Prince mematung di samping Niana, sorot matanya tidak bisa lepas dari tatapan indah seorang Niana Fradella. Bola mata biru, bulu mata tebal nan lentik secara alami, serta alis yang menambah kesan sempurna di area mata Niana berhasil membuat Prince terpana.
Jordan berdeham melihat sahabatnya yang terus terdiam memperhatikan gadis cantik di depannya."Kau tidak ingin berkenalan dengannya?" tanya Jordan sambil sedikit menyenggol lengan Prince menggunakan sikunya.Prince berdeham sejenak untuk mengembalikan kesadaran tubuhnya. Lalu, lengannya ber-uratnya terulur untuk mengajak gadis cantik di depannya berkenalan."Prince," ucap Prince dengan suara khas pria yang sangat gagah dan macho.Niana menelan salivanya susah payah, lalu ia menerima jabatan tangan itu."Niana," balas Niana.Bisa Prince rasakan tangan mungil Niana yang lembut, telapak tangan itu terlihat kecil jika disandingkan dengan telapak tangan miliknya. Tangan Niana hilang digenggaman Prince.Kedua alis Niana terangkat menatap penuh heran pada kedua mata Prince yang berwarna hijau. Yap, Prince memiliki bola mata hijau hazel, sedangkan Niana memiliki bola mata biru safir yang sangat indah dan terang. Kedua pemilik bola mata indah itu sedang dipertemukan.Jordan kembali berdeham untuk memutus jabatan tangan itu yang entah sudah berapa terjalin. Seperti ... nyaman?"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Prince dengan tatapan datarnya, seolah menatap tidak peduli pada Niana."B-baik, mungkin hanya membutuhkan banyak istirahat saja," jawabnya sedikit tergugup. Pandangan itu benar-benar mengintimidasi."Siapa orang tuamu? Biar saya hubungi," ujar Prince, sontak perkataan pria itu membuat aliran darah Niana membeku. Sungguh, ia tidak ingin kembali pada ke dua orang tuanya."Aku tidak punya orang tua," jawab Niana berbohong, apa pun caranya akan ia lakukan agar tidak kembali kepada mereka.Prince mau pun Jordan menatap heran pada Niana. Keduanya bingung, jika tidak memiliki orang tua, dengan siapa gadis ini hidup?"Lantas, kau hidup dengan siapa?" tanya Prince lagi, suaranya benar-benar dingin dan cukup, emm ... menakutkan."Aku tinggal sendiri, a-aku kabur dari panti asuhan 3 tahun yang lalu," jawab Niana sedikit bergetar, entah Tuhan akan menghukumnya dengan cara apa atas kebohongan yang telah dirinya lakukan.Prince menarik napas cukup kasar, entah akan ia apakan gadis ini.Jordan menganggukkan kepalanya tanda ia paham, ia berpikir jika Niana adalah gadis yang hidup sebatang kara sekarang.Setelah merasa tidak ada yang perlu ditanyakan, Prince dan Jordan akhirnya memilih untuk meninggalkan gadis itu seorang diri di ruang rawat inapnya.Setelah kepergian dua pria tampan itu, Niana kembali termenung dengan tatapan kosongnya."Aku harus ke mana setelah keluar dari sini? Apakah aku akan menjadi gelandangan?" tanyanya yang entah bertanya pada siapa.Sontak air mata Niana menetes mengingat hidupnya yang pahit, bayangan akan wajah kejam ke dua orang tuanya berhasil membuat Niana sedih.Niana kembali berbaring, menumpahkan segala kesedihannya di ranjang rumah sakit sampai benar-benar kelelahan.***"Apa?! Dia sudah sadar? Bagaimana keadaanya sekarang?!" tanya Lyly penuh antusias pada kekasihnya. Ya, baru saja Jordan mengabarkan pada Lyly jika gadis yang ditabrak oleh Prince sudah sadarkan diri."Sekarang dia jauh lebih baik. Dan kau tahu? Matanya sangatttt indah, biru safir! Bahkan seorang Prince sampai terpana melihat keindahan gadis itu," jawab Jordan tak kalah antusias.Lyly memicingkan matanya, menatap penuh curiga pada Jordan."Jangan katakan kalau kau menyukainya!" sentak Lyly membuat Jordan diam seketika dan meneguk ludahnya susah payah."Tidak mungkin, sayang. Sekali pun aku disandingkan Kylie Jenner atau Lylyku yang cantik, aku tetap memilih ..." ucap Jordan menggantungkan kata-katanya.Lyly semakin dibuat penasaran. "Pilih siapa?!" tanyanya lagi."Kylie Jenner, hehe—AWW"Lyly tanpa ampun mencubit pinggang Jordan membuat sang empu kesakitan.Setelah puas mencubit pinggang sang kekasih, akhirnya Lyly melepaskan tangannya. Lalu, pikirannya mulai melayang memikirkan betapa cantiknya gadis itu. Mengingat, ketika dia tak sadarkan diri saja memang terlihat manis dan cantiknya, apalagi sekarang."Besok aku ingin melihatnya," ucap Lyly yang diangguki dengan semangat oleh Jordan. Sontak Lyly kembali menatapnya dengan garang membuat Jordan kembali terdiam.***Prince baru saja memasuki kamar mandi setelah sebelumnya melepaskan pakaian untuk membersihkan diri. Namun, ketika dirinya menatap sebuah cermin, tiba-tiba saja pandangan indah Niana terlintas di sana.Jakun Prince tampak naik turun menelan ludahnya sendiri. Tidak bisa ia sangkal akan kecantikan gadis itu."Ck, membuang waktuku saja!" kesalnya sambil membuang wajah dari hamparan cermin itu. Tubuhnya kini sedang menikmati kucuran air shower yang sangat menyegarkan.Di lain tempat, Niana sedang diperiksa oleh dokter untuk ke sekian kalinya."Kondisi anda semakin hari semakin membaik, nona, saya bisa memastikan jika besok anda sudah bisa pulang," ujar dokter itu dengan senyum yang sangat ramah.Niana menganggukkan kepalanya sambil mengucapkan terima kasih. Dan setelah itu, ia kembali sendiri."Huh, harus pulang ke mana besok?" tanya Niana pada dirinya sendiri. Hampir saja kepalanya meledak memikirkan semua ini.***Sesuai dengan yang dokter sampaikan tadi malam, kini Niana sudah diizinkan untuk pulang.Tampak Lyly, Jordan, dan tidak tertinggal Prince masih berada di ruangan yang sama dengan Niana.Mati-matian Niana berpikir untuk jalan keluar hari ini, otaknya terasa sudah sangat panas dibawa berpikir habis-habisan sejak tadi malam."Emm ... bisakah aku bicara sebentar hanya dengan Prince saja?" tanya Niana sambil menatap ke tiga orang yang berada di sekitarnya."Oh, ya, silahkan! Ayo sayang," ujar Lyly sambil menarik lengan Jordan untuk keliar dari ruangan ini.Tampak Prince yang masih diam dengan raut wajah penuh tanda tanya."Prince, aku ingin meminta bantuanmu sekaliii lagi," ucap Niana dengan suara cukup pelan namun masih terdengar dengan jelas."Hm?" Prince hanya berdeham sambil mengangkat satu alisnya."Aku ingin meminjam uang, mungkin agak sedikit banyak," ujar Niana lagi, matanya terus menghindar dari tatapan Prince yang sangat tajam."Berapa?" tanya Prince, ia cukup penasaran dengan nominal uang yang diminta oleh Niana."Mungkin sekitar 5 juta, tapi kalau menurutmu terlalu berat, aku pinjam 3 juta saja. Aku sudah tidak memiliki simpanan, dan masa kontrak sewa kost-ku sudah habis bulan ini. Tapi, aku janji, aku akan segera membayarnya jika sudah ada uang," jelas Niana yang kini sudah berani menatap lekat manik mata hijau hazel itu.Prince mendengus sedikit kesal, gadis di depannya ini tampaknya belum tahu siapa dia.Prince segera merogoh ponsel yang masih ada di dalam saku celananya. Lantas, ia mengirimkan pesan pada Jordan mengenai perintahnya saat ini.Jordan yang tengah bermesraan bersama sang kekasih di lorong rumah sakit pun segera bergegas pergi menuju bank terdekat.Selang beberapa menit, Jordan tiba sambil membawa satu kresek hitam. Pria itu segera memberikannya pada Prince.Niana, matanya terbelalak ketika Prince memberikan beberapa ikat uang untuknya. Satu ikat 10 juta, dan di dalam kresek hitam itu totalnya ada 5. Jadi berapa anak-anak???"A-apa ini?" tanya Niana sedikit tergagap melihat lembaran kertas berwarna merah di tangannya."Kau ingin meminjam uang padaku, bukan?" tanya Prince yang dibalas anggukan cepat oleh Niana."Ambillah! Aku tidak terbiasa mendengar nominal uang di bawah 10 juta," ujar Prince lantas melenggang pergi dari hadapan Niana.Tanpa memedulikan Jordan dan Lyly, Prince melanjutkan langkahnya untuk pulang.***"Sudah, ambil saja. Toh suatu saat nanti kau akan membayarnya. Meski pun, aku tidak yakin Prince akan ingat tentang uang ini. Black card-nya ada 3," ujar Jordan sambil sedikit berbisik di akhir kalimat.Niana membulatkan matanya menatap tak percaya pada Jordan. Pantas saja Prince tidak suka mendengar nominal uang di bawah 10 juta."Bisakah aku meminta alamat rumah atau nomor handphone Prince? Nanti jika uangnya sudah terkumpul lagi, aku ingin menghubunginya untuk membayar hutang ini," ucap Niana membuat Jordan sedikit berpikir.Awalnya, Jordan ingin memberikan nomor ponselnya pada Niana, karena privasi Prince cukup ketat. Tidak ada yang berani menyebarkan alamat rumah atau pun nomor ponsel milik pria itu ke sembarang orang.Namun, Jordan kembali berpikir, ia tidak ingin adanya salah paham dengan Lyly karena berani menyimpan nomor gadis asing lain. Dan akhirnya, Jordan menemukan keputusan yang tepat."Sayang, tolong berikan nomor ponselmu pada Niana. Nanti, Niana biar menghubungimu saj
Setelah menjelaskan secara mendetail pada petugas keamanan perumahan elit ini, akhirnya Niana diizinkan untuk masuk meskipun masih diikuti oleh satu orang petugas keamanan. "Di sini rumahnya, aku akan meninggalkanmu setelah salah satu penghuninya keluar," ujar seorang pria yang bertugas sebagai petugas keamanan di area perumahan elit ini.Tak lama setelah Niana memencet bel, seorang satpam khusus yang berjaga di salah satu rumah megah itu mendatanginya. "Gadis ini mengatakan ingin melamar bekerja di sini, dia juga memiliki kartu ini sehingga bisa masuk," ujar petugas keamanan yang mengantarkan Niana.Satpam itu menilik terlebih dahulu, memastikan jika gadis yang ada di hadapannya tidak berbahaya.Setelah memastikan semuanya, akhirnya Niana bisa masuk ke area mansion yang sangat megah itu. Bahkan untuk menuju pintu utama Niana harus berjalan kaki cukup jauh. Bahkan, peluh sudah meluncur di kening mulusnya. Tak lama setelah itu, Niana di serahkan pada kepala pelayan yang sedang sibuk
Pikiran Niana kembali mengingat hal seperti ini sebelumnya, namun tidak separah saat ini. Dulu ia hanya menangis histeris lantas dibantu oleh Prince, setelahnya tidak ada adegan memeluk, mencakar, dan melakukan tindak kekerasan lainnya. Sungguh, Niana merasa sangat bersalah pada Prince. Kini dirinya tengah mengobati luka kecil di lengan kekar itu. Terlihat sangat fokus dengan guratan penuh rasa bersalah."Tuan, jangan laporkan saya ke polisi, ya?"Permintaan Niana sontak membuat Prince yang sebelumnya memperhatikan kedua tangannya yang sedang diobati oleh Niana, menoleh pada gadis itu. "Saya akan ganti kemeja Tuan yang sobek, saya juga akan terus mengobati luka-luka ini sampai sembuh. Tapi saya mohon, jangan laporkan saya ke polisi, ya?" pinta Niana lagi dengan tatapan yang sangat memohon.Hati Prince jadi tidak karuan melihat tatapan polos itu."Hm, kemejaku mahal," jawab Prince dengan tatapan datarnya. Namun, siapa sangka jika hatinya seperti gemuruh melihat Niana yang sedang keta
“Maaf ya, Lyly? Tadi aku harus berpamitan terlebih dahulu pada Tuan,” ujar Niana sedikit tak enak hati pada Lyly yang sudah menunggunya cukup lama.Lyly menyipitkan kedua matanya, ada hal yang cukup janggal dengan perkataan Niana.“Kenapa harus berpamitan langsung pada tuan?” tanya Lyly membuat Niana mau tidak mau menjelaskannya terlebih dahulu. Lyly memang gadis yang tergolong cerewet, jadi mau tidak mau Niana harus menjelaskannya agar Lyly tidak terus bertanya.“Oh iya, tuan juga melarangku pulang di atas jam 9 malam,” lanjut Niana membuat Lyly terperangah. Sudah banyak rencana yang ia susun untuk bisa bermain sepuasnya dengan Niana malam ini, tapi kenapa waktunya sangat terbatas.“Astaga, cukup untuk melakukan apa kalau sampai jam 9 malam saja? Aku ingin nonton, makan bakso, corndog, seafood, dan yang pastinya aku ingin menikmati angin malam di taman kota! Kenapa waktunya terbatas sekali?!” oceh Lyly membuat Niana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“Mungkin malam ini kita hanya
Lyly melirik sebentar ke arah Niana, gadis itu sudah tak sadarkan diri sedari tadi. Lyly tentu saja takut, ia takut keadaan Niana semakin memburuk.Tak lama setelah dirinya menghubungi sang kekasih, kini terlihat satu mobil melaju kencang dan berhenti tepat di samping mobilnya yang sudah menabrak pohon besar.Dua pria tampan itu segera keluar dari mobil, membuka sekuat tenaga pintu mobil milik Lyly dari kedua sisi. Prince segera membawa tubuh lemah Niana keluar, hatinya semakin tak karuan ketika melihat darah yang cukup banyak keluar dari hidung mancung gadis itu.“Bertahanlah,” lirih Prince sambil membawa Niana ke dalam mobil yang sebelumnya ia bawa.Setelah memastikan Lyly dan Niana aman berada di dalam mobil, kendaraan itu kembali melesat dengan sangat kencang untuk menuju ke rumah sakit terdekat. Jordan sama sekali tidak memperdulikan klakson dari pengendara lain ketika dirinya ugal-ugalan. Kini ada dua nyawa yang sangat penting untuk di selamatkan.Prince di kursi penumpang tenga
Di pagi harinya Prince sudah sisibukkan dengan rengekan Niana yang sudah ingin pulang. Benar-benar membuatnya pusing.“Tuan, kalau saya tidak pulang sekarang nanti tanaman yang ada di mansion akan mati, nanti halaman mansion Tuan tidak akan indah lagi,” ujar Niana dengan rengekannya. Bukan hanya memikirkan tanaman membuat Niana ingin segera pergi dari rumah sakit, namun karena suasana rumah sakit ini juga tidak nyaman. Hal yang paling dirinya benci adalah rumah sakit. “Dengar, kamu tidak akan keluar dari rumah sakit sebelum keadaanmu benar-benar sembuh total,” ujar Prince berhasil membungkam mulut Niana yang merengek ingin pulang.“Tapi—““Sudah ada orang baru yang mengurus pekerjaanmu,” potong Prince dengan cepat membuat Niana kembali membungkam mulut mungilnya yang hendak berbicara.Gadis itu tampak berpikir, jika ada orang baru yang menggantikkan pekerjaanya, apa itu artinya ia tidak bekerja di tempat tuannya ini? Kalau benar seperti itu, bagaimana dengan kebutuhan hidupnya? Dan b
Kini, Niana hanya bisa mengembuskan napas pasrah, dirinya dibawa oleh sang tuan untuk kembali ke kediaman masion mewah itu dengan alasan 'tidak boleh tinggal di tempat lain selama bekerja di bawah naungan tuan Prince'. Padahal, tidak ada perjanjian tersebut. Sedikit tidak masuk akal memang.Prince melirik sekilas pada seorang gadis yang duduk di sampingnya, tampak wajah gadis itu tertekuk masam. Dirinya pun heran, apakah masion itu tidak nyaman dibandingkan apartemen sialan itu? Padahal, kamar yang dihuni oleh Niana atau pun para pekerja lain yang tinggal di rumahnya sangatlah nyaman. Ada ac, kamar mandi di dalam, lemari, dan semua fasilitas yang sewajarnya ada di kamar. Ya meskipun masih berbeda jauh dengan kamar tuan besar yang ada di masion itu. Tapi bukankah semuanya lebih baik daripada apartemen itu? "Tuan, nanti aku kerja apa kalau sudah ada pengurus taman baru?" tanya Niana setelah cukup lama memendam hal yang ingin dirinya tanyakan ini.Prince tampak berpikir, ia sama sekali
Setelah dokter memeriksa keadaan Niana, kini semuanya sepakat untuk melakukan cuci darah pada gadis itu. Sampai saat ini pun Niana masih dalam pengaruh bius, membiarkan dirinya sendiri diurus oleh tim medis melakukan yang terbaik sesuai dengan perintah tuan Prince.Hari sudah semakin gelap, namun Prince masih setia menunggu Niana yang masih terpejam setelah beberapa jam melakukan cuci darah. Prince sendiri tidak mampu membayangkan betapa tersiksanya Niana selama ini. Terlebih lagi, ia hanya mengetahui jika Niana hidup seorang diri. Dari mana gadis ini mendapatkan uang untuk berobat segala macam? Sebelumnya, Prince sudah berusaha menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari tahu biodata lengkap Niana. Dari mana asalnya, orang tuanya, bahkan riwayat hidupnya. Namun sayang, semuanya gagal dilakukan. Niana benar-benar seperti anak gadis sebatang kara yang berusaha hidup sendiri tanpa dampingan dari orang tua ataupun saudara yang lainnya.Bahkan, panti asuhan Niana sendiri tidak berhasil