore anak gadisnya baru pulang.Mereka berdua segera masuk kedalam gerbang, dan mendapati Anton sudah menunggunya di teras rumah.Melati segera menghampiri papahnya dan menyalami. “Mm, pah, kenalin ini Bisma.”“Hallo om, saya Bisma,” ucap Bisma dengan PD-nya memperkenalkan diri kepada Anton. Dia pun berniat menyalami tangan lelaki yang telah membesarkan melati. Namun, saat hendak mengambil kembali tangannya dia mengalami kesusahan.Dengan sengaja Anton mencengkram kuat tangan Bisma. Hingga membuat Bisma kesakitan. “Silahkan duduk,” tawar Anton, seolah mengintimidasi.Bisma pun menurut dengan kikuk dia duduk diatas kursi yang tersedia di teras rumah melati.“Kalau gitu aku mandi dan ganti baju dulu. Nanti
“Semoga kamu sadar, Bis. Perempuan itu bukan mainan. Mereka adalah harta berharga kedua orangtuanya, dan seorang lelaki tidak berhak untuk merusaknya.”Melati tersenyum menyaksikan adegan itu lewat jendela kamarnya. Jika tadi dia sempat berpikir untuk menyembunyikan statusnya dengan Bisma, kini berbeda.Dia ingin memperkenalkan Bisma dengan Papanya, agar sedikit demi sedikit Bisma paham, bahwa perempuan bukanlah barang yang seenaknya bisa dipermainkan.“Pergi kamu. jangan kemari lagi, kalau sikapmu masih seperti itu.”Terdengar dengan jelas suara teriakan Anton, dan bersamaan dengan suara mesin mobil yang mulai dihidupkan. Itu artinya Bisma telah pergi. Sekarang saatnya bagi Melati untuk membersihkan diri, dan bersiap untuk menerima hukuman dari sang papah tercinta.“Kenal dari mana sama lelaki itu?” tanya Anton. Kini keluarga Melati sedang menikmati makan malam bersama.“Dari sekolah, Pah. Kebetulan dia ketua Tim Basket,” jawab Melati. Sedikit menundukkan kepalanya.“Wih … yang nginc
“Caranya … Lo kerjain aja lewat anaknya,” jawab Rexha, yang kembali menghisap rokok.“Maksud Lo langsung tidurin gitu?” tanya Doni, antusias.“Bukan … itu terlalu cepat. Lo tinggal kiss aja si Melati tanpa dia tahu, kasih tanda di lehernya. Anak bokap kayak gitu, pasti masih suka manja-manja sama orangtuanya.” Rexha mulai serius, dan menyimpan rokoknya terlebih dahulu.“Bisa dibayangkan kan, reaksi bokapnya kalau liat ada tanda merah di leher anak gadisnya. Dia pasti langsung marah, dan emosi. Itu udah cukup buat ngerjain bokapnya.”“Wih gila, Lo. Bapak-bapak aja mau dikadalin,” Doni menepuk-nepuk pundak Bisma.Sementara Bisma hanya tersenyum miring, semakin dia bisa menghancurkan gadis itu, maka ada beberapa orang yang tersakiti. Tak terkecuali, Raka–orang yang telah berani mengancamnya.“Thanks Xha, ide Lo keren banget.” Bisma menepuk pundak Rexha, dan kembali meneguk minumannya.Sesuai rencana semalam, kini Bisma sedang mengajak Melati pada saat jam istirahat, untuk makan bersama d