“Ada apa ini?” tanya seorang pria tiba-tiba.
Semua orang sontak langsung melihat ke arah pria itu. Termasuk Aruna dan juga Nathan.“Ini nih, Mas. Dia ngelecehin saya!” ucap Aruna atasan yang sangat dekat dengannya itu datang.“Enggak-enggak bohong! Saya tidak pernah melakukan itu! Apa buktinya huh?” tanya Nathan membela diri.“Ya saya memang tidak mempunyai bukti! Tapi untuk apa saya berbohong! Gak ada untungnya!” ucap Aruna, dia lalu melihat ke arah pria yang baru saja datang tadi. “Mas Gerald. Mas Gerald tau sendiri kan aku ini orangnya bagaimana. Mas jauh lebih tau sifat aku itu bagaimana, walaupun aku kerja sebagai hostes di sini tapi kan dari awal kita udah bikin perjanjian kalau aku tidak pernah mau disentuh berlebihan. Hanya sebatas merangkul dan memegang tangan saja, selebihnya aku tidak pernah mau disentuh yang lain-lain. Dan tadi, pria ini dengan tidak punya akhlaknya malah melecehkan aku, Mas. Aku gak terima ya!”Pria bernama Gerald yang tak lain ialah pemilik dari klub malam itu sontak langsung melihat ke arah Nathan.“Hari ini kan aku libur, Mas. Aku sedang tidak bekerja di sini, tapi masa masih diperlakukan kayak begini sih? Sebagai seorang tamu, aku berhak dong untuk komplen. Aku gak terima diperlakukan kayak begini sama dia, Mas.” Ucap Aruna seraya menunjuk Nathan. “Aku kan bukan perempuan murahan, Mas.”“Enggak-enggak, bohong! Dia berbohong!” ucap Nathan kembali membela diri, “Aku tidak pernah melakukan itu, aku tidak pernah melecehkan seorang wanita!” Nathan menatap Aruna, “Kapan aku melakukannya huh?” tanya Nathan pada Aruna, menatap Aruna dengan tatapan yang semakin kesal.“Tadi saat aku akan ke toilet, kau mendorongku ke tempat yang mengarah ke arah dimana tidak ada CCTV di situ. Kau pasti sudah melihat sekitar dan melihat dimana letak-letak CCTV kan? Dan jalan ke arah toilet itu tidak ada CCTV. Kau sengaja mencari tempat yang tidak ada CCTV agar tidak ada bukti yang menyalahkanmu! Kau memang pria mesum!"“What the fuck!” Nathan menatap Aruna dengan tatapan yang sangat kesal.Aruna kembali menatap Gerald lagi. “Mas aku tidak terima diperlakukan seperti ini,” ucap Aruna memasang wajah sedih, “Pokoknya aku ingin pria ini di blacklist dan tidak diperbolehkan lagi masuk ke sini! Jika aku masih melihatnya ada di sini, aku akan resign bekerja di sini!” ancam Aruna.“Cih!” Nathan mendecih sinis. “Ancamanmu itu sangat konyol! Pemilik club malam tidak mungkin memilihmu dan mengusirku dari tempat ini, aku ini tamu yang mempunyai banyak uang!” ucap Nathan dengan percaya diri.Jika Nathan begitu percaya diri, Aruna juga sama percaya dirinya. Dia adalah seorang hostes yang mempunyai daya tarik yang luar biasa. Aruna pandai mengambil hati para tamu untuk kembali datang lagi di malam esok. Dia begitu sangat menguntungkan untuk club tempatnya bekerja jadi dia juga sangat yakin jika Gerald pasti akan mendengarkannya.“Kau tadi mengatakan jika kau ini bekerja di tempat ini bukan? Cih! Kau hanya seorang pekerja, sedangkan aku? Aku ini tamu di sini! Pemilik club jelas akan memilih tamu yang mempunyai banyak uang dibandingkan pekerja sepertimu!”Aruna yang mendengar Nathan berucap itu semakin memicingkan mata. “Woaahh, sombong sekali anda ini Tuan! Kita lihat saja, siapa yang akhirnya akan pergi dari tempat ini. Aku yang hanya seorang pekerja, atau kau yang mempunyai banyak uang!” ucap Aruna.Nathan tersenyum smirk, dia sangat yakin kalau pemilik club malam pasti akan berpihak padanya.“Mas Gerald, sekarang aku tanya sama kamu Mas. Mas lebih memilih aku yang membuat tempat Mas ini ramai, atau memilih dia?” tanya Aruna menunjuk Nathan. “Inget ya, Mas, tamu ber-uang yang ada di sini itu kebanyakan mau datang ke sini karena aku. Kalau aku keluar dari tempat ini, sudah bisa dipastikan mereka yang datang ke sini juga akan pergi karena gak ada aku. Aku bisa bekerja di club malam lain dan membawa para tamu yang ada di sini untuk ikut denganku. Sedangkan dia? Dia saja baru pertama kali datang ke sini, bertahun-tahun aku kerja di sini, ini kali pertama aku melihat pria mesum ini! Jadi silahkan pilih, aku … atau dia!”“What? Pria mesum? Cih!” Sudut bibir Nathan kembali terangkat.Gerald sontak langsung melihat ke arah Aruna dan juga Nathan bergantian, dia tidak mungkin membiarkan Aruna pergi dan keluar dari club malam yang menjadi usahanya. Selama ini, Aruna lah yang memikat banyak tamu agar mau datang ke tempatnya. Aruna adalah kunci utama dalam usahanya. Jika Aruna pergi, club malamnya mungkin akan kembali sepi seperti dulu saat sebelum Aruna datang. Aruna begitu sangat menguntungkan untuknya.Gadis itu pandai sekali menarik para tamu yang datang agar mau datang kembali dan bahkan membawa teman-temannya yang lain.Tempatnya menjadi ramai karena kepiawaian Aruna dalam melayani para tamu yang datang.“Kalau Aruna tidak ada di sini, aku akan pergi mengikuti Aruna kemanapun dia pergi,” ucap Seorang pria yang usianya sekitar 30 tahunan.“Aku pun sama,” jawab Pria yang lain.Pria lain menimpali. “Aku juga.” Dia melihat ke arah Nathan, “Kami semua di sini bahkan tidak pernah berani menyentuh dia terlalu jauh. Dan kau? Berani sekali melakukan hal seperti itu pada primadona kami.”Mereka semua membela Aruna, mereka senang dengan cara kerja Aruna bukan karena tubuh Aruna. Tetapi karena Aruna pandai sekali membuat mereka nyaman dan asik diajak berbincang. Sebagian dari mereka bahkan ada yang berani dan tak segan menceritakan kehidupan pribadi mereka yang sangat rumit pada Aruna.Aruna tersenyum puas saat beberapa tamu membelanya.Nathan mengepalkan tangannya kuat.Setelah mendengar para tamu menyeruakan suaranya, Gerald lalu menatap Nathan. “Maaf, Mas. Setelah ini sebaiknya Mas jangan pernah datang kembali ke tempat kami,” ucap Gerald pada Nathan.“What?” Nathan menatap Gerald dengan tatapan kaget saat ternyata pemilik club malam itu malah lebih memilih Aruna daripadanya.Aruna yang mendengar Gerald berucap itu sontak langsung tersenyum dengan sangat puas, dia merapatkan kedua tangannya di bawah dada terlipat dan menatap Nathan dengan senyum smirknya.“Ini saya tidak salah dengar? Anda lebih memilih kehilangan saya, tamu yang membayar kalian dengan banyak uang, dibandingkan dia?” tanya Nathan tidak terima.“Sudahlah, Tuan. Terima saja!” ucap Aruna, “Masih untung aku hanya meminta agar kau di blacklist dari tempat ini. Jika aku melapor pada polisi, namamu sudah pasti akan jatuh! Kau seorang pengusaha bukan? Kau mau namamu terpampang di media karena kasus pelecehan?”“Kau mau namamu terpampang di media karena kasus pelecehan?” Nathan menatap Aruna dengan tatapan tajam, dia tak menanggapi ucapan Aruna dan kembali menatap Gerald si pemilik club malam. “Anda yakin mengusir saya dari sini?” tanya Nathan lagi. Aruna tersenyum puas, dia menjulurkan lidahnya pada Nathan.“What the hell?” “Saya minta maaf, Mas. Tapi Aruna ini lebih berharga, saya lebih baik kehilangan satu tamu daripada harus kehilangan banyak tamu yang lain. Jadi sebaiknya setelah ini Masnya boleh bayar, kemudian setelahnya silahkan pergi dari sini dan jangan pernah datang kembali lagi.” “Hei! Kau pikir kau ini siapa, huh? Aku bahkan bisa membeli tempat ini dengan harga yang tinggi!” ucap Nathan tidak terima berbicara dengan sarkas. Ia begitu sangat tidak percaya karena pemilik club ternyata malah lebih memilih karyawannya dibanding dirinya yang seorang tamu dan bisa memberikan mereka uang.“Walaupun anda bisa membeli dengan harga yang fantastis, saya juga tidak berniat untuk menj
Beberapa hari kemudian."Apa kamu tidak bisa berhenti bekerja di tempat itu, Na? Bibi selalu merasa khawatir saat kamu akan pergi bekerja. Cari pekerjaan yang normal pada umumnya saja, seperti di pabrik. Tidak masalah gaji kecil, yang penting kamu aman, kerja di tempat seperti itu kan tidak aman," ucap Nila. Wanita berusia 40 tahun yang tak lain ialah Bibi Aruna, adik dari sang ibu yang selama ini merawatnya sejak kecil. Aruna mempunyai banyak hutang budi pada Bibinya itu karena pada saat sang bibi berusia 13 tahun, sang bibi lah yang selalu menjaganya saat sang ibu pergi bekerja.Usianya waktu itu masih sangat belia, tetapi harus menjalani kehidupan yang sulit karena kesalahan yang dilakukan kakaknya. Jika saja Desi tidak percaya akan ucapan manis buaya darat, Bi Nila pasti mempunyai masa depan. Bersekolah dan bermain dengan teman sebayanya layaknya seorang anak pada umumnya. Bukan malah mengurusi bayi yang lahir tanpa ayah dan harus menjadi yatim piatu.Bi Nila sempat menikah, teta
Aruna keluar dari taksi online yang dia pesan tadi, dia hendak masuk ke club malam tempatnya bekerja. Namun, seseorang tiba-tiba saja memegang pergelangan tangannya dan membekap mulutnya, kemudian mendorongnya masuk ke dalam mobil.Aruna sudah berusaha untuk meloloskan diri tetapi tenaga orang yang memegangnya 2 kali lebih kuat darinya.“Apa-apaan ini? Siapa kalian?” tanya Aruna saat sudah terduduk di dalam mobil di bagian depan di samping kursi pengemudi.Pria yang membekap mulutnya itu mulai masuk ke dalam mobil dan terduduk di samping Aruna saat setelah mendorong Aruna masuk ke dalam mobil.Dahi Aruna mengernyit saat melihat siapa yang terduduk di sampingnya. “Nathan? Ternyata si pria sialan ini yang menculikku,” ucap Aruna. Ia yang tadi merasa takut itu kini rasa takutnya menghilang, ia merapatkan kedua tangannya di bawah dada terlipat. Ia lalu melihat ke arah belakang, seorang pria yang bersama Nathan tempo hari juga terduduk di belakang mobil, “Kamu ... pasti babu dia, kan?” tan
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu membatalkannya begitu saja, huh?" tanya Devian begitu masuk ke ruangan Nathan, dia begitu sangat kesal karena tadi pagi Nathan tiba-tiba membatalkan meeting begitu saja tanpa meminta persetujuannya. Padahal ia sudah bersusah payah mengatur jadwal meeting dengan seseorang yang susah sekali untuk ditemui karena jadwal yang padat."Aku sedang tidak bisa fokus!" jawab Nathan yang sedang terduduk di kursi kerjanya. "Yang aku pikirkan sejak kemarin ialah wanita sialan yang sudah mempermalukan aku di club malam! Aku masih sangat tidak terima dipermalukan di depan banyak orang. Malunya masih terasa sampai sekarang, Dev!" sahut Nathan dengan nada yang kesal. "Dan si pemilik club itu, bisa-bisanya dia mengusirku dan malah memilih si perempuan sialan itu. Aku masih tidak habis pikir dengan jalan pikirannya! Aku benar-benar tidak terima, Devian!"Brak!Nathan yang kesal itu menggebrak meja kerjanya, memikirkan malam di mana ia dipermalukan oleh Aruna membuatnya san
Flashback.Siang itu di halaman belakang SMA NEGERI CITRA, Nathan tengah bersama dengan 3 orang teman satu gengnya."Jangan bilang kalau kamu malah betulan jatuh cinta pada si gendut itu," ucap seorang pria masih mengenakan seragam SMA bernama Daniel. "E–enak saja! Aku tidak jatuh cinta pada gadis menjijikan itu! Aku mempunyai selera yang tinggi! Mana mungkin aku jatuh cinta pada gadis gendut seperti dia!" jawab Nathan berdusta. Faktanya, dia menjilat ludahnya sendiri. Dia jatuh cinta pada Arunalia Zunita, seorang gadis yang mempunyai paras cantik tetapi mempunyai tubuh yang berisi. Sekitar 2 bulan yang lalu, Nathan menerima tantangan dari 3 temannya untuk mengambil hati seorang gadis yang selama ini selalu menyendiri dan menjaga jarak apalagi pada seorang pria. Jika dia berhasil menjadikan gadis itu kekasihnya, Nathan akan diberikan imbalan dengan sejumlah uang dan teman-temannya mau dijadikan pesuruh selama satu bulan.Nathan menerima tantangan itu, dia mendekati gadis yang tak l
"Demi apa pun itu jahat banget sih, Than!" komentar Devian setelah mendengar cerita Nathan saat di masa lalu antara dirinya dan juga Aruna. "Pantes aja dia marah dan dendam banget sama kamu, aku juga kalau ada di posisi dia jelas akan marah dan dendam! Itu udah termasuk bullying! Belum lagi body shaming! Aku tidak menyangka kamu akan sejahat itu, Than." "Aku tidak pernah bermaksud menyakiti dia, Dev! Walau dulu dia gendut, jujur saja waktu itu aku beneran jatuh cinta sama dia! Gak peduli dengan bobot tubuh dia yang berisi, aku suka sama dia! Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak mau menjadi bahan bullyan teman-temanku jadi aku melakukan itu!" sahut Nathan membela diri."Tapi tetap saja itu keterlaluan," jawab Devian. "Aku tahu itu keterlaluan! Aku juga sangat menyesal! Waktu itu aku juga ingin meminta maaf, tetapi dia tak datang ke sekolah," jawab Nathan membela diri."Dia tidak datang ke sekolah?" tanya Devian.Nathan memberikan anggukan kepala pelan mengiyakan. "Aku bertanya
“Uang segini mana cukup untuk beli skincare! Tambah!” pekik Desi pada Aruna dengan nada yang sarkas. “Tidak ada lagi, hanya ada itu!” jawab Aruna.“Alaaahh! Bohong! Duit jual diri kan lumayan! Ya masa beliin Ibu skincare saja kamu gak sanggup! Kamu kemurahan kasih harga atau gimana sih? Gak becus cari duit!” sahut Desi.Kedua telapak tangan Aruna terkepal kuat, ingin rasanya ia mendaratkan sebuah tamparan di pipi sang ibu tetapi sayangnya otak dan pikirannya masih waras. Walau ia tak begitu menyukai sikap sang ibu dan selalu di buat kesal, tapi ia tak berani jika harus bersikap kasar pada ibunya sendiri.“Jaga ucapanmu ya, Bu! Aku tidak pernah menjual diri!” ucap Aruna dengan gigi yang menggertak kesal. Amarahnya ia tahan sekuat mungkin.“Udah deh Aruna gak usah bohong! Ibu tuh tau kamu pasti jual diri kan di sana? Cih! So-soan gak ngaku,” ucap Desi dengan sudut bibir yang terangkat sebelah, ia merapatkan kedua tangannya di bawah dada dan menatap Aruna dengan tatapan yang terlihat hi
Aruna beranjak dari posisinya setelah mendorong tubuh Nathan. Begitu pun dengan Nathan, ia juga beranjak dari posisinya dan berdiri lagi di hadapan Aruna. “Keluar dari pekerjaan itu dan ikut denganku. Kamu bisa bekerja di perusahaanku sebagai apa pun yang kamu mau,” ucap Nathan.“Pffttttt ... berhenti dari pekerjaanku dan ikut bekerja di perusahaanmu? Maksudnya bekerja sebagai budakmu agar kamu bisa kembali menyiksaku lebih parah dari dulu, begitu?” tanya Aruna tertawa pelan. Ia menyeka air mata yang sedikit keluar dari sudut matanya, kemudian merapatkan kedua tangannya di bawah dada terlipat.“Rencana apa yang sedang kamu rencanakan sekarang, hm? Kamu pasti sudah membuat rencana baru setelah tahu aku ini siapa kan? Masih tidak terima karena aku sudah mempermalukan kamu di club malam waktu itu? Ingin balas dendam?” Nathan menggelengkan kepalanya. “Sumpah demi apa pun aku sama sekali tidak mempunyai niat buruk sama kamu. Aku serius ingin meminta maaf, aku benar-benar sangat menyesal