Ting Tong,,, Ting Tong,,,Dihari yang cerah, Dewi sepertinya kedatangan tamu yang memecahkan keheningan kediaman yang ia tinggali. Dilihatnya dari lubang pintu ada pria yang mengajak nya tinggal di pulau dewata lah yang singgah. “Silahkan masuk” Dewi tersenyum seraya membukakan pintu dan berlalu kearah sofa khusus menjamu tamu yang datang, tentu saja Dion mengekor wanita yang ia kagumi.“Kamu suka tempatnya?” Tanya Dion“Banget, simpel tapi aku suka” balas Dewi“Apa kedatanganku mengganggu kamu?” Tanya Dion yang sungkan karena jujur ia sangat kentara menyukai wanita yang sedang berhadapan dengannya.“Sama sekali ngga kok, tapi ngomong-ngomong kamu emang se formal itu ya kalo lagi ngobrol? Atau aku nya yang ngga sopan?” Tanya Dewi yang kaku dengan cara bicara lawannya ini.Dion yang ditanya oleh sang gadis pujaan pun bersemu merah karena merasa konyol, “kenapa juga aku pake bahasa formal coba sama dia diluar bukan di kanyor kayak biasanya” batin Dion sambil menggaruk tengkuk yang tida
Nirmala Dewi, selaras dengan namanya yang indah ia juga mempunyai tubuh seperti seorang Dewi yang digambarkan dalam potret yunani kuno. Kontur wajah yang tegas, hidung mancung, mata indah, bulu mata nan lentik, kulit putih bersih, juga tubuh semampai yang sangat proposional walaupun kelebihan pada bagian dada dan bokong. Memiliki paras sempurna itu tentu membuat siapapun yang memandang akan terpikat oleh kecantikan Dewi. Namun tidak dengan mereka yang mengetahui pekerjaannya, mereka akan menatap dengan tatapan mengejek dan hina. “Tuh lihat ada yg lewat, hati-hati nanti suami kamu diambil juga sama dia.”Sarkas bu yuli, komentar tetangganya ketika melihat Dewi keluar dari kontrakannya. “Coba saja kalau suami saya ketahuan sama itu orang, bakal saya habisin mereka berdua.”Jawab tetangga lain yang tak kalah pedas mulutnya. “Siapa juga yang mau sama suami mereka, nggak ada duitnya juga.” Batin Dewi. Dewi sudah biasa mendengar gunjingan yang ditujukan untuk dirinya, seolah tak mendeng
Tak berselang lama pun akhirnya mereka sampai dan Dewi langsung memasuki klub untuk menunggu laki-laki yang akan datang padanya. “Dewi! cepat kamu ikut saya.” Teriakan mami mengagetkan Dewi yang baru saja ingin duduk. Tak menunggu jawaban dari Dewi, tangan nya langsung ditarik dan mereka berjalan dengan cepat menuju salah satu room karaoke seolah tak mengiraukan suasana di sekeliling mereka yang sedang ramai para pengunjung yang menikmati dentuman musik yang keras. Mami langsung masuk menarik Dewi kedalam ruangan dan Dewi dapat melihat ada seorang laki-laki tampan blasteran yang sedang duduk seperti menahan kesal. Kemeja yang dipakainya seolah membentu tubuh kekarnya, rambut klimis, komtur wajahnya yang tegas, alis yang menyatu tebal, bermata elang, hidung mancung, dan mempunyai jambang tipis yang semakin membuatnya seperti pria maskulin. “Maaf tuan malam ini pengunjung ramai jadi wanita disini sedang sibuk semuanya.” Tutur mami seperti sedikit ketakutan.
Seolah tak sabaran ingin cepat tiba ditempat yang akan dituju, Bagaskara mengendarai mobil mewahnya dengan kecepatan tinggi karena ia sangat bersemangat untuk menuntaskan gejolak yang telah lama hilang. “Ya Allah lindungilah hamba-Mu ini, nih orang udah kayak mau nganter nyawa. Batin Dewi ketakutan karena ia tidak pernah berkendara secepat ini. “Lagi dalam keadaan begini aja cuma ingat tuhan, sangat tidak pantas.” Batin dewi lagi yang merasa sedih karena sadar diri bahwa dirinya itu siapa, tapi apa boleh buat karena semua ini sudah takdirnya. Tak berselang lama mereka pun tiba, Bagaskara langsung keluar dan membukakan pintu untuk Dewi. Tak disangka Dewi langsung dibopong olehnya yang tentu saja membuat Dewi malu. “Tuan aku mohon turunkan disini saja.” Dewi memohon sambil menggerakkan tubuhnya untuk berontak namun tenaga yang dimilikinya tak sebanding dengan kekuatan Bagaskara. “Jika kamu tidak bisa diam maka saya akan membuangmu kejalanan sekarang.” Jawab Bagaskara sambil meneka
Sudah lama Dewi tak merasakan berada di tempat mewah seperti ini, seperti saat terakhir ia berada dirumah orang tuanya. Dewi merasa sedih ketika mengingat bagaimana kehidupannya dahulu sebelum semuanya terjadi sekarang. Namun Ia bertekad akan keluar dari dunia malam dan segera melunasi hutang-hutang dari hasil menyerahkan dirinya dalam pelukan Bagaskara. “Aku nggak mungkin terus-menerus seperti ini, tapi tidak akan lama lagi aku akan bebas dari genggaman Mami.” Dewi bermonolog sambil menatap dirinya dari pantulan cermin besar yang menggambarkan betapa sempurna dirinya. Tak menunggu lama ia segera membersihkan tubuhnya, karena jika terlalu lama di dalam kamar mandi ia tau Bagaskara akan kembali tersulut amarah. Setelah selesai Dewi mengenakan bathrobe karena ia tidak membawa baju ganti. “Ternyata masih sibuk sama pekerjaanya.” Batin Dewi saat keluar kamar mandi melihat Bagaskara tetap pada posisi sebelumnya. “Ternyata pekerja keras juga dia, pantas saja bisa meraih kesuksesan. A
Ketika Dewi sedang asyik menyantap makanannya, Bagaskara ternyata telah selesai membersihkan diri dan langsung menghampiri Dewi yang berada di balkon. “Makan yang santai, jangan seperti orang yang tidak pernah makan seolah besok mati kelaparan!” Ujar Bagaskara “Astaga. Apakah tuan hobinya selalu mengagetkan orang?” Tanya Dewi yang sudah merasa jengkel karena Bagaskara yang selalu membuat dirinya terkejut. Namun ada yang membuat fokusnya teralihkan, yaitu otot kekar Bagaskara yang terpampang jelas ketika hanya menggunakan handuk sebatas pinggang. “Oh god, ini tidak bagus untuk kesehatan mataku.” Batin Dewi saat memandang roti sobek milik Bagaskara. “Kamu ini berani sekali rupanya membantah perkataan saya!” Pungkas Bagaskara “Ya tuhan aku lupa kalau sedang menghadapi singa yang siap mengaum kapan pun dia mau.” Batin Dewi yang menyesali perbuataanya yang memantik amarah Bagaskara. “Maafkan saya tuan.” Seraya Dewi sedikit membungkukkan badan. “Lupakan, saya anggap itu sebagai apre
Masih didalam dekapan yang hangat, Dewi terkejut saat mendengar penuturan Bagaskara. “Kamu harus tau alasan kenapa saya rela memberikan kamu uang dalam jumlah yang besar. Itu karena kamu adalah wanita yang mampu membuat gairah saya kembali seperti sebelum menikah.” Tutur Bagaskara “Anda sudah menikah tuan?” Tanya Dewi yang sedikit kecewa menerima kenyataan bahwa laki-laki sempurna dihadapannya itu telah menikah. “Iya aku sudah menikah.” Jawab Bagaskara. “Kamu datang seperti Dewi yang telah dikirimkan untuk saya.” Ucap Bagaskara tulus sambil menatap netra indah Dewi. “Tentu istri anda tidak mengetahui tentang ini bukan?” Tanya Dewi karena ia tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain. “Itu bukan urusanmu!” Pungkas Bagaskara “Astaga, mode dinginnya on lagi. Huh dasar tuan Arogan.” Batin Dewi “Kamu harus dihukum karena sudah berani banyak bertanya nona.” Seringai Bagaskara sambil menarik selimut yang menutupi tubuh mereka. D
Bagaskara menggeliat tat kala sinar mentari pargi yang membuatnya terbangun. Namun Bagaskara tak melihat sosok wanita yang sudah membuatnya tidur nyenuak semalam. Ia pun langsung mencari kebetadaan Dewi kedalam toilet. “Kosong.” Ucap Bagaskara “Dewiiiiiii, Dewiiiii! Kamu dimana!.” Suara Bgaskara menggelegar disetiap ruangan. Ia terus mencari ke seluruh room suite namun tidak mendapat sosok Dewi, tanpa perduli bahwa ia sedang tidak mengenakan apapun untuk menutupi tubuhnya. “Ada surat.” Ucap Bagaskara saat melihat ada kertas diatas nakas disamping ranjang. “Arrrrrrggggghhh, berani sekali dia pergi dariku tanpa pamit. Malah ninggalin sirat seperti ini.“ Bagaskara frustasi bercampur kesal saat merasa dirinya ditinggal oleh Dewi. Ia pun langsung mencari ponselnya dan menghubungi asisten nya. “Rafa! Sekarang juga kamu cari perempuan yang bernama Nirmala Dewi. Kamu bisa dapat informasi dari pemilik klub A.” Perintah Bagaskara “Dia harus ketemu secepatnya!!!!.” Bagaskara menggeretak