Share

3 Tanda Merah Di Dadanya

Pasangan suami itu naik ke lantai dua, Lauren harus menyiapkan pakaian untuk Matthew yang akan berangkat kerja lagi. Kasihan sekali pikirnya suaminya itu sangat sibuk, padahal baru pulang dari luar kota. Walaupun perusahaan milik keluarga, tapi tidak bisa bekerja leha-leha. Apalagi Matthias sekarang yang menjadi Direktur Utama, dikenal sebagai Bos yang tegas dan kompeten. 

Melihat Matthew yang akan masuk ke kamar mandi, Lauren terlebih dahulu bertanya, "Kamu mau pakai jas warna apa hari ini? Biar aku siapin."

Matthew pun menoleh dan terlihat mengusap dagunya seperti sedang berpikir keras. "Apa saja deh, selera kamu kan bagus, pasti aku pakai kok. Aku mandi dulu ya, gerah banget badan aku, lengket." Setelah mengatakan itu, Matthew pun baru masuk ke kamar mandi. 

Lauren sendiri masuk ke ruangan ward drobe mulai mencari setelan jas dan juga dasi warna senada yang menurut nya cocok. Memang selera nya tentang fashion cukup bagus, ya karena dulu saat kuliah pun mengambil jurusan desainer. Sayangnya sekarang hanya jadi Ibu rumah tangga, suaminya tidak mengijinkan Lauren bekerja. 

Seperti kebanyakan pria lainnya, Mathhew pun tidak lama selesai mandi. Terlihat di tubuhnya buliran air, ternyata keramas juga, terbukti dari rambut nya yang basah. Lauren yang dari tadi duduk di ranjang pun beranjak dan memberikan pakaian pada suaminya itu. "Nih aku sudah pilihan warna navy, kesukaan kamu."

"Makasih sayang, tapi aku pengen kamu bantu aku pakai baju nya hehe." Matthew terlihat sekali ingin bermanja dengan istrinya itu, tidak apa kan? 

Lauren hanya menggeleng pelan dan mengatai Matthew seperti anak kecil saja, namun tetap Ia lakukan sebagai bukti istri yang berbakti. Mathhew bahkan tidak malu membuka handuk yang menutupi bagian bawahnya, hingga mrmbuat nya telanjang bulat. Tidak usah malu, keduanya kan suami istri. 

Di saat Lauren akan mengancingkan kemeja, matanya tidak sengaja menangkap sesuatu di dada bidang Mathhew. Jari telunjuk nya lalu terulur mengusap tanda merah yang sangat familiar itu. Namun Lauren tersentak saat tangannya ditangkap, membuat nya mengangkat kepala dan langsung bertatapan dengan suaminya. 

"Sayang ini masih pagi, aku juga mau berangkat kerja. Kamu jangan goda aku dong," rengek Matthew sambil mengerucutkan bibir nya. Padahal hanya sentuhan ringan, tapi Mathhew yang memang mudah tergoda langsung terangsang. 

Lauren memilih memendam rasa penasaran nya, lalu menanyakan hal lain. "Kamu kemarin malam gak pulang dan bilang keluar kota, kamu pergi dengan siapa? Apa dengan sekertaris kamu itu lagi?" Nada suara Lauren terdengar agak berat, begitu pun tatapannya menjadi tajam. 

Matthew yang melihat perubahan ekspresi istrinya itu tentu saja dibuat bingung. Ia berdehem pelan berusaha menghilangkan perasaan gugup nya, lalu menjawab, "Iya aku pergi dengan Anne, dia kan sekertaris aku dan harus selalu ada di samping aku. Lagian kalau aku sendiri yang kerja bakal kerepotan, bukannya tugas sekertaris handle pekerjaan bos nya ya?"

Bahu Lauren terlihat melemas, Ia lalu melepaskan tangannya yang dari tadi dipegang Mathhew. Berusaha menutupi perasaan kecewanya, Ia memilih memberikan jas di ranjang pada pria itu dan menyuruh nya memakai baju sendiri. Sedangkan Lauren keluar kamar lebih dulu, untuk menyiapkan sarapan. Mungkin saja Mathhew belum sarapan. 

Sebenarnya Lauren tidak mau berpikir negatif dan menduga jika suaminya itu ada main dengan perempuan lain di luar setelah melihat tanda merah di dada Mathhew. Itu adalah kiss mark, wanita dewasa sepertinya yang sangat berpengalaman dalam urusan ranjang tentu saja tahu tanda itu. Tadinya Lauren ingin tanyakan, tapi takut sakit hati sendiri. 

Lamunan Lauren lalu terhenti saat mendapatkan pelukan tiba-tiba dari belakang. Sudah dapat dipastikan jika itu adalah Mathhew. "Sayang makasih sudah siapin sarapan, tapi kayanya aku gak akan makan di rumah, sudah telat banget," kata Matthew tidak enak. 

"Hm ya sudah, tapi nanti di kantor jangan lupa sarapan. Jangan tinggalin, nanti kamu sakit lagi," sahut Lauren sambil mengusap tangan pria itu yang bertengger di perut nya. 

Sempat Lauren tawarkan untuk membuat bekal, tapi Matthew menolak dan memilih akan membeli di kantor saja. Keduanya lalu keluar dari rumah, seperti kebiasan Lauren mengantar suaminya itu hanya sampai ke depan. Lambaian tangan Lauren pun baru turun setelah mobil Mercedes-Benz itu keluar dari gerbang rumah. 

Senyuman di bibir Lauren pun luntur, berganti dengan tatapannya yang tajam. "Sepertinya aku harus mencari tahu sesuatu, ini bukan pertama kali aku lihat tanda merah itu di tubuh Matthew. Tapi.. Bagaimana kalau semisal dugaan aku itu benar?" Batin Lauren bergemelut. 

***

Siang ini Lauren sudah dandan cantik, Ia akan ke kantor tempat bekerja suaminya dengan alasan membawakan makan siang. Jarang sekali Ia melakukan ini, Lauren pun sengaja tidak memberitahu Matthew terlebih dahulu karena memang di balik niat nya ada sesuatu. Apalagi kalau mencari bukti tentang kecurigaan perselingkuhan suaminya. 

Dengan menaiki mobil pribadi nya, Lauren entah kenapa merasa berdebar, tidak seperti biasanya. Namun Ia berusaha menguatkan hati nya, sambil di hati terkecil berharap jika dugaannya salah dan tidak terbukti. Hah bukankah pemikirannya ini sangat naif? Padahal sudah ada bukti. 

Setengah jam kemudian Lauren sampai juga di kantor itu, saat Ia masuk sempat menjadi pusat perhatian dari beberapa karyawan. Dengan senyuman ramah nya, Lauren membalas sapaan mereka. Lauren pun langsung menuju lantai dua belas, tepat nya ruangan pribadi tempat bekerja Matthew. Namun aneh nya, meja di depan ruang kerja yang biasanya di tempati sekertaris kosong. Kemana Anne? 

"Ahh tunggu dulu, pintunya belum ditutup rapat!" Pekikan suara perempuan di dalam ruangan, sontak saja membuat Lauren berdebar dengan kedua matanya yang berkedip perlahan. 

Dengan kaki gemetar nya, Lauren berjalan berusaha untuk menggapai pintu yang memang tidak tertutup rapat, menyisakan celah sedikit. Namun belum sempat tangannya menggapai pegangan dan membuka nya, sebuah tangan di belakang terulur dan menahan nya. Lauren pun menoleh dan sedikit terkejut melihat kehadiran Kakak Ipar nya, sejak kapan? 

"Kak Matthias, a-ada apa?" tanya Lauren dengan suara gagap nya. Percayalah posisi mereka saat ini cukup dekat, bahkan pinggang ramping nya bersentuhan dengan sisi tubuh pria jangkung itu. 

Tetapi Matthias tidak menjawab dan malah menarik tangannya pergi dari sana. Lauren terlihat berjalan agak sempoyongan karena tarikan pria itu yang cukup kencang, mereka lalu masuk ke dalam lift dan Matthias segera menekan tombol lantai paling atas. Melihat itu membuat Lauren bingung. "Kita mau kemana? Kak Matthias kenapa narik-narik tangan aku?" tanyanya agak protes. 

Saat Matthias menoleh ke belakang, Lauren langsung mengatupkan bibir nya melihat tatapan dalam pria itu. "Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu, kamu juga sepertinya terus memikirkan nya dari kemarin malam."

Kemarin malam? Bukankah kejadian kemarin malam itu.. Lauren yang berhubungan badan dengan sosok yang yang dianggap nya suaminya? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status