Akibat kecerobohannya Zoia yang merupakan pemilik wedding organizer membuat calon pengantin wanita jadi kabur. Zoia dipaksa untuk menggantikan calon istri Javas yang merupakan kliennya sendiri. Setelah menikah, Javas dan Zoia membuat kesepakatan pernikahan yang hanya berlangsung selama satu tahun. Isinya adalah: 1. Zoia harus menuruti semua keinginan Javas termasuk berhubungan seks. 2. Dilarang melibatkan perasaan dalam hubungan mereka karena ini hanya pernikahan sementara. 3. Dilarang jatuh cinta satu sama lain karena pada akhirnya mereka akan berpisah. Namun, tidak ada yang tahu kapan cinta akan datang, kan? Di luar dugaan, salah satu di antara mereka diam-diam jatuh cinta. IG Author: zizarageoveldy
Lihat lebih banyakZOLAKeadaan Fai sudah kembali normal hari ini sehingga aku bisa meninggalkannya untuk bekerja. Jika tidak, mungkin aku akan merasa waswas sepanjang hari.Saat Zach menelepon aku memang sengaja menyembunyikan soal Fai yang sempat demam padanya. Aku nggak mau Zach jadi kepikiran dan membebaninya. Maunya aku semua urusan pekerjaannya lancar sehingga dia bisa cepat kembali ke sini.Wajah lesu Ariq adalah hal pertama yang kutemui setibanya di kantor lalu masuk ke ruangannya.“Pagi, Pak.” Aku menyapanya sopan.Ariq tidak menjawab sapaanku. Dia hanya menatapku datar.Aku tidak terlalu memedulikannya. Mungkin semalam dia mabuk dan hingga saat ini masih digayuti sisa-sisa hangover.Aku memusatkan perhatian pada pekerjaan dengan memeriksa schedule Ariq hari ini yang ternyata lumayan padat. Seninku mungkin jauh lebih hectic dari para budak korporat lainnya. Buktinya hari ini aku harus menemani Ariq dari pagi hingga malam.“Zola …”Aku mengalihkan atensi dari iPad di tangan saat mendengar Ariq
ZOLAZach sudah berangkat sejak berjam-jam yang lalu, tapi hingga selarut ini mataku masih enggan terpejam.Tadi awalnya aku memang sengaja tidak tidur untuk menunggu kabar dari Zach. Setelah tiba di Singapura Zach meneleponku. Dan beberapa saat yang lalu dia mengabari bahwa akan berangkat. Tapi sekarang aku benar-benar nggak bisa tidur.Tidak jauh berbeda denganku, Fai juga gelisah dalam tidurnya. Meski matanya tertutup, tapi badannya bergerak-gerak. Tadi saat di bandara Fai juga tidak mau melepas Zach. Dia menangis saat Zach memindahkan dari gendongannya padaku. Fai bertahan dengan mengalungkan tangannya seerat mungkin ke leher Zach sampai aku terpaksa memaksanya.Aku berusaha keras agar bisa terpejam. Aku benar-benar kurang istirahat setelah sehari sebelumnya digempur habis-habisan.Baru saja memutar tubuh membelakangi Fai dan mencoba untuk mengatupkan mata, rengekan kecil Fai terdengar. Aku kembali mengarah padanya.Fai bergerak-gerak gelisah dengan mata tertutup seperti tadi. Han
ZOLAZach mengajari Fai berjalan selangkah demi selangkah. Fai tampak begitu riang dan penuh semangat. Sesekali dia mencoba melepaskan tangan dari Zach. Namun karena belum terlalu kuat berdiri dengan kakinya sendiri Fai kehilangan keseimbangan.“Hahaha …” Zach tertawa dan cepat menahan tubuh Fai sebelum terjatuh. “Hati-hati ya, Nak, nggak usah buru-buru.”Fai melanjutkan langkahnya dengan menggandeng tangan Zach seperti tadi. Tapi baru beberapa langkah dia melepaskan kaitan tangannya dari genggaman Zach dan mencoba berjalan sendiri.Zach membiarkannya dan mengawasi dari belakang. Begitu Fai kehilangan keseimbangan dengan cepat Zach menangkap tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai.Fai mewarisi sebagian besar fisik Zach. Di usianya yang masih kurang satu tahun Fai tumbuh jauh lebih tinggi dari anak-anak seusianya.“Mamaaa!!!” Fai berseru memanggilku yang berdiri tidak kurang dari dua meter di hadapannya.“Sini, Sayang!” Aku melambaikan tangan agar dia mendekat padaku.Fai menarik langkahn
ZOLAAku baru saja akan turun dari tempat tidur ketika pinggangku direngkuh bersama suara yang terdengar.“Mau ke mana, La?”Aku menoleh dan mendapati Zach yang matanya masih tertutup. Aku nggak tahu kalau Zach memiliki insting yang kuat. Buktinya dia tahu aku akan beranjak.Aku mengelus kepalanya dengan lembut. “Mau ke kamar mandi bentar, bangun gih, udah siang.”Zach menggeliat malas. Perlahan kelopak matanya pun terbuka. “Jam berapa sekarang, La?” tanyanya parau.“Udah jam sepuluh,” jawabku lesu.Zach mengesahkan nafasnya. Aku tahu dia juga sedang merasakan keresahan yang sama denganku. Kami sama-sama khawatir karena kebersamaan kami akan segera berakhir. Tinggal beberapa jam lagi ya.” Zach menggumam pelan.“Iya.” Suaraku semakin lirih.Zach menaikkan tangannya mengusap pipiku. “Nggak usah sedih ya, La, nanti kita kan masih bisa telfonan.” Dia menghiburku.“Nggak usah janji-janji deh, nanti kamu kayak dulu lagi. Awalnya memang rajin nelfon aku tiap hari, tapi lama-lama aku dighos
ZOLAZach masih berada di atasku padahal percintaan kami sudah selesai sejak bermenit-menit yang lalu. Bahkan miliknya masih mengisi kewanitaanku. Belum ada tanda-tanda dia akan mengeluarkannya meski ukurannya kurasakan sudah menyusut.“Zach ...” Aku mengusap punggungnya yang basah oleh peluh.“Aku masih mau di sini dulu, La,” ucapnya pelan seakan mengerti apa yang kumaksud.Aku membiarkan dia dengan kemauannya. Termasuk saat Zach memain-mainkan inti dadaku dengan jarinya seakan saat bercinta tadi dia masih belum puas. Kalau sudah begini aku hanya bisa membalas. Aku mengaitkan kaki ke pinggangnya, membuat tubuh kami menempel semakin erat.Melihat caranya memperlakukanku, aku yakin momen-momen seperti inilah yang nanti akan kurindukan.“Aku pasti bakalan kangen banget sama kamu,” cetusku pelan sembari mengelus rambutnya.“Me too, makanya aku mau puas-puasin sekarang.”“Terus kalau nanti kamu kangen dan kepengen gimana caranya?” Aku mulai memancing, ingin tahu apa yang dilakukan Zach sa
ZOLARasanya nggak percaya kalau saat ini statusku adalah seorang istri. Status yang menurutku sangat menakjubkan mengingat saat ini usiaku masih begitu dini untuk menyandangnya. Aku baru dua puluh tiga tahun saat ini.Dulu, aku pernah berniat tidak akan menikah sebelum mimpi-mimpiku menjadi kenyataan. Aku ingin menjadi wanita karir yang hebat. Ingin memiliki rumah dan kendaraan pribadi yang kubeli dengan hasil keringat sendiri. Serta masih banyak lagi angan-angan di kepalaku.Namun, sekarang semua keinginan itu tidak lagi penting. Preferensi hidupku sudah berganti. Yang kuinginkan sekarang adalah kebahagiaan yang kekal selamanya.Setelah menikah tadi pagi, aku resmi menjadi anggota baru keluarga Mahanta. Istri dari seorang lelaki yang saat ini sedang mengusap-usap kepalaku.Aku berbaring di atas dada Zach. Saat ini kami sedang berada di honeymoon suite sebuah hotel.Ini bukanlah rencana kami berdua. Aku dan Zach berniat menghabiskan malam pertama sebagai pengantin baru di rumah saja
ZOLAToday is my day.Setelah sekian banyak drama serta lika-liku hubungan kami di sana sini, akhirnya perjalanan hidup mengantarku pada hari ini.Pagi ini aku dan Zach akan menikah. Kami menyelenggarakan acara tersebut bukan di hotel atau tempat lainnya, melainkan di rumah orang tua Zach. Acara tersebut tidak mengundang banyak orang. Yang hadir hanyalah orang tua serta keluargaku dan Zach.Meskipun berbeda dengan Mbak Zoi dan Mas Javas yang dulu pernikahan keduanya diselenggarakan secara mewah dan meriah saat Euro trip dengan kapal pesiar, tapi aku bahagia. Bagiku yang terpenting adalah esensi pernikahan itu sendiri.Berhubungan acaranya mendadak, maka semua serba dadakan. Baju pengantinku adalah pemberian Tante Rosella. Aku juga tidak menggunakan make up artist untuk merias. Zelinelah yang mendandaniku from head to toe.“Cantik kamu, Dek.” Pujian itu meluncur dari bibir Mbak Zoi yang memperhatikanku sejak tadi.
ZOLAAku mendadak speechless mendengar pengakuan lugas Zach. Tentu saja aku kaget apalagi setelah mengingat kata-katanya bahwa dia dan Cassandra tidak memiliki hubungan apa pun melebihi teman.Dan pertanyaannya sekarang adalah, hubungan pertemanan seperti apa yang mereka jalani? Teman seperti apa yang mencium bibir temannya?“Jadi ternyata selama ini kamu bohongin aku, Zach?” ungkapku kecewa.“Aku sama sekali nggak bohongin kamu, La.” Dia menyanggah kata-kataku.“Jadi kalau bukan bohong apa namanya? Dusta?”“La, tolong dengar aku dulu.” Zach menggenggam tanganku yang berada di punggung Fai.“Apa lagi yang harus aku dengar? Tentang kamu yang ternyata tidur sama dia?” Nada suaraku meningkat. Aku tidak ingin marah, tapi apa yang baru saja kudengar menggelitik emosiku naik.Zach menggelengkan kepalanya. “Harus berapa kali aku bilang, aku nggak akan tidur dengan perempuan yang nggak aku cintai? Aku memang pernah nyium dia, tapi hanya sebatas itu, La. Dan itu juga pada momen yang spesial.”
ZACHMami melarangku ke mana-mana berhubung aku akan menikah. Tapi bukan Zach namanya kalau hanya diam dan mendekam di rumah. Malam ini aku berada di rumah Javas. Kami duduk berdua di beranda mengobrol ringan sambil merokok. Ini adalah untuk pertama kalinya aku berbincang akrab dengan Javas sepanjang sejarah menjadi adiknya. Walaupun obrolan kami berisi ledekan-ledekan Javas padaku.“Dari tadi gue ngeliat Zola cemberut mulu, lo nggak maksa dia buat nikah sama lo kan?”Aku menjentikkan abu rokok ke dalam asbak. Aku tahu apa yang membuat Zola melipat muka. Apalagi kalau bukan kekesalannya pada Cassandra.“Ya nggaklah. Emangnya lo yang suka maksa.”“Gue? Siapa yang gue paksa?” balas Javas tidak terima.“Nggak ingat apa dulu lo ngejar-ngejar Zoia ngerengek minta balikan?”Javas tertawa waktu kupulihkan ingatannya tentang masa lalu.Aku dan Javas memiliki kesamaan walau tidak terlalu mirip. Sama-sama pernah menyia-nyiakan wanita yang kami cintai lalu melewati perjuangan yang tidak muda
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.