Sabarmu jangan lupa untuk istrimu, jangan hanya karena yang di rumah sudah memberikan segalanya, lalu dengan ringannya kamu abaikan cintanya untuk mencari yang lain.
~Rayden ♡
"Bee... beee.... kamu kemana sih?!" teriak Diza yang berada di tangga paling atas.
Tidak ada yang menjawab.
Hanya suara Diza yang memenuhi ruangan besar itu. Sebulan waktu pernikahan telah mereka lewati, dan kini mereka telah pindah ke perumahan mewah di ibu kota. Alasannya karena Rayden ingin anaknya tumbuh di tempat yang bisa digunakan untuk bersosialisasi dengan baik dan dekat dengan lingkungan hijau.
"BEE!" Diza kembali berteriak dan masih tidak ada jawaban.
Diza menghembuskan nafas kesal dan menuruni tangga menuju dapur. Mengambil roti dan mengolesinya selai coklat, strawberi, dan kedelai yang dibuat masing-masing dua lalu menatanya di piring. Mengambil susu kotak di kulkas dan menuangkan ke dua gelas. Diza seorang diri mengangkat semua itu dengan bolak balik 2 kali dari dapur ke meja makan.
Setelah selesai memindahkan semuanya ke meja makan Diza langsung mendudukkan dirinya di kursi yang biasa ia tempati, dan tanpa menunggu kedatangan Rayden ia langsung melahap sarapannya dengan tenang
Diza telah menghabiskan sepotong rotinya saat ia mendengar suara langkah kaki seseorang yang mendekat kearahnya.
"Honeeyy ... kok gak nunggu aku sih," ucap Rayden setelah berada disamping Diza.
Dan Diza menjawab dengan kedikan kedua bahunya dan tetap fokus pada acara makanannya.
Rayden lalu memeluk Diza dari samping. "Honeey ...," ucapnya berusaha meredam kekesalan Diza.
Diza melepaskan pelukan Rayden darinya dan Ray hanya bisa melepaskan Diza dengan tidak rela. "Udalah Rayden mending kamu makan aja dulu, udah aku siapin." Dan masih tanpa menoleh pada Rayden, Diza melanjutkan acara makannya tanpa menghiraukan kehadiran Rayden.
Dengan meneguk seluruh isi gelasnya Diza mengakhiri sesi makannya dan berniat pergi kembali ke kamar. Tapi langkahnya di tahan oleh tangan Rayden. "Honeey ..."
"Hmmm," ucap Diza tanpa minat.
Rayden menarik Diza mendekat dan memeluknya dari samping. "Aku gak mau makan kalo bukan kamu yang nyuapin," ucap Rayden manja.
"Hmm," respon Diza lalu kembali duduk di kursinya.
"Nyuapinnya disini aja biar gampang." Rayden menarik pinggang Diza dan memindahkan Diza ke pangkuannya.
"Ck! Apaan sih!" ucap Diza sok nolak padahal sih di dalam hatinya pasti lagi berbunga-bunga.
Rayden yang sudah tau Diza cuman lagi malu-malu tapi mau, memanfaatkan situasi dengan mencium pipi istrinya, "Kamu kalo lagi ngambek gemesin ... sok dikembungin gitu pipinya. Padahal walau gak gitu pipi kamu udah chubby loh ..."
Diza yang udah hampir tersenyum-senyum dan melayang ke langit karena kalimat pertama Rayden, langsung terhempas ke bumi dan melotot setelah mendengar kalimat yang di ucapkan setelahnya. "HAH APA?!! Kamu mau ngatain aku gendut," ucap Diza sambil melotot pada suaminya.
"Nggak honeyy ... pipi kamu yang chubby bikin aku jadi pengen gigit terus, apalagi body kamu yang weeuuhhh kayak gitar spanyol bikin a-"
Diza sengaja membungkam mulut suaminya untuk menghentikan ucapannya yang akan semakin ngawur itu.
"Udahlah kamu kebanyakan alasan, aku sebel sama kamu!" Walau berucap begitu Diza tetap menyuapi Rayden dengan sepotong roti rasa coklat.
Ray yang memang sedari tadi memeluk pinggang Diza hanya bisa menikmati suapan dari Diza. Setelah satu roti habis Ray kembali memulai percakapan. "Maaf yaa honeey ak-"
Ucapan Ray terhenti karena Diza menyumpal mulutnya dengan roti strawberi. Seakan tidak ingin memberikan kesempatan Rayden untuk kembali bersuara, setiap Rayden selesai mengunyah Diza langsung menyodorkan roti yang harus di gigitnya. Rayden pasrah menunggu sarapannya selesai untuk kembali bisa bicara dengan istri tercintanya.
Beberapa menit kemudian Ray selesai menelan roti terakhirnya. "Minum," ucap Ray.
Diza mengambil gelas yang berisi susu dan nenggiringnya ke mulut Ray. Setelah menghabiskan setengah Ray menyudahinya dengan menjauhkan gelas itu dari bibirnya. "Udah aku kenyang," ucap Ray.
Diza yang mendengar itu hanya memberi pelototan pada suaminya. Dan Rayden bisa mengartikan arti tatapan itu. Ray meneguk ludah dan berucap, "Oke aku habisin." Diza tersenyum dan kembali menyodorkan gelasnya pada suaminya. Ray meminumnya dengan cepat sampai tidak ada satu tetespun tertinggal di gelas.
Melihat tugasnya telah selesai Diza kembali ingin beranjak dan kembali tertahan oleh pelukan Rayden. "Tunggu dulu ... dengerin aku dulu ...," ucap Rayden.
Diza memprotes, "Apalagi yang perlu aku denge-"
Cuup
Ucapan Diza terhenti karena kecupan kilat yang di berikan Rayden.
Diza melotot pada Ray yang melihatnya dengan senyuman manis.
Rayden kemudian kembali menjelaskan, "Honeeyy dengerin aku dulu. Tadi aku cuman la-"
Diza kembali memotong ucapan Ray. "Cuman tebar pesona kan? Mumpung aku tidur jadi kamu bebas tebar pesona kan. Ka-"
Cuup
Dan Ray kembali mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk menghentikan ucapan istrinya. Dan karena ingin segera meluruskan kesalahpahaman pemikiran Diza, Ray mengeluarkan dua pilihan.
"Kalo gini terus aku gak bakal selesai ngomongnya. Gini deh honeeyy aku kasih kamu dua pilihan. Pertama, kamu mau dengerin penjelasan aku. Kedua, kita selesaikan ini di ka-"
"PERTAMAA!!" muka Diza sudah merah padam saat berteriak menghentikan ucapan suaminya yang benar-benar-benar-benar-benarr pervert itu.
Ray hampir saja menyemburkan tawanya melihat ekspresi istrinya itu. Sebulan hidup bersama, Ray sudah tahu kelemahan istrinya yang menggemaskan itu, Diza adalah orang pemalu, malu-malu tapi mau tepatnya. Kalo sudah berhubungan dengan pembahasan umur mereka yang dibelakangnya ada tanda tambah itu. Padahal menurutnya itu hal yang biasa diantara mereka.
"Kalo ketawa ya ketawa aja! Jangan ditahan! Nanti jadi kentut!" ucap Diza sebal.
Lalu meluncurlah tawa Rayden yang sangat keras itu sampai-sampai mata Rayden mengeluarkan air mata.
'Apasih gak ada yang lucu keless' -Batin Diza.
"Udah kali bee, cepetan ngomongnya!" Kesal Diza lalu mencubit perut sixpack Rayden.
Rayden lalu menghentikan tawanya, memeluk Diza erat dengan satu tangannya dan memegang dagu Diza dengan tangan satunya mengarahkannya agar ia bisa menatap mata istri tercintanya itu.
Ray menatap Diza dengan mata teduhnya. "Aku tadi cuman lari pagi keliling kompleks sebentar kok. Trus tadi aku gak mampir kemana-mana kok, aku juga lari sambil dengerin musik jadi gak bales sapaan para cabe-cabe kok. Kamu percayakan sama aku?" ucap Rayden lalu mengedip-ngedipkan matanya diakhir ucapannya.
Diza cemberut. "Terus kenapa aku ditinggal?"
"Aku gak mau bangunin tidur nyenyakmu bee ... kamu pasti capek banget setelah melalui malam panjang kita, jadi untuk kali ini aku lari pagi sendiri. Biasanya juga lari paginya selalu bareng kamu kan?" tanya Ray sambil menaik turunkan alisnya menggoda Diza.
Diza terkekeh geli kemudian mengalungkan kedua lengannya pada leher Rayden dan menggesekkan hidungnya pada Rayden dengan senyum menghiasi wajah Diza. "Iya deh aku percaya. Kamu gemesin banget deh."
"Iya dong gemesin kan aku belajar dari kamu," rayu Rayden lalu mengecup hidung mancung istrinya.
Wajah Diza bersemu. "Dih bisa aja gombalnya," ucap Diza sambil memukul kecil bahu suaminya.
"Biarin yang penting kamu suka. Bwee ...," ucap Ray dan menjulurkan lidahnya mengejek Diza.
"Udah deh, sana mandi dulu terus kita jalan deh," ucap Diza yang sedang blushing.
"Hmmm .... mau jalan kemana?" tanya Rayden tanpa melepaskan pelukannya dari Diza yang mencoba kabur dari kekepan suaminya.
"Ke-
Ada nggak sih, cowok yang sesabar Rayden? 😢
"Kalo ngejar kamu itu gak bisa pelan-pelan, harus ngerahin semua usaha aku. Karena nanti kalo gak buru-buru aku tangkep, kamunya nanti hilang di ambil orang." ~Rayden (Suaminya Diza)"Kamu itu manis, bahkan lebih dari kata manis itu sendiri." ~Diza (The one and only istrinya Rayden Arditama)"Kemana ya bee?" Diza mengetuk-ngetuk dagunya sambil pura-pura berpikir, sengaja untuk menggoda Rayden.Rayden menaikkan sebelah alisnya bingung, "Belum ada tujuan nih?""Hmm gimana yaa?" tanya Diza masih belum mau membeberkan informasi.Rayden menatap Diza lekat, "Oooh ... mau main rahasia-rahasiaan yaa?"Diza yang sudah mengenal Rayden dari kecil sudah tahu arti tatapan itu, dan ia bergegas kabur menjauh dari dekat Ray. Rayden yang tanggap segera berdiri dari kursi dan menangkap lengan Diza."Bee.. kamu curang! Ayo ulang lagi dari awal!" ucap Diza memprotes Ray yan
"Membangun kepercayaan bisa dimulai dengan hal kecil. Agar bisa berkembang menjadi benteng hubungan yang lebih kokoh."-D"Dih diputusin."-JDiza yang sudah mandi, memakai make up, dan menata rambutnya kemudian menyiapkan kemeja, jas, dan semua yang akan dipakai Rayden nanti, agar sesuai dengan apa yang akan dikenakannya. Diza juga menyiapkan sepatu dan pernak-pernik yang akan mereka pakai.Tepat setelah Diza menyelesaikan pekerjaannya, Ray keluar dari kamar mandi dengan keadaan bertelanjang dada dan hanya handuk kecil yang menutupi bagian pinggang sampai lututnya. Ray dengan santainya berjalan kearah Diza yang sekarang sedang berada di depan lemari untuk mengambil gaun yang akan Diza pakai.Setelah sampai tepat di belakang Diza yang tidak menyadari keadaannya, Ray memeluk Diza erat. Dan meletakkan kepalanya di bahu Diza.Diza merasa sedikit risih karena rambut basah sua
"Kenapa lemes bee?" Diza bertanya karena melihat raut suaminya yang tidak antusias."Nunggu dikasih jatah di tunda mulu sama kamunya," jawab Ray sambil cemberut pada Diza."Ish, apasih di jalan malah ngomongin masalah rumah tangga,"ucap Diza sambil memukul pelan bahu Ray dan berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya."Iya iya kita omongin waktu dirumah aja," jawab Ray sambil memberikan kedipan nakal pada istrinya.Sebenarnya Ray bukannya tidak antusias saat ini, namun dia hanya merasa sedikit kesal karena kegiatan pribadi mereka terintrupsi oleh telepon dari Namo.Percakapan mereka terhenti karena mereka telah sampai tujuan. Mobil Rayden berhenti di tempat parkir berjejer dengan mobil-mobil mewah lainnya. Rayden turun terlebih dahulu, lalu membukakan pintu untuk Diza dan mengulurkan tangannya membantu Diza keluar. Mereka berdua berjalan menuju pintu masuk dengan Diza yang m
Udah jadi tugas aku buat ngelindungin orang yang ku sayang. Jadi kamu gak boleh ngelarang-larang aku. Apalagi orang itu kamu, orang yang ku sayang sekaligus ku cinta.-your love💖Ray menghentikan langkahnya ketika mereka sampai di depan pintu yang berhias dua patung singa yang terbuat dari emas di sisi kanan dan kiri pintu."Pintu lagi honey??", Tanya Ray menolehkan kepalanya ke arah Diza sambil menaikkan sebelah alisnya lalu melanjutkan,"Kejutan lagi?" Dan menunjukkan smirk andalannya.'Biar apa cobak kek gitu' -batin Diza.'Biar ganteng' -jawab angel Diza.'Biar sexyyy' -jawab demon Diza."Haisshhh apaan", Diza menggeleng-gelengkan kepalanya membuyarkan lamunannya yang mulai mengarah dan membumbung tinggi ke hal yang tidak-tidak."Kenapa hon?", Tanya Ray bingung dengan tingkah absurd Diza disa
Andai kamu tahu. Kamu adalah hadiah terindah dalam hidupku.-your husband-Ada yang cemas, tapi ternyata hanya modus. Untung saja bukan lelaki kerdus.~D"Kamu sih bee kelamaan~", ucap Diza merajuk~.Ray yang mengancingkan kemejanya beralih fokus ke arah Diza yang sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.Ray kemudian memilih mendekati Diza, dan mengambil alih hair dryer di tangan Diza dengan lembut dan mulai menggantikan Diza mengeringkan rambutnya dengan hati-hati.Diza yang memandang bayangan dirinya dan Ray dari cermin, tersenyum senang karena keromantisan suaminya. Hilang sudah kekesalannya pada suaminya.Yups! Ray memang sedahsyat itu.Ray menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Menaruh hair dryer diatas meja rias di depan Diza. Lalu beralih untuk deduk di meja rias di hadapan Diza.M
"Biasanya juga doyan."~Raysum"Hoammmm...... perutku kembung, jadi ngantuk~" ucap Diza yang duduk di samping Ray yang menyetir.Yups. Ray dan Diza lebih memilih pulang daripada menginap di hotel, bukan tidak mehargai usahaa ayah Ray, namun Ray lebih memilih pulang setelah berterimakasih pada keluarganya dan Diza setelah memberi tahu alasannya tidak mau menginap. Tidak leluasa ucap Ray kala itu, benar-benar tebal muka sekali Rayden ini. Sedangkan Diza disampingnya, wajahnya sudah semerah kepiting rebus karena ucapan suaminya yang selalu menjurus ke hal yang membuatnya melayang-layang itu. Dan masih sempat untuk mencubit kecil pinggang suaminya yang membuatnya malu itu. Sedangkan yang lainnya tertawa melihat interaksi pasangan muda tersebut. Rayden dan Diza kemudian pamit pulang. Diza juga mendapat banyak wejangan dari ibu dan ibu mertuanya.Ray mengemudi dengan satu tangan sebelah
"Aku sudah biasa akan semua tentang dirimu, kenapa masih malu?"~RaysumRay terbangun dari tidurnya karena suara keroncongan perutnya sendiri. Melihat ke arah istrinya yang masih terlelap dalam tidurnya, kemudian mengecup dahinya.Ray kemudian turun dari kasur. Memunguti sepotong kain untuk menutupi tubuhnya. Melangkah kearah pintu untuk turun menuju dapur.Berpikir sejenak akan memasak apa dan setelah berkelumit dengan berbagai masakan di kepalanya, akhirnya ia memutuskan untuk memasak pasta untuk istri tercintanya dan dirinya.Ray memasak dengan lihai ditemani dengan siulannya, sengaja tak membangunkan istrinya karena yakin istrinya masih memerlukan waktu istirahat yang lebih lama. Memikirkan itu membuat Ray tersenyum sendiri.Setelah semuanya siap, Ray memberi pemanis diatas pasta berupa dua daun papermint yang salah satu ujung daunnya didekatkan agar membentuk simbol hati. Seper
"Masih perlu dipertanyakan rasaku padamu?"-Rayden-Diza mengangkat telepon, menempelkannya kearah telinga dan berbicara. "Halo dengan Diza disini."Jawaban dari seberang membuat Diza menjatuhkan gagang telepon dan melotot kearah Ray."Beee!!!" , Teriak Diza histerisRay yang sedari tadi memandang Diza terkejut akan teriakan Diza. Ray melotot terkejut."Iya hon?!", jawab Ray.Diza tak menjawab tapi menghentak-hentakkan kakinya kesal dan segera berbalik berlari menaiki tangga.Ray bingung ikut mengejar, tapi baru saja ia menaiki seperempat naikan tangga, Diza sudah kembali turun dengan pakaian berbeda."Mau kemana hon?", tanya Ray kebingungan karena kecepatan istrinya bertransformasi.Diza tak menjawab malah menyeret Ray keluar dari rumah. Dige