"Aku yang akan membayar semua biaya rumah sakit ini!"
Celine spontan mendongakkan wajahnya saat Zackly Welyoston, CEO di mana papanya bekerja tiba-tiba datang.Di usianya yang lebih dari setengah abad, membuat ayah Celine yang bernama Crush masih bekerja sebagai Cleaning Service di sebuah perusahaan milik Tuan Zack walau dalam kondisi yang sering sakit-sakitan. Terlebih setelah divonis dokter kalau Crush menderita leukimia.Selama ini, Crush memaksakan diri untuk tetap bekerja karena kehidupan mereka yang pas-pasan. Ditambah lagi, pria tua itu masih butuh uang untuk membiayai kuliah Celine dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah.Sebagai anak sulung, keuletan Crush untuk bekerja tentu membuat Celine merasa khawatir dengan kondisi papanya yang semakin hari kian memburuk. Ingin rasanya ia menggantikan posisi ayahnya menjadi tulang punggung.Tapi sayang, ayahnya tidak pernah mengizinkan dengan dalih agar Celine lebih fokus pada pendidikannya lebih dulu."Apa Tuan? Tuan Zack mau membayar semua biaya rumah sakit Papah saya?” Celine membelalakkan matanya menatap Tuan Zack.“Apa saya tidak salah mendengar, Tuan?""Benar! Aku akan membayar semua biaya rumah sakit ini, tetapi dengan satu syarat!" Celine mengerutkan alisnya."Syarat? Apa syarat itu Tuan? Apakah aku harus menggantikan posisi Papa di kantor? Kalaupun benar itu, aku setuju." Tapi ternyata bukan itu Syarat dari Zack."No! Bukan itu syaratnya! Tapi kamu harus menikah denganku! Apa kau setuju?"Degh!"Menikah dengan Tuan Zack?" gumam Celine dalam hati.Gadis itu masih bertanya-tanya … untuk apa pria sekaya dan setampan Zack rela menukar biaya rumah sakit yang tidak seberapa untuknya dengan menikahi Celine yang hanya seorang anak Cleaning Service?Padahal, jika pria itu mau, Tuan Zack bisa saja menarik gadis mana pun untuk dijadikan istri. Gadis mana yang tidak mau menikah dengan pria tampan dan kaya raya seperti Tuan Zackly, si pemilik Galaxi Corporation.Tetapi, tidak untuk Celine. Sebab, dia tahu … Zack menikahinya hanya Karena terpaksa, bukan atas dasar cinta. Namun, Celine tidak bisa untuk menolak, karena nasib papanya ada pada dirinya.Menolak, sama halnya dengan Celine taga melihat papanya terus-menerus merasakan sakit.Maka secepat mungkin dia harus mengambil keputusan."Beri saya waktu sedikit untuk berpikir Tuan, setelah ini saya akan putuskan apakah saya akan menerima tawaran Tuan, ataukah tidak.""Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu jawaban darimu! Katakan iya, atau aku batalkan semua pembayaran rumah sakit ini!"Mendengar gertakan keras dari Tuan Zack, Sisilia yang tak lain adalah mama Celine pun bereaksi. Wanita yang sedari tadi hanya diam, kini menyenggol lengan sang putri seolah menyuruhnya untuk menerima tawaran itu."Hey Celine, apa yang kau pikirkan? Lihat! Apa kau mau melihat Papahmu sekarat di berankar sana!" pekik Sisilia dengan ketus."Tapi Mah, aku ...!" ucap Celine ragu."Jony kita pergi sekarang! Tidak ada gunanya kita berlama-lama di tempat ini!""Siap, Tuan."Melihat gelagat Celine yang sepertinya keberatan dengan syarat yang Zack ajukan, maka pria itu memutuskan untuk pergi dari tempat itu.Kepergian Zack membuat Sisilia terus mendesaknya Celine untuk menerima tawaran dari pria itu sebelum sang CEO hilang dari pandangan mereka.Meraka tidak punya banyak waktu lagi untuk berpikir, secepat mungkin Celine berlari untuk menghentikan langkah Tuan Zack dan memberinya keputusan yang sangat terpaksa untuknya."Tuan Zack tunggu!"Zack seketika menghentikan langkahnya, tapi pandangannya tetap lurus ke depan tanpa menoleh sedikit pada sumber suara yang memanggilnya."Aku terima tawaranmu, Tuan! Aku bersedia menjadi istri Tuan." Celine mencoba meyakinkan diri.Senyum kecil menyeringai dari bibir si pemilik perusahaan terbesar di kota New York.Galaxi Corporation merupakan perusahaan yang paling terkenal di kota itu hingga hampir semua orang mengenal siapa pemiliknya."Bagus! Segera datang ke kantor untuk menandatangani surat perjanjian yang akan saya buat!"Hanya itu kata yang keluar dari mulut Zack sebelum pergi meninggalkan Celine yang masih mematung dengan mata yang berkaca-kaca. Dia seketika teringat sang kekasih yang tengah bekerja di luar negeri.Celine merasa bersalah karena merasa telah mengkhianati kepercayaan kekasihnya."Maafkan aku Raka, maafkan aku! Aku terpaksa menikah dengan pria yang tidak aku cinta. Ini semua aku lakukan demi kesehatan Papaku.”***Setelah merasa siap dan menerima nasibnya untuk menikah dengan CEO di tempat papanya bekerja, Celine pun bergegas menuju kantor Zack untuk menandatangi kontrak perjanjian seperti yang pria itu inginkan.Beberapa staf memandang sebelah mata saat dia masuk ke dalam. Bahkan ketika Celine menanyakan dimana CEO itu pada Manager perusahaan, dia menjawabnya dengan sangat ketus."Em, permisi Nona, bisakah saya bertemu dengan Tuan Zackly Welyoston sekarang?"Anda siapa? Sepertinya Tuan Zack sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk menemui wanita seperti anda," ucapnya tanpa tau kalau wanita yang ada di hadapannya adalah putri dari si Cleaning Service yang biasa membantunya membelikan makanan di warung seberang."Maaf, tapi saya sudah membuat perjanjian dengannya, bisakah Nona mengantar saya ke tempatnya?"Perempuan itu sama sekali tak menghiraukan ucapannya, dia justru sibuk dengan tumpukan berkas-berkas yang tergeletak di atas meja.Merasa tidak ada respon dari Manager itu membuat Celine bingung bagaimana caranya bertemu dengan CEO itu, sedang dia sendiri tidak punya kontak untuk menghubunginya.Tanpa sengaja, Jony–anak buah Zack lewat dan menoleh ke arah depan di mana Celine sedang berdiri sambil memainkan jarinya dengan cemas.Jony memicingkan matanya memastikan bahwa wanita itu adalah Celine gadis yang baru saja dia datangi di rumah sakit dan ketika itu benar Jony segera menghampirinya."Nona, bukankah Nona yang tadi di rumah sakit? Sedang apa Nona di sini?" pekiknya basa basi."Hey kamu! Astaga, untung saja ada kamu! Tolong antarkan saya ke tempat Tuanmu sekarang! Tuan Zack menyuruhku untuk datang kemari.""Silahkan Nona, Tuan Zack sudah menunggu anda di dalam."Celine mengikuti di belakang laki-laki bertubuh kekar yang memakai pakaian serba hitam itu. Mereka masuk ke dalam lift sampai di lantai paling atas di mana ruang kerja Zack berada."Silahkan Nona, Tuan Zack ada di dalam."Terdapat sebuah tulisan Direktur Utama di atas pintu kayu kokoh, dengan ukiran indah yang membuat ruangan itu terlihat sangat mewah. Dengan ragu, Celine mengetuk pintu dan seketika mendapat jawaban dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk."Masuk!" Suara Zack dari dalam ruang kerjanya."Permisi Tu-Tuan Zack, ini sa-saya Celine, putri dari Pak Crush. Saya datang ke sini untuk menuruti apa yang anda inginkan."Dengan suara bergetar Celine mengatakan itu sambil meremas-remas pucuk baju atasannya.Pengusaha yang semula menghadap ke belakang spontan membalikkan badan sembari duduk di kursi yang bisa berputar.Tidak dipungkiri oleh Celine sendiri kalau Tuan Zack ini memang sangat menggoda. Tampangnya yang begitu tampan dengan brewok tipis yang mengitari rahang, serta tatapan yang tajam membuat dia tak mampu untuk berlama-lama memandangnya.Celine segera menundukkan pandangannya dengan salah tingkah akan tetapi dia dibuat bertanya-tanya ketika melihat sebuah kertas tebal berwarna merah yang tergeletak di atas meja kerja Zackly."Aku sudah membuatkan surat perjanjian untuk kita, kamu bisa lihat sendiri apa isi dari surat perjanjian ini."Zack meletakkan selembar kertas putih di atas meja kerjanya. Lalu apa saja isi perjanjian itu?...BERSAMBUNG."Silahkan kamu tanda tangani surat perjanjian itu! Setelah itu, semua anak buahku akan mengurus pernikahan kita secepatnya!"Zack melempar pulpen yang dia ambil dari saku jasnya di samping kertas itu. Antara yakin atau tidak, dengan ragu tangan Celine mulai mengambil pulpen tersebut dengan dada yang berdegup kencang."Ya Tuhan, bantulah aku! Kuatkan aku dalam menjalani semua ini," gumam Celine dalam hati sambil memejamkan matanya sesaat.Tanpa membuang waktu lama, Celine menandatangani surat itu dengan cepat dan spontan memundurkan langkahnya."Bagus! Biar aku serahkan surat ini pada Jony! Dia yang akan mengurus semuanya.""Jony!" Teriak Zack memanggil anak buahnya.Dia keluar untuk mencari di mana anak buah itu berada. Saat itulah, netra Celine kembali tertuju pada tumpukan kertas berwarna merah yang tergeletak di atas meja kerja Zack.Penasaran, dengan tumpukan kertas tersebut, Celine pun meraih salah satunya dan membaca dengan cepat sebelum aksinya ketahuan oleh pemilik kertas itu.
"Maaf Nona, saya ditugaskan Tuan Zack untuk mengantarkan koper ini pada Anda! Silahkan diterima kopernya, Nona."Celine memicingkan mata penasaran. Apa isi dari koper tersebut, kenapa tiba-tiba Zack mengirimkan hadiah untuknya?Padahal, jika pria itu memang berniat memberinya ‘koper ini’, Zack bisa memberikannya tadi ketika mereka bertemu di kantor."Apa isi koper itu?""Maaf Nona, saya tidak tau! Bukan wewenang saya untuk membuka koper itu. Kalau Nona mau, Nona bisa membuka sendiri dan melihat apa isinya.” Wanita itu mundur selangkah, lalu mengangguk sekilas. “Kalau begitu saya permisi dulu, Nona. Selamat sore!"Selepas kepergian wanita tersebut, justru Sisilia-lah yang paling antusias dan ingin segera Celine untuk membukanya. Mama Celine itu begitu penasaran apa yang dikirimkan oleh calon menantu kaya rayanya itu."Buka Celine, buka! Mamah tidak sabar melihat apa isi dari koper itu."Dengan ragu, Celine mulai membukanya. Gerakannya yang lambat membuat Sisilia tidak sabar.Dia pun akh
"Apa pernikahan ini sudah bisa kita mulai?" kata pendeta yang memimpin jalannya acara pernikahan.Celine seketika sadar dari lamunannya saat pemimpin upacara pernikahan menanyakan kesiapannya.Ditambah, Zack yang tiba-tiba sudah berdiri, menunggu di atas Altar. Pria yang kini mengenakan tuksedo abu-abu, melirik pada Celine seolah bertanya "Apa kau sudah siap?"Dengan ragu Celine perlahan mulai melangkahkan kaki menuju Altar. Dalam tiap langkah, dia terus menguatkan diri, meski pernikahan ini bukanlah pernikahan impiannya, tetapi dia akan melakukannya demi papanya."Ya Tuhan, kuatkanlah aku! Apa yang aku lakukan semua ini hanya demi Papa," gumamnya dalam hati.Pendeta mulai melakukan runtutan acara dari mulai pemberkatan, mengucapkan janji suci pernikahan hingga menyatakan kalau mereka kini resmi menyandang sebagai pasangan suami istri.Tepuk tangan riuh mengiringi pemersatuan mereka, tetapi Zack hanya menyeringai kecil sebelum pergi meninggalkan Celine yang masih sendirian di atas Alta
"Zack tunggu!"Sementara Celine tengah berada di kamarnya, Zack terlihat turun dari mobil dan memasuki rumah.Melihat sang anak, Veronica lantas menghentikan langkah sang putra untuk bicara, berharap kalau Zack mau bicara dari hati ke hati."Maaf Mah, aku tidak punya banyak waktu sekarang!" Zack tahu, kalau mamanya ingin membahas soal wanita itu–Celine.Dia mengira kalau Veronica pasti akan dihakimi perihal meninggalkan sang istri di tempat pernikahan, di kala mertuanya meregang nyawa.Perbuatan anaknya itu di rasa tidak ada sopan santunnya. Apalagi di lihat banyak tamu yang datang.Sebagai orang terpandang tentu Veronica malu dengan sikap putranya."Jadi begitu cara kamu bicara dengan Mama?" Tidak ingin kalah, Veronika bertolak pinggang. Dia menatap tajam Zack, bertitah seolah tidak ingin dibantah. "Duduk! Mama mau bicara sesuatu denganmu."Zack tak punya pilihan lain selain menurut untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan mamanya ini sampaikan."Sampai kapan kau akan terus sep
"Marcel menelepon! Adikmu Marcel berhasil memajukan perusahaan cabang peninggalan Papamu! Lalu kapan kamu akan mengikuti jejaknya?"Zack mendengus kesal Veronica menyebut nama Marcel."Zack, kamu itu sudah dewasa, sudah tidak pantas kamu berbuat seperti ini!"Benar-benar geram Veronica dengan sikap putranya itu. Sedang Zack hanya duduk sambil memainkan berewoknya, malas."Mulailah fokus dengan menata masa depan, hindari pergaulan luar yang tidak ada gunanya."Memiliki kakak yang begitu egois membuat sang adik memilih untuk menghindari pertengkaran yang sering terjadi.Marcel lebih memilih untuk tinggal di Paris sambil mengurus bisnisnya di sana."Hindari pergaulan yang tidak penting di luar sana! Kamu akan menyesal nanti, Zack!""Sudah, apa Mama sudah, bicaranya?" Zack semakin panas dengan ucapan Veronica.Beberapa kali dia terlibat perkelahian dengan adiknya yang membuat jantung Veronica sedikit bermas
"Astaga Zack! Kamu mabuk lagi malam ini? Keterlaluan sekali kamu!" Veronica sangat geram dengan putra sulungnya sampai nafasnya memburu."Mamah diam! Dan nggak perlu campuri urusanku!""Kak, sampai kapan Kakak terus seperti ini?"Laki-laki itu tak menghiraukan ucapan mereka, dia berjalan begitu saja sempoyongan bahkan hampir menabrak tembok di ruang tengah."Astaga! Mari Tuan biar saya bantu ke dalam.""Untuk apa kamu pegang-pegang aku! Sana!"Dugh!"Awh!"Dorongan tangan Zack yang begitu keras membuat Celine terjerembab dan menabrak sebuah lemari besar, tapi wanita itu tidak menyerah begitu saja. Celine kembali berdiri sambil memegangi lengan tangannya yang terasa sakit.Memapah tubuh gagah itu membawanya ke dalam kamar. Tak kuat menopang berat badannya kini tidak ada lagi perlawanan dari Zack sampai ke dalam.Celine membaringkan Zack di atas tempat tidur dan melepas sepatu yang masih di kenak
Celine berjalan lunglai menyusuri jalanan yang sepi, hanya terlihat pohon-pohon beringin berguguran menguning yang membuat kotor jalanan tersebut.Berharap ada seseorang datang menolongnya, setelah lama meninggalkan kuliahnya mana mungkin dia absen kembali untuk hari ini."Bagaimana aku memberi alasan pada Pak Dirga, ck!" selaku Dosen.Awalnya Celine hanya meminta izin untuk menemani papanya di rumah sakit.Dari arah belakang terdengar suara motor yang berjalan semakin kencang namun Celine tak menghiraukan siapa pengemudi motor tersebut."Celine, sedang apa kamu disini?"Celine spontan menoleh ke samping pada seseorang yang memakai motor cros lengkap dengan helm trail-nya hingga matanya saja yang terlihat.Celine tidak mengenali siapa dia bahkan dari suaranya saja Celine tidak mengetahui kalau dia orang yang dikenal."Aku- aku mau ke kampus. Siapa kamu?""Astaga, apa kamu nggak mengenal aku?"M
"Aku mau minta tolong pada kalian untuk mencari dimana keberadaan Greta saat ini!"Kenan dan Leo terperangah dengan ucapan temannya ini, mereka tau bukankah Zack sudah menikah, namun hanya Kenan yang bisa datang dalam acara pernikahannya kemaren.Sedang Leo berada di luar negeri saat itu sehingga dia tidak melihat siapa istri dari Zack ini."Greta? Zack, lebih baik kamu lupakan saja wanita itu! Tidak ada gunanya lagi kamu mencarinya! Aku yakin kalau dia sudah menemukan laki-laki yang lebih segalanya dari pada kamu.""Apa yang kamu katakan?"Mendengar ucapan dari Leo membuat Zack tidak terima, dia spontan menarik kerah baju temannya itu hingga sedikit mendongak ke atas.Ingin rasanya Kenan melerai kedua tamannya ini tetapi dia hanya takut di katakan membela satu sama lain di antara mereka."Aku yakin kalau Greta tidak akan seperti itu! Dia perempuan baik-baik! Jika kamu tidak mau menolongku, tidak masalah asal kamu jaga m