Sean menceraikan Stela setelah mereka menghabiskan malam pertama. Tidak adanya noda merah di tempat tidur membuatnya yakin jika Stela sudah melakukan dengan pria lain. Namun, siapa sangka setelah sebulan sejak kejadian itu, mereka bertemu kembali. Bertemu sebelum putusan cerai membuat rasa cinta yang masih tersimpan rapi kembali muncul. Akankah mereka akan mempertahankan rumah tangga yang belum sempat mereka bangun atau menyerahkan pada takdir yang mengantarkan mereka pada sebuah perpisahan?
Lihat lebih banyak"Dia salah satu karyawan kita. Sepertinya dia terobsesi denganmu," ucap Abi seraya menyelipkan tawa di sela-sela penjelasannya.Stela langsung menatap tajam pada Sean, dan itu seketika membuat Sean ketakutan. Dia menggeleng sebagai jawaban jika dia benar-benar tidak tahu.Sean pun langsung kembali pada Abi, karena tidak mau jadi penyebab kehancuran motor Stela. "Jelaskan padaku dengan benar?" hardik Sean."Jadi salah satu karyawan wanita di kantor kita melihat Stela kemarin denganmu. Dari beberapa informasi karyawan lain yang aku dapat, dia sangat terobsesi denganmu. Hingga akhirnya dia merusak motor Stela sebagai tempat pelampiasan kekesalannya." Abi menjelaskan pada Sean penyebab terjadinya hancurnya motor Stela.Sean menelan salivanya mendengar ucapan Abi. Dia tidak bisa mengelak lagi karena ternyata dirinya adalah penyebab semua yang terjadi pada motor Stela.Sorot tajam dari Stela terus saja dilayangkan pada Sean setelah mendengar penjelasan dari Abi.Mendapati sorot tajam dari S
"Aku tidak tahu," jawab Sean. Dia memarkirkan motornya tepat di samping motor Stela.Stela yang berada di atas motor merasa heran kenapa orang mengelilingi motornya. Dia turun dari motornya seraya melepas helm yang dipakainya. Menerobos celah orang-orang yang sedang berkerumun, dia melihat apa yang sebenarnya terjadi.Alangkah terkejutnya saat melihat motornya ringsek. Body motornya hancur, spionnya patah, lampu depan dan belakang hancur. Namun, tidak hanya itu saja, sayatan di jok motornya membuat motornya sudah tak berbentuk lagi.Sean yang pun buru-buru turun dari motornya. Melepas helm dan meletakkannya di spion motornya.Orang-orang yang melihat Sean datang, langsung memberi jalan agar Sean bisa melihat kejadian apa yang sedang mereka lihat.Sean melebarkan matanya melihat pemandangan di hadapannya itu. Dia melihat keadaan motor Stela yang benar-benar hancur seolah baru saja di hancurkan seseorang."Se … " panggil Stela. Air matanya mengalir saat melihat motor satu-satunya hancur
Finn keluar dari ruangannya saat jam pulang kerja. Saat keluar dia melihat Stela yang sedang bersiap untuk pulang juga."Apa kamu mau naik bus lagi?" tanya Finn sesaat dia menghampiri Stela.Stela memikirkan bagaimana menjawab Finn, padahal dia sudah membuat janji dengan Sean. "Iya, aku akan naik bus, karena sudah lama aku tidak naik bus.""Baiklah, kalau begitu, ayo, kita ke lift bersama!"Mendapati ajakan Finn, Stela mengangguk dan mengikuti Finn untuk menuju ke lift. Saat lift terbuka Stela dan Finn masuk ke dalam. Tangan Stela menekan tombol lift di mana dia akan turun di lobi.Mata Finn yang menangkap tangan Stela yang terluka pun merasa terkejut. "Tanganmu kenapa?" tanyanya seraya menarik tangan Stela."I-ni … " jawab Stela yang terbata. Dia memikirkan alasannya yang tepat yang bisa diberikan pada Finn. "Semalam aku minum teh dan ternyata tehnya panas. Saat teh tumpah, langsung mengenai tanganku."Semalam? tanya Finn dalam hatinya. Dia mengingat jika sore kemarin saat dia mengan
Sean tersenyum mendengar jawab Stela. "Aku tidak marah. Aku justru bersyukur karena bisa pergi sebelum diusir."Stela tahu jika kata-kata Sean penuh dengan sindiran, dan itu membuatnya merasa malu sendiri. Menundukkan wajahnya dia merasa bersalah karena setega itu pada Sean."Sudah lupakan, sekarang apa yang ingin kamu katakan lagi?""Lagi?" tanya Stela yang merasa aneh dengan kata-kata Sean."Iya, bukankah kamu sengaja berangkat denganku karena ada yang dibicarakan?""Bagaimana kamu tahu?" Pertanyaan itu lolos dari mulut Stela.Sean langsung tertawa. "Aku mengenalmu sudah cukup lama, jadi aku tahu setiap gerak-gerikmu itu. Aku juga tahu jika kamu sedang mengedip-ngedipkan mata pada Ana.""Kamu tahu juga?" Stela merasa malu saat ternyata kodenya pada Ana diketahui oleh Sean."Apa kamu lupa jika di sudut kost ada kaca. Pantulanmu yang sedang mengedip-ngedipkan mata tertangkap di sana."Sejenak Stela terdiam. Dia mengingat-ingat di mana cermin terletak, dan benar saja jika dia berdiri d
Stela terkesiap saat mendapati pertanyaan apa masalah utama yang di hadapi dirinya. Dia sendiri merasa aneh dengan perasaannya."Aku hanya merasa bersalah saja.""Merasa bersalah?" tanya Ana, "salah karena Sean pergi saat Finn datang?" Dia mencoba menebak pikiran temannya itu, dan anggukan Stela menjadi jawaban."Aku merasa bersalah, karena Sean sudah seperti menebak jika aku akan mengusirnya saat Finn datang.""Bukannya itu bagus, tanpa kamu usir dia pergi sendiri.""Tetapi …." Stela sendiri bingung dengan ucapan temannya. Mungkin benar kata Ana, harusnya aku senang Sean pergi sebelum aku yang menyuruhnya. Batin Stela terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya."Intinya, sebenarnya kamu masih sangat mencintai Sean, hingga akhirnya rasa bersalah itu muncul karena kamu merasa melukai Sean," ucap Ana yang melihat wajah Stela."Aku memang tidak menampik perasaan cinta itu, tetapi—""Tetapi kamu masih terluka karena apa yang dilakukan Sean?" potong Ana bertanya."Iya," jawa
"Di luar," jawab Sean.Mata Stela mengerjap saat menyadari jika Sean berada di luar. Dia berbalik dan membuka pintu kamarnya, untuk melihat Sean.Ternyata benar yang dikatakan oleh Sean, jika dia sedang ada di luar. Karena dari kamarnya, Stela melihat mobil Sean yang terparkir di luar.Dengan masih menempelkan ponsel di telinganya, Sean keluar dari mobilnya. Sorot matanya melihat Stela yang terlihat dari luar."Ada apa mencari aku?" tanyanya dingin."Aku hanya ingin tahu di mana kamu tadi." Stela melihat Sean dari kejauhan dan hilang saat dia sudah memasuki tangga kos."Bersembunyi seperti yang kamu harapkan bukan." Sean masih terus berbicara melalui sambungan teleponnya. Padahal dari kejauhan dia sudah melihat Stela.Mulut Stela tertutup rapat. Dia membenarkan jika itulah yang dia harapkan. Namun, saat Sean mengucapkannya, tiba-tiba perasaannya menjadi tidak menentu.Sean terus mengayunkan langkah dengan masih menempelkan ponselnya di telinganya. Sampai akhirnya dia di depan Stela. S
"Itu bekas aku," ucap Stela melihat ke arah tangan Sean.Mata Sean beralih melihat ke mana tangan Stela menunjuk. "Bekas mulutmu itu akan menambah kenikmatan," jawabnya.Stela hanya memutar bola matanya malas mendengar gombalan receh dari Sean. Namun, dia tertawa dalam hatinya.Menyelesaikan makannya, Sean merapikan sisa makannya, sedangkan Stela berdiam diri dan memperhatikan Sean yang sibuk merapikan sisa makanan."Ini." Sean menyodorkan obat dan air putih pada Stela.Stela meraih gelas yang diberikan oleh Sean dan membuka mulutnya agar Sean bisa memasukan obat ke dalam mulutnya.Sean langsung memasukan obat ke dalam mulut Stela, dan menunggu Stela yang sedang minum obat."Sebaiknya kamu istirahat.""Baiklah." Stela menuju ke tempat tidur dan merebah kan tubuhnya di atas tempat tidur."Aku akan menunggu kamu di sofa, jika butuh bantuan panggil saja." Sean duduk di sofa yang berada di kamar Stela. Sebelum sampai di sofa, tangannya meraih tas yang berisi laptop yang dia bawa tadi ke k
Masuk ke dalam kamar kost, Sean meletakkan makanan di atas meja, sedangkan Stela berlalu mengambil baju.Stela sudah tidak sabar untuk berganti baju karena kemeja Sean yang kebesaran, ditambah lagi dia tidak memakai bra. Dia sedikit bersyukur, karena kemeja Sean yang kebesaran membuat dadanya tidak terlihat jelas.Masuk ke dalam kamar mandi, Stela mengganti bajunya karena ada Sean di dalam kamar, sehingga Stela memilih kamar mandi karena tidak ingin Sean melihat tubuhnya.Saat di dalam kamar mandi, Stela melihat dadanya yang merah. Tak menunggu lama, dia mengoleskan obat yang tadi dibeli Sean. Obat itu terasa perih, dan dia harus menahan perih.Selesai mengolesi kulit dadanya, dia beralih pada tangannya yang juga melepuh. Untung saja yang melepuh hanya tangan kanannya, jadi dia masih bisa menggunakan tangan kirinya.Selesai mengolesi lukanya, dia keluar dari kamar mandi. Di luar, tampak Sean yang sedang membuka makanannya."Aku sudah menghubungi Abi dan dia sudah mengambil berkas yang
Melangkah berdampingan dengan Sean, Stela masuk ke dalam lift. Sampai di lobi banyak yang karyawan yang sedang akan pergi istirahat. Mereka pun menatap Stela aneh, karena Stela memakai kemeja milik Sean."Mereka menatapku!" ucap Stela berbisik pada Sean.Sean yang mendengar menatap tajam pada karyawannya. "Dia istriku, jadi jangan pandang dia seperti itu!"Stela membulatkan matanya. Dia terkejut Sean mengatakan pada karyawannya. Stela juga melihat karyawan Sean yang langsung tertunduk malu.‘Aku harus bikin perhitungan dengan Sean,’ batin Stela.Saat perjalanan di dalam mobil, akhirnya Stela bertanya pada Sean. "Kenapa kamu mengatakan aku istrimu? Bukankah mereka tidak tahu jika kamu sudah menikah?"Sean yang sedang sibuk menyetir, menoleh pada Stela. Dia tersenyum tipis mendengar pertanyaan Stela."Lambat laun mereka akan tahu.""Iya, tetapi ….""Kenapa kamu harus selalu mempermasalahkan orang yang tahu tentang hubungan kita?" tanya Sean dengan tegas. "Kalaupun karyawan perusahaanku
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.