“Are you still mad?”
Andrew Lewis mogok bicara dan pria itu telah memulainya sejak mereka meninggalkan tempat Mario Sanchez. Padahal sebentar lagi pesta akan dimulai dan Anna sungguh tidak ingin Jason Luthor mengendus pertengkaran hingga membuat pria tua itu berpikir bahwa masih ada celah untuk menjodohkannya dengan pria lain. Ya, meskipun Jason Luthor telah mengizinkan Anna menjalin hubungan dengan Andrew Lewis, tapi sebenarnya diam-diam Anna tahu bahwa pria tua itu telah menjodohkan Anna dengan pria lain.
Anna kembali mendekati Andrew Lewis, tapi tampaknya kekasih Anna itu masih bergeming dan membuat Anna terpaksa menyerah.
“Ok, fine. Aku bersalah dan aku minta maaf. Aku berbohong. Aku tidak menemui Samantha, melainkan pergi mengunjungi Chris Rowell di apartemennya. Tidak terjadi apa-apa di sana. Aku dan Chris Rowell hanya terlibat pembicaraan ringan, tidak lebih. Jadi, berhenti bersikap kekanak-kanakan seperti ini, Andrew. Kau membuatku terlihat bodoh,” ka
Anna tidak pernah membayangkan jika seorang Andrew Lewis akan sungguh melamarnya. Anna pula tidak mengira Andrew Lewis akan bergerak sangat cepat mengurus keperluan pernikahan mereka tanpa sepengetahuannya. Andrew Lewis bahkan melarang Anna untuk terlibat dengan alasan ingin memberikan dirinya kejutan. Berdebat pun rasanya percuma karena pendirian seorang Lewis tidak pernah mudah untuk digoyahkan dalam hal apa pun. Siang ini Anna membuat janji akan bertemu dengan Mario Sanchez. Fitting gaun pengantin untuk yang terakhir kali sebelum Anna kenakan untuk acara pernikahan minggu depan. Gaun sederhana dengan potongan rendah di bagian belakang pasti akan sangat cocok di tubuh semampai Anna. Bahkan Mario Sanchez pun berulang kali berdecak kagum atas karya yang berhasil dia ciptakan. “Tuan Lewis akan sangat menyukainya, Nona,” cetus Mario Sanchez ketika Anna melihat bentuk tubuhnya di depan cermin. Gaun berwarna putih itu memang menempel dengan sangat sempurna ditubuhnya. Ba
Lima jam lagi dan Anna akan resmi menjadi istri Andrew Lewis. Bathrobe masih melekat di tubuh Anna ketika riasan di wajah hampir selesai. Anna memperhatikan diri dalam pantulan cermin. Ibunya benar. Anna terlihat berbeda hari ini. Tidak ada keraguan sama sekali. Dia benar-benar memilih Andrew Lewis dan menerima semua konsekuensi saat memutuskan meletakkan nama pria itu di belakang namanya.“Aku tiba-tiba khawatir ….” Pamela tiba-tiba bersuara setelah seorang stylist menyudahi menata rambut putrinya. Pamela kemudian mendekat, menatap Anna dalam pantulan cermin yang terlihat sangat begitu cantik. “Apakah gaun pengantinmu bisa sampai tepat waktu?”“He’s Mario Sanchez, Mom dan Mario Sanchez akan selalu datang menepati janjinya. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.”“I know, but … apa kau tidak berpikir ini sebuah pertanda?”“Pertanda?” Anna seketika mengerutkan dahi. “Ka
“Ba-Bagaimana dengan tamu undangan di luar? Apa yang akan kita katakan pada mereka?” Anna masih berusaha melepaskan diri dari kungkungan lengan Andrew Lewis. “A-Andrew … kau sudah gila!” Andrew Lewis tidak melakukan penghukuman pada Anna di ruangan yang mereka masuki beberapa waktu lalu. Pria itu sengaja membawanya ke sebuah hotel yang tidak jauh dari tempat mereka mengucapkan janji. Anna menggeliat berulang kali karena rasa geli yang menjalari seluruh tubuhnya yang telah polos sempurna. Andrew Lewis benar-benar menghukumnya. Dorongan keras dan kuat di bawah sana seakan menjadikan bukti bahwa Andrew Lewis adalah pemilik sah yang berhak atas tubuh Anna Wijaya sebagai istrinya. Erangan Andrew Lewis mengudara bersamaan dengan jatuhnya keringat yang membanjiri dahi dan bahkan hampir seluruh tubuh pria itu. Napas Anna terengah. Bercinta dengan Andrew Lewis memang bukan yang pertama, tapi malam ini Anna sungguh dibuatnya kewalahan. Pria itu sama sekali tidak memberikan Ann
Kegiatan pertama yang selalu dilakukan Anna ketika terbangun dari tidur panjangnya adalah mengambil buku pengeluaran yang terletak di atas nakas dan berkutat dalam waktu cukup lama. Anna menghela napasnya ketika melihat angka pengeluaran yang telah dia atur untuk satu bulan ke depan, ternyata tidak sebanding dengan pemasukan selama ini. Jemari Anna kembali bermain lincah di atas kalkulator, menghitung ulang angka yang dia tahu jelas adalah sia-sia. Helaan napas Anna pun kembali terdengar. Anna tampaknya harus kembali memutar otak secepat mungkin untuk mencari jalan keluar dari permasalahannya itu. Pintu bercat putih itu lalu terbuka. Menampilkan sosok wanita yang masih terlihat cantik diusianya yang sudah tidak muda lagi dibalik pintu. Dia adalah Pamela, ibu biologis Anna. “Jika kau sudah bangun sejak tadi, kenapa kau tidak lekas turun ke bawah lalu sarapan denganku, Sayang?” Pamela menyuarakan aksi protesnya pagi itu karena sang putri tercinta tak kunjung keluar dari kamarnya. “Ka
Kerutan di dahi wanita berwajah cantik itu semakin terlihat. Jemari lentiknya tidak sekalipun berhenti menarik tulisan yang tengah dibacanya. Saat ini Anna sedang melakukan observasi singkat seperti apa isi cerita yang disukai di dalam beranda cerita terpopuler. Adegan demi adegan tertulis secara mendetail di sana sampai membuatnya merona seketika. Tidak pernah terbayangkan menulis cerita erotis akan terlahir dari jemari Anna. Mendalami karakter saja sudah sulitnya bukan main, apalagi dengan adegan erotis? Ditambah lagi Anna tidak ingat kapan terakhir kalinya dia menjalin hubungan dengan seorang pria. Siapa yang menyangka kalau ingatan akan sentuhan pria akan sangat dibutuhkan dalam tulisannya. Mendadak Anna meragukan dirinya. Anna tidak yakin jika tokoh imajinasinya kelak bisa sampai ke hati para pembaca. Anna mematikan ponselnya dengan segera dan menyibukkan diri dengan buku stok di depan mesin pembuat kopi. Anna menghela napas sesaat ketika melihat stok biji robusta sudah mulai me
Chris Rowell benar-benar menagih janjinya. Pria itu sengaja datang ke kedai serta menjemput Anna tepat setelah pertukaran jam kerja berakhir. Samantha bertanya dengan dagunya. Wanita ini tampaknya tidak bisa melihat pria tampan menganggur barang sedetik pun. “Kau berkencan dengannya?” celetuk Samantha di tengah-tengah melepas apron. Kebetulan dua hari berturut-turut Anna kembali dipasangkan dengan Samantha. Untuk itulah keduanya jadi lebih sering berinteraksi. “He is too hot, Anna. Kau terlalu bodoh mengabaikan pria setampan itu terus menunggu tanpa kepastian,” lanjutnya kemudian. “Jangan gila, Sam. Chris sudah kuanggap seperti keluarga sendiri.” “Ah, jadi namanya Chris. Nama yang cocok dengan orangnya.” Tatapan Samantha mendadak berubah. Satu alisnya tiba-tiba terangkat. “Aku pikir hanya kau saja yang beranggapan seperti itu, Anna. Jelas sekali kalau pria itu melihatmu sebagai wanita.” Giliran Anna yang mengangkat satu alisnya. “Bicaramu selalu tidak masuk akal, Sam.” Anna menin
Andrew Lewis melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam mobil. Pertemuan singkatnya dengan wanita di Sydney Opera House memancing segudang pertanyaan dalam benaknya. Andrew Lewis merasakan sensasi berbeda ketika berada di dekat wanita itu. Sensasinya sulit untuk dia ungkapkan dengan kata selain rasa nyaman, nyaman, dan nyaman. Andrew Lewis memandang sepinya malam melalui pantulan kaca mobil. Mengetatkan long coat yang selalu melekat ditubuhnya tanpa peduli waktu. Pikiran Andrew Lewis berjalan tanpa arah. Andrew Lewis memang terlahir berbeda dari saudara kembarnya. Tubuhnya lemah dan bahkan nyaris mati. Kuasa Tuhan yang masih mengizinkannya hidup. Kemudian hal aneh pun terjadi. Suhu dan tekanan darahnya menurun. Tubuh mungilnya menggigil tidak terkendali. Di saat itulah Andrew Lewis harus menerima kenyataan jika dia kehilangan kemampuan merasakan panas tubuhnya sendiri. Andrew Lewis tidak akan bisa hidup seperti manusia normal. Tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya mengalami pergan
Email yang berisi kalau naskah yang dikirimkan Anna beberapa hari lalu akhirnya datang juga. Anna tentu merasa senang sekaligus khawatir. Senang karena recehan dolar akan mengalir sebentar lagi, khawatir karena Anna sendiri masih belum sepenuhnya yakin apakah dirinya sanggup atau tidak menulis adegan erotis nantinya. Referensi saja masih belum Anna dapatkan, bagaimana dia menulisnya? Biar bagaimanapun Anna sungguh berterima kasih sekali karena telah diberikan kesempatan mencoba, mengasah kemampuan yang telah sejak lama dia tekuni. Oh Anna, sudah saatnya kau keluar dari zona ternyamanmu. Anna menyimpan kembali ponsel ke dalam saku apron yang dikenakannya. Sore itu suasana kedai tidak terlalu ramai. Pelanggan yang berdatangan hanya bergantian silih berganti tidak seperti biasanya. Samantha mematung menatap tayangan yang ditampilkan layar televisi. Dia mengerjap sesaat diikuti dengan satu tangannya yang menopang dagu. Mendadak Samantha berdecak—membuat Anna penasaran sekaligus terkejut