Portal meledak membuatnya tertutup. Ania segera menoleh dengan wajah terkejut. Tidak ada lagi jalan masuk instan dari istana ke medan perang. Dave, Mel dan Dua secepatnya bersembunyi di tempat gelap menunggu situasi aman untuk menuju teman-teman mereka di sisi berlawanan.
“Sial, siapa yang melakukannya?” teriak Ania memandang sekitarnya.
Dave dan Mel bersembunyi di balik tubuh mahkluk penjaga yang besar sehingga terhindar dari pandangan Ania. Dua bersembunyi di bawah keretanya dengan menahan nafas. Ania kembali menatap pertempuran dan memerintah mahkluk penjaga untuk bersiap maju.
Di tengah medan pertempuran, terlihat pasukan penyihir baru dengan mudah di kalahkan oleh pasukan pertama pimpinan Ken. Gil terlihat dengan brutal mencari keberadaan Ken. Suami Jani itu menggenggam belati hijau menuju temannya.
Para penyihir baru berdiri di depannya untuk menghalangi jalannya.Mata mereka menguning dengan erangan. Ken menggenggam belati hijau dan berl
Di medan pertempuran, masih terjadi saling bunuh antara mahkluk perjaga dengan pasukan di pihak Jani. Terlihat badut-badut lucu melompat-lompat membuat pembasmi penyihir merasa mudah menghabisinya tanpa rasa takut. Kaca mata canggih itu benar-benar menghabisi mahkluk tak bermata kesayangan Ania. Elang-elang raksasa mencengkeram mereka dengan cakar-cakar tajam lalu membawanya ke udara yang tinggi dan menjatuhkan para mahkluk hingga hancur di tanah.Di dalam lingkaran serbuk emas, Fred kembali berdiri lebih dekat di depan Ania. Mulutnya masih mengucap mantra. Ania turun dari kereta berjalan beberapa langkah mendekati Fred. “Kau tidak bisa mengelabuhiku. Kau pikir sebuk emasmu bisa menghalangiku?” Ania menepuk kedua tangannya yang mengeluarkan kabut hitam dan langsung menyelimuti serbuk emas.Seketika serbuk emas itu meleleh dan memudar. Mantra di mulut Fred berhenti. Serbuk-serbuk itu tidak lagi kembali kepadanya. Namun, ada yang aneh dengan pemandangan di de
Bayangan hitam yang sangat besar terlihat begitu mengerikan. Iblis Hitam menampakkan diri di tengah medan perang. Jani membuka telapak tangannya yang bersinar. Dia melirik ke arah Ken yang tidak terlalu jauh darinya. Pedang belati emas yang bersinar merah, tiba-tiba berubah putih persis seperti sinar di tangan Jani. Sinar itu semakin besar mengelilingi lembah.Jani dan Ken menggunakan sinar itu untuk melindungi pasukan mereka yang berada di balik bebatuan untk berlindung.Bayangan iblis hitam pelahan menghilang di barengi dengan kemunculan wujudnya. Iblis itu berdiri di depan Ania.“Hem. Jadi kau yang di tunjuk Ratu Putih untuk mengalahkanku? Hahaha, sungguh mengecewakan.”Tangan iblis itu mengarah ke depan mengeluarkan api yang menyerang Jani dan Ken. Secepatnya Ken berlari melindungi Jani dengan menahan api itu menggunakan pedang belati emas. Jani mengambil kesempatan saat Iblis Hitam teralihkan perhatiannya menghadapi Ken dengan menyerang A
Terlihat kulit wajah Ania melepuh. Dia menggunakan kekuatan untuk menyembuhkan lukanya. Namun, yang terjadi wajahnya menghitam bagai terpanggang. Serbuk itu telah dimantrai olehnya dengan mantra yang sangat kuat sehingga tidak bisa di sembuhkan. Senjata makan tuan, istilah yang tepat untuknya.“Sudah cukup. Kini saatnya kau mati, Jani,” teriaknya dengan kesal. Ania membuat duri-duri di tubuhnya seakan hidup. Duri itu berubah menjadi ruh hitam dengan wajah-wajah manusia yang berteriak seakan kesakitan. Jani terkejut saat dirinya dikelilingi ruh-ruh itu.“Hahaha, sebentar lagi kau akan menjadi seperti mereka,” ucap Ania.“Siapa mereka, Ania?” teriak Jani merasakan hawa panas setiap ruh-ruh itu menembusnya.“Itu adalah jiwa para manusia yang menyembahku dan yang aku bunuh untuk kujadikan tumbal. Selamanya jiwa mereka akan terikat padaku dan menjadi budak Iblis Hitam, hahaha. Kini jiwa-jiwa ini akan membuatmu ma
Perlahan Sonya membuka mata. Dia sangat terkejut dan mencoba berdiri. Namun kakinya lemah tidak mampu menahan tubuhnya. “Kenapa dengan kakiku? Kenapa aku tidak bisa merasakannya?” Sonya berkali-kali mencoba berdiri dan tidak bisa. Dia menatap ke semua orang dan berteriak. “Siapa kalian? Aku wanita berkuasa dan aku …” Sonya tidak melanjutkan ucapannya karena tidak mengetahui jati dirinya. “Siapa aku? Argh!” Sonya meronta-ronta dan segera di bawa oleh petugas medis. Gil hanya melihat dengan sinis. “Kau mendapatkan apa yang kau taman, Sonya,” ucapnya pelan. Saat Gil berjalan menelusuri tempat itu, pemuda yang diselamatkannya berlari menemuinya. “Tuan Gil, terima kasih atas segalanya. Aku berkumpul kembali dengan adik dan ibuku,” ucapnya menunjuk ke arah adik dan ibunya yang tersenyum. “Kau juga telah menyelamatkanku di medan perang. Ngomong-ngomong siapa namamu?” “Aku Andy. Dan aku ingin menjadi sepertimu, Pembasmi Penyihir,” ucap
Sebuah rumah sakit yang serba putih, terlihat banyak perawat pria dan wanita menjaga sebuah ruangan di mana banyak orang-orang yang kehilangan akalnya. Rumah sakit jiwa yang terletak di kota terpencil sangat jauh dengan kota yang kini terbebas dari Ratu Jahat. Sonya duduk di salah satu kursi dengan pakaian putih yang mengikat tubuhnya. “Aku adalah wanita penguasa. Tapi … siapa aku? Hahaha ,” ucapnya lirih yang kemudian tertawa dengan kencang dan meronta. Dua perawat laki-laki segera memberinya suntikan penenang lalu membawanya ke sebuah ruangan kecil yang menjadi kamarnya. Di dinding ruangan itu tertulis sebuah nama dengan menggunakan kuku. Matanya hampir terpejam akibat obat penenang. Tapi sebelumnya wanita itu sempat mengucapkan nama yang dia tulis. “Gil.” ** Dom telah memiliki rumah yang lumayan besar. Namun, dia tidak menempati rumah itu sendirian bersama istri dan anaknya. Melainkan bersama para anak-anak yang orang tuanya tewas akibat kekejaman
Seorang wanita berambut merah ikal panjang, memakai baju berwarna putih semata kaki dengan ciri khasnya dari abad 19. Dia duduk di teras sambil memandang kedua anak kembarnya. Mereka bermain di halaman rumahnya yang di penuhi bunga dengan rumput hijau yang lumayan lebat. Rumah indah milik mereka di tengah hutan yang dikelilingi pagar kayu dengan tanaman rambat dan buah plum.Wanita itu tersenyum senang melihat kedua anaknya berlari-lari sambil tertawa. Mereka anak kembar laki-laki dan perempuan. Yang mencolok dari mereka adalah rambut mereka sama-sama merah menyala dan ikal. Dengan riang gembira mereka masih saja menikmati hari yang tampak cerah. Langkah mereka terhenti saat tiba-tiba awan biru yang tepat berada di atas rumah mereka berubah menjadi hitam. Suara guntur menggelegar dengan kerasnya. Anehnya awan hitam itu hanya berada di atas rumah mereka."Anak-anak kemarilah!" Wanita itu segera menarik mereka hingga berada dibelakangnya."Pasti ini ulah Ania. Keluar
Ratusan tahun setelah kejadian itu, hutan telah menjadi perkotaan yang ramai dengan peradapan modern masa kini. Seorang gadis muda sedang bersenang- senang dengan teman-temannya di kafe ternama. Gadis itu sedang merayakan hari kelahirannya yang menginjak 17 tahun. Nampak musik disco dengan DJ ternama di kota itu mengiringi gadis itu dan para tamu yang sedang berdisco."Hahaha, acara ultahmu sangat meriah, Jani. Lihatlah! Dave dari tadi memandangmu terus. Sepertinya sebentar lagi dia akan mendekatimu," bisik sahabat Jani bernama Cela. Seperti ucapan Cela, Dave salah satu cowok popular di sekolah mereka, mendekati Jani dan mengajaknya ke balkon yang lumayan jauh dari tempat pesta. Jani yang merasa senang dengan pasrah mengikuti Dave."Jani, kau sangat cantik malam ini, aku ingin memberimu hadiah istimewa." Dave menarik Jani dan mendekatkan bibirnya ke bibir Jani."Apa yang mau kau lakukan, Dave? Menjauhlah dariku! Plak." Jani mendorong Dave dan menamparny
Di dalam ruangan, Jani seolah mendengar suara berbisik di telinganya. Dia memandang sekitar dan tidak ada yang berbicara. Jani kembali mengerutkan keningnya, mengabaikan suara itu."Tolong katakan yang sebenarnya, Pengacara! Apa maksud ucapanmu?" Ken mendekati meja pengacara dengan menatap serius. Pengacara membuka map di depannya dan mulai membacakan warisan."King Kennard Lucio dan Queen Jani Donovan. Sesuai dengan isi surat wasiat dari kedua orang tua kalian, mulai hari ini kalian harus tinggal satu atap di rumah utama." Saat kedua nama mereka diucapkan dengan lantang, tiba-tiba lampu ruangan menjadi berkedip dan mati. Masih terlihat dengan jelas seluruh ruangan karena hari itu masih siang. Jani dan Ken saling menatap heran. Semua orang di dalam ruangan itu mematung kecuali mereka berdua."Simpan buku itu." Jani mendengar suara samar. Dia menoleh ke segala arah mencari sumber suara itu."Ken, apa yang terjadi? Kenapa semua orang mematung dan hanya kita