Seorang pria berusia sekitar 50 tahunan menyeruak keluar dari kerumunan. Penduduk desa segera menyingkir untuk memberinya jalan.
Chu Ning melihat kedatangan pria ini dan segera menangis lebih keras, "Kepala Desa Wu, kamu di sini. Berilah keadilan untuk wanita tua ini!"Wu Dashan mengerutkan keningnya, dia menatap Chu Ning dengan tidak senang. Selain Li Dabao dan Tuan Tua Li yang keduanya sudah meninggal, Wu Dashan memang tidak menyukai keluarga Li lainnya. Mereka sombong, licik dan suka mencari keuntungan yang tidak masuk akal. Namun sebagai seorang kepala desa, dia tentu harus berusaha bersikap adil terhadap warga desanya."Katakan apa yang terjadi?" tanya Wu Dashan dengan nada datar.Chu Ning masih terduduk di tanah, dia ingin memperlihatkan kesan lebih jelas kepada Wu Dashan kalau dia telah dianiaya, "Mo Heng datang ke sini bersama keluarganya dan menyalahkanku atas kematian Li Jianli. Dia menuduhku sebagai seorang penipu dan mengamuk dengan tidak masuk akal. Mereka sedang berasal di dalam dan merusak perabotan-perabotanku!"Tentu saja Chu Ning melewati bagian dimana Mo Heng memintanya mengembalikan uang mahar senilai 20 tael perak dan bagian dimana dia menolaknya.Wu Dashan mengerutkan alisnya. Dia merasa masalah ini tidak sesederhana itu. Ketika salah satu penduduk desa hendak maju untuk menjelaskan keadaan dengan lebih mendetail, Mo Heng keluar dari dalam rumah diikuti oleh 5 orang keluarganya."Kepala Desa Wu," sapa Mo Heng menangkupkan kedua tangannya ke depan untuk memberi salam. Dia lalu maju untuk menceritakan seluk beluk masalahnya. Ketika mendengar semua cerita dari Mo Heng, Wu Dashan segera menghela nafas panjang. Ternyata memang tidak sesederhana yang dikatakan oleh Chu Ning.Wu Dashan menoleh dan menatap Chu Ning dengan tatapan kesal, "kenapa kamu tidak mengembalikan uangnya saja dan malah membuat mereka marah?"Wu Dashan tidak mengharapkan jawaban dari Chu Ning. Tentu saja dia tahu betapa Chu Ning mencintai uang. Dia bahkan lebih memilih untuk membiarkan anaknya mati daripada mengeluarkan uangnya untuk membeli obat. Apalagi ini uang sejumlah 20 tael perak!"Kepala Desa Wu, ini," kata Mo Heng seraya menyerahkan sebuah kotak uang yang terbuat dari kayu. "Uangnya pasti ada di dalam sini. Aku belum sempat membukanya."Mata Chu Ning terbelalak ketika melihat kotak yang dipegang oleh Mo Heng. Dia segera berteriak, "pencuri! Pencuri! Apa yang kamu lakukan dengan uangku!""Jangan berbicara omong kosong!" bentak Mo Heng. Meskipun Mo Heng adalah seorang pria brengsek, dia adalah pria yang jujur untuk masalah uang.Chu Ning hanya bisa menangis ketika melihat Wu Dashan menerima kotak uang itu dan membukanya. Dia bisa melihat beberapa tael perak dan koin tembaga di dalamnya."Uangku berjumlah 20 tael perak," kata Mo Heng datar.Wu Dashan mengambil beberapa keping tael perak dan menyerahkannya kepada Mo Heng, "ini 20 tael perak milikmu." Dia lalu berbalik dan menyerahkan kotak itu kepada Chu Ning, "ini bisa diselesaikan dengan mudah. Kenapa kamu harus membuatnya sulit?"Chu Ning membuka kotak itu dan melihat isinya. Itu hanya tersisa empat tael perak dan lima puluh koin tembaga. Uangnya kembali ke jumlah semula. Dia kembali meratap dengan histeris. Di kehilangan uangnya dan perabotannya rusak. Kenapa dia harus menanggung kerugian ini?"Hu! Hu! Hu! Kepala Desa Wu! Kamu harus memberikan keadilan! Mo Heng merusak perabotan rumahku, kenapa dia tidak menggantinya?""Aku sudah memintamu mengembalikan uangku, tapi kamu menolak. Aku sudah memperingatkanmu, tapi kamu tetap menolak. Apakah menurutmu, aku, Mo Heng, bisa kamu permainkan?" kata Mo Heng dengan tidak senang."Ya, itu benar! Dia sudah memperingatkanmu, tapi kamu tetap menolak mengembalikan uangnya!""Benar! Benar!""Siapa yang ingin memberikan 20 tael perak secara gratis? Kamu yang tidak masuk akal!""Nyonya Chu, kamu terlalu kikir!"Mo Heng mengangkat salah satu sudut bibirnya dan mengangkat dagunya dengan bangga.Saat mendengar perkataan penduduk desa di belakangnya, Wu Dashan kembali menggelengkan kepalanya, "kamu yang menantang mereka. Anggaplah ini sebagai pelajaran untukmu." Dia tidak ingin membela mereka. Biarlah mereka menjadi contoh untuk penduduk desa lainnya.Keluarga Li tercengang. Apakah mereka hanya bisa menerima kekalahan ini begitu saja?Mo Heng dan rombongannya berpamitan kepada Wu Dashan dan berlalu meninggalkan rumah keluarga Li.Chu Ning kembali menangis dan berguling-guling di atas tanah. Anggota keluarga Li lainnya hanya bisa mengeluh kekalahan di dalam hati mereka.Wu Dashan dan penduduk desa lainnya hendak berbalik pergi, namun mereka tersentak ketika mendengar suara yang sedikit serak dari arah gudang kayu."Kepala Desa Wu! Tunggu!"Semua orang berbalik dan melihat Li Jianli dengan tatapan ngeri. Keluarga Li tercengang hingga mulut mereka terbuka lebar.Apakah mereka salah lihat? Apakah itu hantu Li Jianli?"Ha-hantu!" Li Dabao berteriak dan jatuh pingsan."Jangan bunuh aku! Jangan bunuh aku! Ini Nenekmu … dia … dia yang ingin menjualmu kepada Mo Heng!" Dong Kaili bersembunyi di balik tubuh gemuk Chu Ning. Dia menjadikannya sebagai tameng."Brengsek! Wanita jalang! Kenapa kamu menjualku?" raung Chu Ning marah. Dia segera menunjuk Dong Kaili dengan tangan yang bergetar, "dia … dia yang memberiku ide. Aku … aku hanya melaksanakannya!"Li Jianli sama sekali tidak peduli dengan ucapan mereka, dia berjalan ke arah Wu Dashan yang masih tercengang."Apakah … apakah kamu Li Jianli?" tanya Wu Dashan. Dia sebenarnya merasa takut, tapi tetap berusaha berdiri tegak.Li Jianli menganggukkan kepalanya, "ya Kepala Desa Wu. Ini saya, Li Jianli.""Bohong! Li Jianli sudah mati! Kamu pasti hantu yang memasuki tubuhnya." Li Yiran yang sedari tadi terdiam karena terkejut akhirnya mendapatkan kembali suaranya dan berteriak.Li Jianli menoleh dan menatap Li Yiran dengan tatapan tajam, "aku belum mati.""Tidak … tidak mungkin! Kamu jelas-jelas tidak bernafas tadi," celetuk Chu Ning dengan suara yang bergetar hebat."Nenek, aku tadi hanya pingsan," jawab Li Jianli dengan acuh tak acuh "Tidak! Kamu sudah mati! Banyak penduduk desa yang tadi sudah melihatmu mati," jawab Chu Ning dengan cepat."Terserah padamu. Yang pasti aku masih berdiri di sini," kata Li Jianli seraya mengangkat kedua bahunya. Dia sama sekali tidak peduli."Biar aku periksa," seorang pria berusia awal 40 tahunan maju dari arah kerumunan. Dari penampilannya, Li Jianli menebak bahwa dia adalah seorang tabib desa."Paman Gu, mohon bantuannya."Tabib desa itu memeriksa denyut nadi Li Jianlin dengan sangat berhati-hati. Setelah beberapa saat, dia menghela nafas panjang, "denyut nadinya begitu lemah."Semua orang kecuali keluarga Li menatap Li Jianli dengan tatapan iba. Gadis ini ternyata benar-benar hanya pingsan dan saat ini nyawanya berada di ujung tanduk."Kepala Desa Wu, aku ingin meminta tolong kepadamu. Tolong bantulah aku," kata Li Jianli dengan raut wajah menyedihkan.Wu Dashan menatapnya dengan tatapan rumit. Dia merasa kasihan dengan gadis muda ini. Hidupnya bahkan lebih sulit dibandingkan seekor kuda."Katakan saja, apa yang bisa aku bantu?""Kepala Desa Wu, aku ingin memisahkan keluarga dari keluarga Li," kata Li Jianli berterus terang.Semua orang tercengang ketika mendengarnya. Memisahkan keluarga? Apa yang bisa dilakukan seorang gadis berusia 15 tahun apabila dia memisahkan diri dari keluarganya? Bagaimana dia bisa mencari suami di masa depan?"Li'er … ini … bukankah ini akan sulit?" kata Wu Dashan ragu-ragu. Dia memang tidak tega dengan kehidupan Li Jianli di keluarga Li. Tapi, bagaimana bisa seorang gadis berkeliaran tanpa rumah?"Tidak. Aku sudah bertekad. Aku ingin membuat surat pemisahan keluarga," kata Li Jianli tegas."Tidak, tidak, tidak! Tidak bisa!" Chu Ning kembali tersadar dan segera menolak ide Li Jianli. Bagaimana mereka bisa melepaskan Li Jianli? Kalau mereka melepaskannya, siapa yang akan mengerjakan pekerjaan rumah? Siapa yang akan mengerjakan ladang?"Kenapa tidak? Apakah kamu takut kehilangan orang yang melakukan semua pekerjaan untukmu?" sindir Li Jianli.Chu Ning langsung terdiam. Kenapa Li Jianli
"Aih, berjalan ke sini saja sudah sangat melelahkan," celetuk Li Jianli seraya menatap gunung yang menjulang tinggi di hadapannya.Desa Weida berada tepat di kaki Gunung Tian. Meskipun Gunung Tian terkenal sangat berbahaya karena dipenuhi dengan binatang buas, namun itu tidak menyurutkan niat Li Jianli untuk tinggal di sana. Bagaimanapun, dia tidak memiliki uang dan harus mencari tempat tinggal untuk sementara waktu. "Li'er?" Suara lembut seorang wanita menyadarkan lamunan Li Jianli.Li Jianli menoleh, dan melihat seorang wanita lusuh berusia sekitar 20 tahunan berdiri tidak jauh dari tempatnya. Dia menggendong sebuah keranjang berisi kayu bakar. Pakaiannya lusuh dan penuh tambalan, tidak berbeda jauh dengan pakaian yang dikenakan Li Jianli.Li Jianli mengerutkan keningnya dan berusaha mengingat siapa wanita di hadapannya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya bisa mengingatnya Wanita itu adalah Xue Nuan. Dia seorang janda yang berasal dari Desa Xueda. Desa Weida dan Desa Xueda hanya
Setelah berjalan beberapa saat, Li Jianli dan Xue Nuan akhirnya tiba di depan Gerbang Desa Xueda. Meskipun desa mereka bersebelahan, ini adalah kali pertama Li Jianli datang ke desa ini. Dia bahkan harus mencuri-curi waktu untuk mencari buah-buahan liar demi sekedar mengisi perutnya. Bagaimana dia bisa memiliki waktu untuk berjalan-jalan?Desa Xueda terlihat lebih miskin daripada Desa Weida. Meskipun sama-sama membuat rumah dari tanah Lumpur, namun rumah-rumah di Desa kondisinya jauh lebih memprihatinkan dan bobrok.Keduanya berjalan hingga mereka tiba di depan sebuah rumah. Rumah Xue Nuan berada di sisi paling timur desa. Rumah itu hanya memiliki 1 bangunan dan juga sepetak kecil ladang sayur."Li'er, aku harap kamu tidak keberatan," kata Xue Nuan terlihat tidak enak."Kakak, apa maksudmu? Ini jauh lebih baik daripada tidur di dalam hutan!" hibur Li Jianli. "Ibu, kamu sudah kembali!" Sesosok anak kecil berlari keluar dari dalam rumah. Dia terlihat berumur sekitar 2 tahun. Anak kecil
"Wuah!" Baobao melihat bubur nasi hambar, juga sayur liar yang ditumis tanpa minyak dan bumbu yang ada di depannya dengan mata berbinar. Dia terlihat sangat bahagia. Sedangkan Xue Nuan dan Jing Yue hanya bisa merasa sakit hati di dalam hati mereka. Kehidupan mereka sangat sulit. Bahkan Baobao akan merasa sangat bahagia hanya karena melihat bubur nasi hambar yang sedikit kental. Baobao menoleh ke arah Xue Nuan dan berkata dengan polos, "Ibu, makanan hari ini sangat mewah!"Xue Nuan tersenyum lembut dan membelai pelan kepala Xue Bao, "makanlah kalau kamu suka.""Baik! Ayo Ibu, Nenek, Bibi, kita makan!" kata Xue Bao tidak lupa mengingatkan semua orang untuk makan.Li Jianli menyantap hidangan di atas meja dengan sangat tenang. Di kehidupan sebelumnya, dia memiliki orang tua yang sangat kaya dan keluarga yang harmonis. Sayangnya, itu hanya di permukaan.Kedua orang tuanya hanya memiliki Li Jianli dan kakak kembar laki-lakinya, Li Feng. Kedua orang tua Li Jianli sibuk bekerja. Selain itu
"Baiklah! Aku tidak bisa melakukan apapun selain mencoba!" kata Li Jianli pada akhirnya. Dia bergegas menggiring beberapa ekor ikan gemuk ke sisi sungai. Tanpa di duga, 3 di antaranya melompat ke atas dan menggelepar di atas tanah.Li Jianli tertegun. Bisakah keberuntungannya sebaik ini?Setelah beberapa detik, Li Jianli kembali pulih dari keterkejutannya dan bergegas menangkap 3 ekor ikan gemuk itu. Dia memasukan semuanya ke dalam tembikar. Kini, tembikar ya sangat penuh dan berat!Li Jianli mengangkat tembikar itu. Untung saja dia pernah belajar ilmu bela diri, setidaknya dia sedikit lebih kuat. Li Jianli kembali melayangkan pandangan ke sekelilingnya. Dia berharap bisa menemukan rempah-rempah liar untuk memasak. Lebih bagus lagi kalau dia bisa menemukan pohon Lemon. Tanpa diduga, matanya jatuh di sebuah pohon dengan banyak buah berwarna kuning yang bergelantung. Matanya terbelalak lebar.Lemon! Dia benar-benar bisa menemukan pohon Lemon! Betapa beruntungnya dia!Namun dia tidak bi
Hanya dalam beberapa saat, seluruh dapur ditutupi dengan bau yang sangat harum. Semua orang diam-diam menelan air liur mereka."Bibi Jianli, apakah menurutmu ikannya sudah matang?" tanya Xue Bao tidak sabar."Lihatlah, berapa rakusnya anak itu!" kata Jing Yue seraya tertawa.Li Jianli tertawa, "baiklah! Sepertinya sudah waktunya." Dia segera membuka tutup kukusan dan aroma harum masakan semakin menguat. Dia mengeluarkan ikan kukus dan meletakkannya di atas meja. Anda mereka memiliki minyak, dia bisa menggoreng salah satu ikan juga."Bubur juga sudah siap. Ayo kita makan," kata Xue Nuan. Dia segera memasukkan bubur ke dalam mangkuk masing-masing orang dan meletakkannya di atas meja. Dengan segera, 4 orang sudah duduk melingkari meja."Ayo kita makan," kata Li Jianli. Selain Li Jianli, ketiga orang lainnya masih memiliki keraguan di dalam hati mereka. Namun mereka tetap memberanikan diri mereka untuk mencobanya."Enak!"Semua orang berseru kaget ketika merasakan daging ikan yang segar,
"Li'er, kamu benar-benar beruntung!" Jing Yue mau tidak mau berteriak kaget ketika melihat sekeranjang penuh buah persik berukuran besar.Li Jianli tersenyum ketika mendengar pujian Jing Yue, lalu bertanya, "Bibi, bisakah kita menukarkan buah-buahan persik ini dengan uang? Aku pikir kita bisa menyimpan beberapa dan menjual sebagian ke Kota Teratai."Jing Yue berpikir dengan serius ketika mendengar perkataan Li Jianli, "kalau buah persik yang kamu dapatkan berukuran kecil, aku akan memintamu untuk memakannya sendiri. Tapi … buah persik ini besar dan terlihat bagus. Ya, aku pikir kamu bisa menjualnya dengan harga bagus.""Bibi, cobalah," kata Li Jianli seraya menyerahkan sebuah buah persik berukuran besar kepada Jing Yue.Jing Yue tidak menolaknya. Dia bergegas mencucinya lalu menggigit buah persik itu dengan gigitan besar."Ini … ini sangat manis dan berair. Juga kulitnya tipis dan dagingnya besar. Li'er, kamu benar-benar bisa menjualnya!" kata Jing Yue penuh semangat. "Dimana kamu men
"Kamu gadis baik, jangan pedulikan keluarga Li itu. Mereka orang-orang yang tidak masuk akal," dengus Xue Dafu. Siapa yang tidak mengenali betapa tidak masuk akalnya keluarga Li? Hanya dikarenakan mereka memiliki calon sarjana di rumah mereka, mereka bertindak seolah-olah mereka adalah keluarga pejabat dan selalu berbuat masalah dengan orang lain."Kakak Dafu, tenang saja. Sekarang itu tidak menggangguku sama sekali," jawab Li Jianli. "Ya, ya, ya." Xue Dafu tidak mengatakan apapun dan hanya mengangguk setuju. Xue Dafu menghentikan keretanya ketika mereka sampai di gerbang Kota Teratai, "Nuan, Jianli, apakah kalian akan pergi ke pasar? Kalau ya, kalian sebaiknya turun di sini karena aku harus mengambil jalur lain menuju Pusat Medis Zhang.""Kami mengerti," jawab Xue Nuan. Li Jianli segera membawa keranjangnya turun dari gerobak sapi dan membantu Xue Nuan untuk turun.Xue Dafu segera menambahkan, "Aku akan menunggu di gerbang kota paling lambat pukul 4 sore. Bila kalian tidak menemuk