DIKIRA SOPIR TERNYATA PUTRA PRESDIR

DIKIRA SOPIR TERNYATA PUTRA PRESDIR

By:  Wildatuz Zaqiyyah  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
21Chapters
525views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Baik, tampan, dan bertanggung jawab ternyata masih tak cukup untuk wanita yang haus akan uang, uang, dan uang. Wildan dikhianati Ratih–sang istri–karena ia miskin, tak seperti mantan kekasih Ratih yang bisa membelikan apa yang diinginkan wanita. Namun, siapa sangka jika status Wildan yang sesungguhnya malah terkuak ketika ia telah menyandang status duda dan bekerja sebagai seorang sopir pribadi. Ternyata ia bukan sopir biasa. Ia adalah ....

View More
DIKIRA SOPIR TERNYATA PUTRA PRESDIR Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Xiao Wudi
lanjut lagi..
2024-05-26 09:52:38
0
21 Chapters
1. Menyebut Nama Pria Lain
"Jadi apa pekerjaanmu sampai harus pulang Subuh begini, Ratih?”Wanita dengan baju kurang bahan itu terkejut. Ia mulai merapatkan jaketnya dan menutup pintu kembali.“Kau anggap apa aku selama ini?”“Aku ini suamimu. Aku masih suamimu, Ratih!” Suara Wildan tampak bergetar. “Apa nafkah yang kuberikan kurang? Nafkah lahir? Nafkah batin? Apa semua itu tidak cukup?!”Ratih selalu bersikap tenang walau ketahuan pulang subuh dengan baju minim. Hal yang sudah biasa baginya dalam dua bulan belakangan ini. Ia mendekat ke hadapan sang suami dengan dagu terangkat. “Apa? Coba diulang, Mas?” tantang Ratih dengan pongah. “Kamu tanya, nafkah yang kamu berikan kurang? Sangat kurang, Mas. Amat sangat kurang!” lanjut wanita dengan rambut hitam lurus karena rebonding itu.“Berapa kau memberiku uang dalam sehari? Hanya dua lembar uang warna biru. Seratus ribu.”“Tapi uang segitu harusnya sudah cukup untuk kita berdua, Ratih. Kita hidup di desa. Anak juga belum ada, kan?”“Nah, itu dia. Anak.” Telunjuk R
Read more
2. Kalimat Talak
Wildan semakin intens mencumbu istrinya hingga ke area da*da. Gairah yang mulai bangun sudah terkontaminasi oleh amarah yang sudah sampai diubun-ubun. Bagaimana tidak? Jejak-jejak cupang bertebaran di da*da m*ntok sang istri. Ia menarik diri dan menyingkap gaun tidur istrinya.Manik mata Wildan kian membola saat jejak hickey itu tak hanya bertebaran di area da*da, tetapi juga di area perut bawah, hingga pa*ha bagian dalam. Bia*ab!“M-Mas, kamu ngapain?” Ratih tergagap dan langsung mundur hingga ke punggung ranjang.Mata yang merah menandakan ia terkejut dari tidur lelapnya.“Jadi benar kamu menjual diri? Dengan siapa kamu bermaksiat, Ratih?!” Dada Wildan sudah naik turun.Ratih menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. “K-kamu ngomong apa sih, Mas?”Dengan kasar, Wildan menarik selimut dan juga menyingkap baju istrinya. Menunjuk jejak-jejak percintaan yang bukan dirinya sebagai pelaku.“Di dadamu, paha, perut, cupang itu tersebar!” ucap Wildan dengan geram. “Cepat katakan, dengan siapa
Read more
3. Nusyuz
‘Hallo, Sayang. Ada apa? Kangen, ya? Hm?’Ratih tersenyum sembari menggosok rambutnya yang basah dengan handuk.“Enggak perlu aku jawab, kan?”Dito terkekeh di seberang sana. Nyatanya, walau Ratih bukan istrinya, tetapi Dito bisa menjamah alam raganya dengan leluasa. Tak perlu dipaksa, bahkan Ratih dengan sukarela mempersilakan sang mantan pacar menyalurkan rasa.‘Eh, tumben nelepon? Suami kamu udah berangkat ngojek emang?’“Dia udah kuusir dari rumah.”‘Hah? Serius?’“Hm, hm. Kami sudah bercerai.”Dito menganga tak percaya. ‘Cerai? K-kamu enggak lagi bercanda, kan, Yang?’“Untuk apa aku bercanda, Sayang? Si miskin itu udah tahu jejak-jejak cinta yang kamu tinggalkan di badan aku,” jawab Ratih santai. “Yaudah, sih, sekalian aja aku ngaku kalau dia udah enggak ada lagi di hati aku.”‘Terus, terus?’“Ya terus si Wildan jatuhin talak, deh.”Dito terdiam.“Sekarang kita bebas mau ngapain aja, Sayang. Enggak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Aku akan cepat urus surat cerai biar secepatnya kita
Read more
4. Tertangkap Basah
Assalamualaikum warahmatullah .... Assalamualaikum warahmatullah .... Wildan mengusap wajah usai salam untuk menutup tiga rakaatnya. Selalu ada rasa damai yang menyeruak dalam diri ketika badan itu masih duduk di atas sajadah. Wildan percaya bahwa salat merupakan komunikasi yang amat sangat dahsyat antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Kita berbisik di bumi, tetapi terdengar hingga ke langit. Usai berzikir dan melangitkan pinta, ia segera keluar dari masjid. Pria dengan jaket khas ojek online warna hijau hitam itu terdiam beberapa saat dengan duduk di serambi berlantai keramik yang dingin. Ia teringat akan beberapa berkas yang masih tertinggal di rumah Ratih. “Aku harus ambil semua berkas-berkas yang masih ada di lemari. Tapi ....” Hati Wildan mulai resah. Apakah keputusannya menjatuhkan talak sudah benar? Bagaimana dengan Bu Marni sang mertua? Beliau tinggal di desa sebelah dan belum tahu perceraian antara dirinya dan Ratih yang baru secara agama. Semenjak suaminya yang tak
Read more
5. Talak Tiga
Kelakuan Ratih benar-benar menampar harga diri Wildan sebagai seorang lelaki. Selama ini, Wildan selalu berusaha memuliakan sang istri. Menyayanginya sepenuh hati. Ia tak ingin menjadi pria yang menjadi penyebab wanitanya berurai air mata. Tapi realitanya ... justru Ratih yang mendua.Bu Marni hanya diam. Tak lagi terdengar isaknya. Ternyata, ia sudah pingsan dalam dekapan Wildan.“Ibu! Bu, bangun, Bu!” Wildan menepuk-nepuk pelan pipi mertuanya. Murti hanya menoleh sekilas saat tubuh kakaknya dibopong Wildan ke kamar lain. Ia kembali menatap bengis pada dua sejoli yang kedapatan telah berbuat zi*na itu. Dadanya naik turun demi menahan mulut agar tak menyumpahserapahi kelakuan Ratih dan selingkuhannya tersebut.“Pakai pakaian kalian, cepat!”Murti balik badan dan menunggu keponakannya itu di ruang tamu. Mood yang kurang baik karena sedang PMS semakin diperparah dengan melihat sang keponakan berbuat me*sum dengan pria lain. Keluarga Bu Marni sangat menyukai Wildan. Mereka merasa bahagi
Read more
6. Musyawarah
Habiburrahman El-Shirazy pernah berkata dalam tulisannya, bahwa cinta sejati adalah cinta yang terjalin setelah akad nikah. Cinta yang telah dirodhoi Allah dan didoakan oleh seratus ribu malaikat penghuni langit. Namun, rasa-rasanya cinta yang agung itu tak berlaku dalam kisah rumah tangga Wildan dan Ratih. Wanita bergelar istri itu sudah merusak sebuah komitmen dalam ikrar suci yang tiga tahun lalu telah Wildan lantunkan. Janji sakral yang pernah Wildan ucapkan telah dirusak oleh wanita yang selalu ingin ia perjuangkan. Wildan sering melihat wanita yang dicampakkan oleh suaminya. Diselingkuhi, dipu*kul, hanya dijadikan ATM berjalan, bahkan sampai dijadikan budak pem*uas na*fsu atau pabrik penghasil keturunan saja. Dalam hati, Wildan berjanji akan meratukan istrinya. Menjadikan ia sebagai pelabu
Read more
7. Pamit
Dengan berat, akhirnya Wildan pun berpamitan. Dan sembari terisak-isak, Bu Marni mendekap tubuh tegap mantan menantunya itu. Kakak Murti yang bertubuh mungil dan Wildan yang bertubuh proporsional terlihat seperti sepasang ibu dan anak. Ya, mereka lebih mirip seorang ibu yang menangisi kepergian sang anak yang akan pergi jauh merantau.Bagi Wildan, selamanya Bu Marni akan ia anggap sebagai ibu, orang tuanya. Begitu pun dengan Bu Marni yang sudah sangat menyayangi mantan menantunya tersebut.“Maafin Wildan, Bu. Belum bisa menjadi yang terbaik buat anak Ibu," bisiknya sembari mendekap Bu Marni."Tidak, Nak. Harusnya Ibu yang minta maaf, anak Ibu benar-benar keterlaluan!" balas Bu Marni dengan air mata yang terus mendominasi."Wildan sudah maafin, kok, Bu. Wildan ikhlas. Semoga Ratih bisa segera memberikan cucu buat Ibu.""Sampai kapan pun Ibu enggak akan mau punya cucu dari hasil zi*na!"Suara Bu Marni terdengar tegas dan menolak.Wildan memejam. Siapa pun tentu tak ingin memiliki keturu
Read more
8. Gelisah
PLAK! PLAKK! “MEMALUKAN!” bentak Pak Dandi setelah melepas dua tamparan pada kedua pipi Dito. “Di mana otak kamu, Dito? Di mana? Hah?!” “Bisa-bisanya kamu tidur dengan istri orang! Bisa-bisanya kamu kembali pada mantan pacar kamu itu!” “M-maaf, Yah,” cicit Dito dengan kepala menunduk. “Enak sekali kamu berbuat hal kotor sampai melemparkan bau dan kotorannya pada wajah Ayah, lalu hanya minta maaf?” “Dito khilaf, Y
Read more
9. Negosiasi
"Calon Menantu Sang Milyader Te was Dalam Kecelakaan Tunggal"Ingin abai, tapi nyatanya jari Wildan menyentuh judul notifikasi tersebut. Matanya sudah mengantuk, tetapi barisan huruf demi huruf berhasil ia baca soal kecelakaan yang mene*waskan seorang pria. Matanya kian memicing dengan mengezoom sebuah gambar di atas kalimat berita yang terlampir.“Ini Mas Adnan bukan, sih?”Dari merebah, kini Wildan terduduk di kasur. Benar-benar meneliti wajah lelaki yang sepertinya pernah ia kenali. Adnan, salah satu teman baiknya. Bukan, ia bahkan tak berani menganggapnya teman. Namun, pria tampan putra konglomerat itu begitu membaur dengan anak-anak panti. Tempat di mana Wildan Rabbani pernah bernaung.“Aku ingin kita berteman. Ajari aku mengaji, ya?”Wildan bergeming.“Enggak usah takut. Kita bisa jadi teman baik. Namaku Adnan Syakil.”Anak orang kaya yang benar-benar lain. Ia selalu ikut dengan ayahnya sebulan sekali untuk menyantuni anak-anak di panti. Dari sanalah Wildan akrab dengan pria yang
Read more
10. Penggerebekan
Tubuh Ratih meremang saat suara serupa bisikan itu menyentuh daun telinganya. Bahkan ia kesulitan menelan salivanya sendiri. Ratih tahu, bahwa atasannya suka gonta-ganti pasangan dan main perempuan. Walau ucapan William masih menggantung, tetapi Ratih paham apa yang diinginkan pria bule bertubuh proporsional tersebut. “... asal kau mau melayaniku malam ini. Bagaimana?” William menjauhkan wajahnya dari samping wajah Ratih. Namun, sepasang bola matanya tak henti-henti menyapu tubuh salah satu karyawatinya tersebut. “Ma-maaf, Mister. Saya enggak bisa.” Senyum miring William sunggingkan. “Up to you! 
Read more
DMCA.com Protection Status