"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!"
"Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannyaTok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
"Aku yang akan membayar semua biaya rumah sakit ini!"Celine spontan mendongakkan wajahnya saat Zackly Welyoston, CEO di mana papanya bekerja tiba-tiba datang.Di usianya yang lebih dari setengah abad, membuat ayah Celine yang bernama Crush masih bekerja sebagai Cleaning Service di sebuah perusahaan milik Tuan Zack walau dalam kondisi yang sering sakit-sakitan. Terlebih setelah divonis dokter kalau Crush menderita leukimia.Selama ini, Crush memaksakan diri untuk tetap bekerja karena kehidupan mereka yang pas-pasan. Ditambah lagi, pria tua itu masih butuh uang untuk membiayai kuliah Celine dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah.Sebagai anak sulung, keuletan Crush untuk bekerja tentu membuat Celine merasa khawatir dengan kondisi papanya yang semakin hari kian memburuk. Ingin rasanya ia menggantikan posisi ayahnya menjadi tulang punggung.Tapi sayang, ayahnya tidak pernah mengizinkan dengan dalih agar Celine lebih fokus pada pendidikannya lebih dulu."Apa Tuan? Tuan Zack mau mem
"Silahkan kamu tanda tangani surat perjanjian itu! Setelah itu, semua anak buahku akan mengurus pernikahan kita secepatnya!"Zack melempar pulpen yang dia ambil dari saku jasnya di samping kertas itu. Antara yakin atau tidak, dengan ragu tangan Celine mulai mengambil pulpen tersebut dengan dada yang berdegup kencang."Ya Tuhan, bantulah aku! Kuatkan aku dalam menjalani semua ini," gumam Celine dalam hati sambil memejamkan matanya sesaat.Tanpa membuang waktu lama, Celine menandatangani surat itu dengan cepat dan spontan memundurkan langkahnya."Bagus! Biar aku serahkan surat ini pada Jony! Dia yang akan mengurus semuanya.""Jony!" Teriak Zack memanggil anak buahnya.Dia keluar untuk mencari di mana anak buah itu berada. Saat itulah, netra Celine kembali tertuju pada tumpukan kertas berwarna merah yang tergeletak di atas meja kerja Zack.Penasaran, dengan tumpukan kertas tersebut, Celine pun meraih salah satunya dan membaca dengan cepat sebelum aksinya ketahuan oleh pemilik kertas itu.
"Maaf Nona, saya ditugaskan Tuan Zack untuk mengantarkan koper ini pada Anda! Silahkan diterima kopernya, Nona."Celine memicingkan mata penasaran. Apa isi dari koper tersebut, kenapa tiba-tiba Zack mengirimkan hadiah untuknya?Padahal, jika pria itu memang berniat memberinya ‘koper ini’, Zack bisa memberikannya tadi ketika mereka bertemu di kantor."Apa isi koper itu?""Maaf Nona, saya tidak tau! Bukan wewenang saya untuk membuka koper itu. Kalau Nona mau, Nona bisa membuka sendiri dan melihat apa isinya.” Wanita itu mundur selangkah, lalu mengangguk sekilas. “Kalau begitu saya permisi dulu, Nona. Selamat sore!"Selepas kepergian wanita tersebut, justru Sisilia-lah yang paling antusias dan ingin segera Celine untuk membukanya. Mama Celine itu begitu penasaran apa yang dikirimkan oleh calon menantu kaya rayanya itu."Buka Celine, buka! Mamah tidak sabar melihat apa isi dari koper itu."Dengan ragu, Celine mulai membukanya. Gerakannya yang lambat membuat Sisilia tidak sabar.Dia pun akh
"Apa pernikahan ini sudah bisa kita mulai?" kata pendeta yang memimpin jalannya acara pernikahan.Celine seketika sadar dari lamunannya saat pemimpin upacara pernikahan menanyakan kesiapannya.Ditambah, Zack yang tiba-tiba sudah berdiri, menunggu di atas Altar. Pria yang kini mengenakan tuksedo abu-abu, melirik pada Celine seolah bertanya "Apa kau sudah siap?"Dengan ragu Celine perlahan mulai melangkahkan kaki menuju Altar. Dalam tiap langkah, dia terus menguatkan diri, meski pernikahan ini bukanlah pernikahan impiannya, tetapi dia akan melakukannya demi papanya."Ya Tuhan, kuatkanlah aku! Apa yang aku lakukan semua ini hanya demi Papa," gumamnya dalam hati.Pendeta mulai melakukan runtutan acara dari mulai pemberkatan, mengucapkan janji suci pernikahan hingga menyatakan kalau mereka kini resmi menyandang sebagai pasangan suami istri.Tepuk tangan riuh mengiringi pemersatuan mereka, tetapi Zack hanya menyeringai kecil sebelum pergi meninggalkan Celine yang masih sendirian di atas Alta
"Zack tunggu!"Sementara Celine tengah berada di kamarnya, Zack terlihat turun dari mobil dan memasuki rumah.Melihat sang anak, Veronica lantas menghentikan langkah sang putra untuk bicara, berharap kalau Zack mau bicara dari hati ke hati."Maaf Mah, aku tidak punya banyak waktu sekarang!" Zack tahu, kalau mamanya ingin membahas soal wanita itu–Celine.Dia mengira kalau Veronica pasti akan dihakimi perihal meninggalkan sang istri di tempat pernikahan, di kala mertuanya meregang nyawa.Perbuatan anaknya itu di rasa tidak ada sopan santunnya. Apalagi di lihat banyak tamu yang datang.Sebagai orang terpandang tentu Veronica malu dengan sikap putranya."Jadi begitu cara kamu bicara dengan Mama?" Tidak ingin kalah, Veronika bertolak pinggang. Dia menatap tajam Zack, bertitah seolah tidak ingin dibantah. "Duduk! Mama mau bicara sesuatu denganmu."Zack tak punya pilihan lain selain menurut untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan mamanya ini sampaikan."Sampai kapan kau akan terus sep
"Marcel menelepon! Adikmu Marcel berhasil memajukan perusahaan cabang peninggalan Papamu! Lalu kapan kamu akan mengikuti jejaknya?"Zack mendengus kesal Veronica menyebut nama Marcel."Zack, kamu itu sudah dewasa, sudah tidak pantas kamu berbuat seperti ini!"Benar-benar geram Veronica dengan sikap putranya itu. Sedang Zack hanya duduk sambil memainkan berewoknya, malas."Mulailah fokus dengan menata masa depan, hindari pergaulan luar yang tidak ada gunanya."Memiliki kakak yang begitu egois membuat sang adik memilih untuk menghindari pertengkaran yang sering terjadi.Marcel lebih memilih untuk tinggal di Paris sambil mengurus bisnisnya di sana."Hindari pergaulan yang tidak penting di luar sana! Kamu akan menyesal nanti, Zack!""Sudah, apa Mama sudah, bicaranya?" Zack semakin panas dengan ucapan Veronica.Beberapa kali dia terlibat perkelahian dengan adiknya yang membuat jantung Veronica sedikit bermas