"Tertutup?" tanya Crystal hati-hati, berusaha membuat nada suaranya tenang. "Kenapa harus tertutup?"
Javier menoleh. "Angeline sudah menjelaskan alasannya. Kau tidak mendengarkan?"
Angeline mengernyit. "Crystal. Ini pembahasan tentang pernikahanmu. Bagaimana kau bisa tidak memperhatikan? Apa ini tidak cukup penting bagimu?"
"Angeline Lucero..." Nada suara Anggy terdengar penuh peringatan. "Ini hanya masalah kecil. Berhenti membesar-besarkan masalah. Memangnya dalam hidupmu kau tidak pernah kehilangan fokus sekali saja?"
"Tapi, yang kita bahas sekarang adalah acara pernikahannya," tegas Angeline.
"Aku tahu. Kau hanya tinggal menjelaskan ulang pada Crystal jika—"
"It's okay Mommy," gumam Crystal muram, sekuat tenaga Crystal berusaha memunculkan senyum di wajahnya. "Aku tidak apa-apa. Aunty Angeline juga sudah pasti memikirkan sem
LEONIDAS Mansion, Las Vegas—USA | 11:02 AM "Strike!Aku menang!"Crystal berseru, berbalik menatap Aiden dan melompat-lompat diprivate bowling alley mansionnya. Lemparan bolabowling-nya berhasil menjatuhkan semua pin yang ada dalam satu kali lempar. "See?Kemampuanku berhasil naik berkali-kali lipat selama kita tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang.""Apa itu berarti, selama tidak bersamaku, kau bermain sendirian?""Pertanyaan macam apa itu?" Crystal mencebik. "Akui saja kalau kau kalah!""Kalah? Seperti ini?" Aiden meraih bolabowlingyang lain, mengambil ancang-ancang, kemudian melemparkannya dengan mulus.Strike.Sama dengan yang dilakukan Crystal, pin-pinbowlingitu berjatuhan dengan mudah. "Tepatnya, yang tadi itu aku
"Kau menangis?" tanya Xander rendah dan dingin, tapi malah menenangkan Crystal di saat bersamaan. Seperti yang Crystal butuhkan : Kepekaan seseorang.Crystal tidak tahu kenapa dia bisa begitu lega, bahkan sampai menangis, ketika mendarat dalam pelukan lelaki ini."Kenapa aku harus menangis?" Crystal kembali meremas jacket denim Xander, berusaha keras tidak mengeluarkan air mata. "Aku lelah. Aku—" Sebelum Crystal menyelesaikan ucapannya, Xander sudah menggendongnya dengan gayabridal.Spontan, Crystal melingkarkan lengannya pada leher Xander."Aku menyesal kau datang. Rasanya seperti menjadibaby sitter," cemooh Xander seraya berjalan menyusuri lorong kereta, memeriksa nomor-nomor kursi yang ada.Crystal mencebik, mengabaikan gerutuannya. "Kenapa kau menggendongku seperti ini?""Seperti apa?""Seperti pengantin." Cr
Chilcotin Country, British Columbia—Canada | 06:58 AMUdara dingin membelai wajah Crystal, sengatannya mengusir bayang-bayang mimpi buruk yang tidak dia ingat. Atau, memang tidak ada mimpi buruk. Setelah berkendara nyaris semalaman, ditambah beberapa kali berhenti karena mogok dan istirahat—tidak mengherankan jika Crystal jadi sangat lelap.Crystal membuka mata, kemudian menguap seraya merenggangkan tubuh, berusaha menghilangkan pegal. Menoleh, Crystal mendapati hembusan angin tadi berasal dari jendela mobil di sisi Xander yang terbuka. Xander masih menyetir, sementara yang menyelamatkan tubuh Crystal dari dingin adalah jacket lelaki itu."Kita sudah sampai?" Dengan suara tidak jelas, karena satu tangannya menutupi mulutnya yang menguap, Crystal mengedarkan pandangan ke samping jendela. Terperangah mendapati pemandangan menakjubkan yang ia dapat; jalan-jalan pedesaan yang sepi&mdas
"Kalian berdua harus bekerja di peternakanku selama seminggu. Tugas kalian memberikan pakan Sapi, Ayam, Babi, juga Erick. Memerah susu sapi. Ah! Kalian juga yang harus menjual hasil peternakan ke kota. Jangan lupa untuk memperbaiki pagar yang kalian rusak."Crystal bergeming untuk waktu yang lama, sementara suara Logan sebelum beranjak masih terngiang di kepalanya. Gila. Tapi, lebih gila lagi ketika dia sudah benar-benar ada di kandang besar, berdiri tepat di depan puluhan sapi dengan hanya berbatas pagar besi. Siap dengan semua alat tempur; sepatuboots,topi, bahkan sarung tangan karet.Aroma khas Sapi tercium di sekitar Crystal, membuatnya mual. Tidak hanya itu, Crystal juga begidik tiap kali sapi-sapi itu bersuara."Beri makan mereka. Kalau perlu suapi semuanya." Menoleh, Crystal mendapati Lilya telah berdiri di sampingnya, menumpahkan rerumputan segar tepat di kaki Crystal dari kereta d
"Terjebak?" Crystal mengernyit, buru-buru turun dari mobil dan menghampiri Xander. Terbatuk-batuk menghirup asap yang masih mengepul dari mesin mobil—baunya menyengat seperti terbakar. "Itu kenapa?" tanya Crystal sembari menutup hidung."Jika kita beruntung, mesinnya hanya kekurangan air." Xander menutup kap mobil. "Tapi, jika kita sedang sial, air mungkin tidak bisa memperbaiki mobilnya.""Lalu? Bagaimana?""Pilihannya hanya dua; mencari air atau menunggu pertolongan di sini." Xander menyisirkan jemarinya ke rambut. "Begini saja. Kau tetap di sini dan menunggu mobil lewat, sementara aku mencari air—""Tidak. Tidak. Aku ikut!" tolak Crystal cepat, lalu menatap Xander dengan bibir mencebik. Apa lelaki ini gila? Di sekitar mereka tidak ada apa-apa selain padang luas, jalanan panjang dan pohon-pohon tua. Langit mulai menggelap. Bagaimana jika ada hantu? Bagaimana jika ada orang jahat? Crystal
WILLIAM'S RANCH HOUSE, Chilcotin Country, British Columbia—Canada | 9:16 AM"Kau ... kau masih di sini."Xander terpaksa menghentikan kegiatan makannya dan menatap Crystal yang terlihat panik seperti melihat hantu."Aku pikir kau sudah memerah susu sapi, atau pergi ke pasar," lanjut Crystal dengan susah payah."Kau masih berusaha menghindariku?" tanya Xander datar sambil meneliti tiap perubahan raut gadis itu.Sudah beberapa hari berlalu, tetapi Crystal terus saja menghindarinya. Gadis ini keluar kamar setelah memastikan dia pergi memerah susu atau mengantar barang ke kota. Crystal tiba-tiba merengek ingin belajar berternak bersama Logan, bahkan ikut Lilya membeli kebutuhan peternakan di pasar dibanding menerima ajakannya."Jujur saja, Princess. Apa kau ingat yang terjadi?” todong Xander.Rona di wajah
Ada salah satu bagian favorite Crystal di ceritaAlice and Wonderland.Alice bertanya pada kelinci putih;berapa lama waktu selamanya?Si Kelinci putih menjawab;kadang, selamanya itu bisa jadi sedetik saja.Sekarang. Crystal menginginkan hal itu. Waktu berhenti di detik ini. Selamanya.Sambil menyadari tiap tarikan napas, tiap gerakan, Crystal membuka mata—menatap Xander sayu setelah ciuman mereka terlepas. Tangan Xander dengan lembut memegangi pinggul Crystal, sementara Crystal meneliti wajahnya. "Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, Princess." Bibir Xander bergetar ketika mengatakan ini, tapi Crystal melihat ketegasan di matanya. "Aku ingin kau tahu," bisiknya. "Hal yang menjadi penyesalan terbesarku."Crystal hanya membuka tutup mulut, kehilangan kata-kata. Ia bahkan nyaris tidak bisa bernapas, nyaris tidak berpikir. Semua ini terlalu ... membingun
Entah sudah berapa lama hening menyelimuti mereka.Crystal menunggu rasa panik—takut—atau keringat dingin kembali menyapa. Namun, rasa itu tidak datang. Hanya ketenangan yang nyaman saat jemari Xander turun dari pipinya lalu bersatu dengan jemarinya.Kesuraman membayangi cahaya bintang di mata Xander, tatapan yang belum pernah Crystal lihat pada laki-laki itu. "Jika kau memang masih butuh waktu untuk berpikir, aku bisa menunggu." Xander berdiri, membelai lembut puncak kepala Crystal, kemudian beranjak dan menghilang di balik pintu.Tidak. Jangan. Jangan pergi.Crystal mengusap wajahnya kasar, sementara kata-kata itu terus tersendat di kerongkongannya. Bukannya Crystal tidak mempercayai ucapan Xander. Crystal percaya. Sangat. Selama mereka bersama, tidak sekalipun Xander menyakitinya. Crystal hanyashockmelihat sisi lain dari lelaki itu. Xander mengingatkannya p