Nicholas melihat istrinya menyambut dirinya tidak seperti biasanya. Seperti ada yang membuat hatinya senang saat ini, hingga setelah sekian lama dia akhirnya mau menghampiri suaminya dan membawakan tas kerjanya.
Bukannya merasa haru, tapi Nicholas malah heran dan merasa aneh pada Hana.
“Kamu kenapa? Tumben sekali menyambutku seperti ini.” Nicholas bertanya pada Hana. Tetapi wanita itu masih diam dan enggan untuk mengatakannya sekarang.
“Waktu makan malam, aku akan cerita sama kamu,” katanya sambil berlalu pergi dari Nicholas. Bahkan dia sempat bersenandung seperti bukan Hana biasanya.
“Ada apa sih?” gumam Nicholas, dia melepaskan dasinya dan masuk ke dalam kamar.
Sementara itu Hana keluar dari kamar ketika Nicholas masuk ke dalam kamar mandi.
“Kamu mau ke mana?”
“Masak makan malam buat kamu,” jawabnya. Sempat membuat Nicholas melongo dan lupa untuk mengatupkan kedua rahangnya.
“Habis main dari kuburan mana sih dia,” gumam Nicholas lagi.
Wajar saja kalau dia merasa ada yang aneh dengan istrinya itu. Hana adalah tipikal wanita yang tak mau berlama-lama di depan kompor hanya untuk memasakan sesuatu untuk suaminya.
Bahkan selama menikah, yang selalu memasak adalah si pembantu yang sudah melayani Nicholas selama ini.
Mendadak Nicholas berpikir, jangan-jangan dia mau bercerai dengannya?
Namun tidak mungkin, dia tahu kalau Hana sangat mencintainya. Bahkan dia rela ditekan habis-habisan oleh mertuanya ketika ibu Nicholas menginginkan seseorang cucu.
Tak mau berpikir negatif lagi. Nicholas melepaskan bajunya dan juga semua rasa penatnya dan berendam di bathtub.
Ia memejamkan matanya, dan bayangan Amanda muncul di kepalanya.
Sudah lima tahun, tapi dia belum juga melupakan sosok wanita itu. Cinta pertama Nicholas yang saat ini entah ada di mana sekarang.
“Kamu—baik-baik saja kan, Amanda?” tanya Nicholas, ia menenggelamkan kepalanya untuk sesaat lalu naik ke atas permukaan lagi.
**
Mata Nicholas melebar tak percaya dengan apa yang terhidang di meja saat ini.
Yah, sebenarnya tak heran juga karena Hana baru kali ini memasak. Dengan sedikit bau gosong dan tekstur yang sama sekali jelas jika itu rasanya akan sama seperti penampilannya. Nicholas menelan ludahnya. Haruskah dia memakan masakan Hana?
“Kamu yang masak ini?” tanya Nicholas, ia mengambil kursi dan duduk menatap ragu.
“Aku buat spaghetti,” kata Hana dengan wajah bersinar cerah. Nicholas tak mungkin mengatakan hal yang kasar padanya.
Lelaki itu melirik ke arah dapur, sebuah bungkus spaghetti instan berceceran di sana sini lengkap dengan sausnya.
Hana hanya menambahkan beberapa hiasan seperti udang dan jamur kancing di atasnya.
Kalau itu sih Nicholas juga bisa.
“Gimana? Enak gak?” tanya Hana dengan kedua tangan bertumpu di dagunya.
“Kamu tidak makan?” Maksudnya agar Hana tahu bagaimana rasa masakan yang dimasaknya barusan.
Ia menggelengkan kepalanya. “Aku tidak pernah makan masakanku sendiri, Nicholas. Kamu tahu itu.”
“Tapi kamu memang baru kali ini memasak, kan?”
Bibir Hana mencebik seperti anak kecil. Lalu sedetik kemudian melengkung membentuk sebuah senyuman. Senyuman yang tidak membuat Nicholas nyaman tapi takut.
Dia tahu jika di balik senyuman Hana selalu ada permohonan yang ingin ia ajukan pada Nicholas.
“Ada apa? Katanya tadi kamu mau mengatakan sesuatu padaku?”
Hana mengangguk. “Hmm … ada.”
“Apa?”
“Uhmm—itu. Aku—akan setuju memiliki seorang anak,” kata Hana ragu dan malu-malu.
Nicholas meletakan garpunya dan mengelap bibirnya dengan tissu. Lalu menatap bahagia ke arah Hana.
“Kamu serius?”
Hana mengangguk.
“Baguslah, akhirnya kamu sadar juga.”
Hana mendelik ke arah Nicholas. “Dengarkan aku dulu, Nicholas.”
“Oh kamu belum selesai bicara?”
“Jadi begini—“
Perasaan Nicholas sudah mulai tidak enak.
“Aku—aku akan menggunakan rahim pengganti untuk anak kita. Jadi bukan aku yang mengandung tapi wanita lain,” kata Hana dengan satu kali tarikan napas.
Bisa dibayangkan bagaimana wajah dan ekspresi Nicholas saat ini. Wajahnya berubah menjadi keruh lalu hendak meninggalkan meja makan.
Hal gila yang benar-benar Hana inginkan saat ini sungguh membuat Nicholas sakit hati. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu dengan mudah?
“Nicholas, dengarkan aku dulu!” cegah Hana.
Suaminya hanya melirik ke arah Hana dengan tatapan sinis dan nanar.
“Apa kamu sedang sakit?” tanya Nicholas.
“Aku? Aku sehat kok.”
“Lalu kenapa harus menggunakan ibu pengganti? Kamu tahu kan? Tugas wanita itu salah satunya menjadi ibu di dalam hidupnya?”
“Tapi menjadi ibu tak harus mengandung anak mereka sendiri!” Suara Hana yang melengking keras membuat pembantu yang hendak masuk ke dalam ruang makan kembali mengurungkan niatnya.
“Kamu selalu egois, Hana. Aku tak mengerti dengan jalan pikiranmu itu,” desah Nicholas.
“Aku juga ingin menjadi seorang ibu, Nicholas. Tapi aku tak ingin hamil,” sahutnya putus asa. Tangannya masih mencengkeram pergelangan tangan suaminya sampai meninggalkan bekas kemerahan di sana.
“Karena kamu taku akan terlihat gemuk? Tidak seseksi lagi? Tidak menarik bagi mata lelaki lain? Itu kan?”
Hana diam.
“Dan tak ingin merasakan bagaimana beratnya hamil,” lanjut Nicholas dan ia menarik tangannya dengan kasar. Meninggalkan Hana yang terpekur sendirian di meja makan.
Memangnya apa yang salah dengan ibu pengganti? Yang penting itu dari benihku dan benih milikmu kan?
Yang penting aku menanggung hidup ibu pengganti selama hamil kan? Lalu di mana letak kesalahanku, Nicholas?
Aku yang sama sekali tidak mengerti jalan pikiranmu. Kamu ingin memiliki anak tapi setelah kuberikan sebuah pilihan tapi kamu malah menghardikku seperti ini.
Tak lama setelah pertengkaran itu, Hana hendak masuk ke dalam kamarnya. Namun sebelum dia membuka pintu kamarnya, dia melihat Nicholas hendak keluar dari kamar itu.
“Kamu mau ke mana?” tanya Hana pelan.
“Pergi.”
“Aku tidak akan mundur dan menyerah,” kata Hana lagi menatap wajah Nicholas dari samping dengan mata yang sudah basah.
Tetapi Nicholas sama sekali acuh tak acuh padanya. Dia mengenakan jaketnya lalu meraih kunci mobilnya yang ada di atas nakas di samping pintu kamarnya.
“Terserah kamu, lagipula selama ini aku tak pernah kamu dengar kan?”
“Kamu selalu mementingkan diri kamu sendiri di atas kepentinganmu.”
Dan bayangan itu pergi bersama dengan langkah yang tergesa-gesa. Nicholas benar-benar marah pada Hana.
Tak pernah Nicholas semarah ini padanya. Bahkan ketika dia dulu menolak untuk hamil waktu itu.
Apa Nicholas sudah mulai muak pada Hana? Apa Hana sudah keterlaluan pada suaminya itu?
Sementara itu—Nicholas naik ke atas mobilnya dengan perasaannya yang kecewa terhadap Hana.
Mobilnya tak lekas ia lajukan, untuk beberapa menit dia masih berada di dalam sana sambil memandangi rumah besar yang sama sekali tidak memberikannya sebuah kehangatan keluarga.
Dia hanya seperti seorang lelaki yang keluar masuk ke dalam rumah itu dan memiliki seorang wanita yang disebut dengan istri. Yah, hanya itu. Selebihnya dia merasa jika rumah tangganya hanyalah sebuah pajangan.
Nicholas memainkan pulpennya di ruang kerjanya. Sejak Hana mengatakan usulan gila itu padanya beberapa hari yang lalu, hubungannya dengan Hana menjadi sedikit renggang.Hana masih bersikeras untuk mendapatkan ibu pengganti agar dia dapat memiliki seorang anak. Sedangkan Nicholas masih memikirkannya, dia tidak tahu bagaimana pendapat orang lain kalau sampai tahu istrinya menggunakan jasa ibu pengganti.“Siapa yang bilang kalau kita akan melakukannya terang-terangan?” Hana bertanya seperti itu pada suaminya ketika mereka berdua masih berdebat mengenai masalah ibu pengganti.“Lalu?”“Kita akan sembunyi-sembunyi melakukannya dan aku akan berpura-pura hamil, agar tidak ada yang tahu kalau aku menggunakan jasa itu.”Nicholas sebenarnya sudah tidak sabar lagi ingin memiliki seorang anak. Namun Hana selalu menolaknya ketika dia memintanya secara baik-baik, sampai Hana memutuskan untuk menggunakan cara
Amanda sudah dites fisik dan mentalnya, ia terbukti sehat dan tak ada masalah. Untuk izin dari orang tua sepertinya Amanda tidak memerlukan hal itu karena dia saat ini hidup sebatang kara.Proses dimulai ketika semuanya sudah siap—dan Amanda sudah siap jika dalam proses tersebut tidak langsung berhasil. Dia paham benar bagaimana proses tersebut karena sudah pernah melakukannya.Hingga sampai akhirnya setelah empat bulan kemudian, wanita yang tak lain mantan kekasih Nicholas itu bisa hamil usai menjalani proses beberapa kali.Masalahnya terletak pada sel telur Hana yang tidak dalam kondisi yang baik.Namun meski begitu, kini Hana kini bisa bernapas dengan lega karena ibu pengganti yang ia sewa kini hamil.Sore itu Hana menyambut Amanda dengan baik. Dia sudah menyediakan kamar yang nyaman untuk wanita itu.Tujuannya hanya satu, dia tak ingin Amanda stres
Hana membuka matanya pagi itu dan tidak melihat suaminya ada di atas sofa.Harum wangi parfum yang menyeruak ke dalam hidung mengatakan jika lelaki itu mungkin sudah ada di meja makan.Dengan malas, Hana menurunkan kakinya. Ia memijat kepalanya yang pusing lantaran bertengkar dengan Nicholas tadi malam.Ia melihat dirinya melalui cermin rias yang ada di depan ranjangnya. Berdiri dan mengecek setiap jengkal tubuhnya.Tak ada yang masalah dengan tubuhnya. Masih seksi dan masih enak dipandang mata, tapi kenapa Nicholas tak mau melakukan hubungan istri dengannya?Bahkan lelaki yang melihat sekejap pada Hana saja pasti akan terpesona oleh tubuhnya yang indah. Tetapi kenapa tidak pada lelaki itu?“Jangan-jangan Nicholas tidak normal.” Hana berdesis kesal.Dia turun setelah mencuci muka dan mengenakan Cardigan tipis untuk menutupi tubuhnya.Masih memakai g
Rumah sepi tanpa penyambutan yang hangat sudah sering dirasakan oleh Nicholas. Tanpa sapaan ramah dari istri maupun pelukan hangat dari Hana.Entah mengapa dulu Hana begitu menginginkannya, jika sekarang saja dia sudah seperti bukan istri Nicholas.Dia sibuk sendiri dengan kegiatan dan urusannya lalu terkadang pulang sesuka hati ia sendiri.Rasanya Nicholas seperti menikahi pembantunya yang selalu menyapanya dan menyiapkan segala sesuatunya untuknya.Seperti saat ini …Nicholas masuk ke dalam kamarnya dan tidak menemukan Hana di sana. Ketika dia keluar dari kamarnya dan hendak pergi ke dapur, pembantunya mengatakan kalau Hana belum kembali sejak pagi.“Katanya cuma fitness, tapi sampai malam belum selesai juga. Memangnya dia fitness di mana?” gumam Nicholas.“Makan malam sudah siap, Tuan. Mau makan sekarang atau sebentar lagi?” tanya pembantunya.“S
Pagi-pagi sekali Nicholas sudah berkutat di dapur. Bukan membuat kopi untuk dirinya sendiri, bukan. Dia sedang menyiapkan makanan untuk Amanda.Yah, sejak dia mengetahui jika hamil muda itu masih rawan, Nicholas ingin menjaga kehamilan Amanda.Sudah lama ia sangat ingin memiliki anak dan meskipun dengan cara seperti ini. Tetapi ia tak ingin mengabaikan calon anak yang ada di rahim Amanda.“Kamu sudah bangun?” tanya Nicholas, ketika melirik ke belakang sekilas dan melihat Amanda sudah berdiri di dekat meja makan.“Hmm, iya,” jawabnya singkat.Kepalanya sedikit melongok dan penasaran dengan apa yang dimasak oleh Nicholas saat ini. Sampai dia menumpahkan semua perhatiannya panci yang ada di atas kompor.“Kamu duduk saja, aku akan membuatkanmu makanan,” kata Nicholas lagi.Tanpa banyak bicara lagi, Amanda duduk dan menunggu Nicholas yang masih sibuk memasak.
Kalau saja Hana tadi melihat Nicholas begitu memerhatikannya. Apakah dia akan cemburu padanya?Melihat Nicholas memasakkan makanan untuknya. Dan memberikan pijatan pada lehernya ketika dia merasakan mual pada perutnya. Apakah dia akan cemburu?Mungkin saja cemburu, tapi mungkin saja dia membiarkannya saja.Amanda masih belum mengerti bagaimana perasaan Hana untuk Nicholas sebenarnya.Dia menikah dengan Nicholas karena cinta, atau hanya karena Nicholas adalah seorang pengusaha yang sukses.“Amanda, aku mau keluar lagi hari ini,” kata Hana pada Amanda ketika mantan kekasih Nicholas itu sedang bersantai di ruang keluarga.“Mungkin aku akan pulang malam lagi,” lanjutnya dengan senyum yang melebar.Katanya dia selalu di rumah, tapi ternyata dia adalah istri yang sangat hobi menghabiskan uang suaminya.“Mau ke mana, kalau boleh tahu?” tanya Amanda. Tak be
Hana kembali ke rumah dengan perasaan yang masih terbawa emosi karena ucapan teman-temannya tadi.Memang benar, mereka hanya bermulut manis kalau hanya ada di depannya saja. Dan mengatakan hal buruk di belakangnya seperti tadi.“Mengesalkan! Bilang saja kalau iri padaku, tak usah membicarakanku seperti itu,” gerutu Hana.Matanya menatap mobil mertuanya yang sudah terpakir dengan manis di halaman rumahnya.Wajahnya menegang untuk sesaat karena dia tidak tahu kalau hari ini adalah kunjungan mertuanya di rumahnya.Biasanya ibu Nicholas itu akan mengabarinya jika akan ke sana. Tapi hari ini dia datang tanpa memberi tahu pada Hana terlebih dahulu.“Gawat,” desisnya panik.“Amanda.”Ibu Nicholas tidak tahu jika Hana menggunakan jasa ibu pengganti selama ini. Yang ia tahu, Hana saat ini hamil. Sudah hanya itu saja.Kalau sampai dia tahu Am
Amanda buru-buru membawa Nicholas menjauh dari hadapan Christian, sebab Amanda tahu jika mantan suaminya itu akan memanfaatkan Nicholas, seorang pengusaha muda terkenal dan sukses di usianya yang masih muda.“Dia siapa?” tanya Nicholas ketika mereka berdua sudah menjauh dari Christian.“Mantan suamiku.” Amanda menjawab dengan mata menatap ke arah Christian duduk. Terlihat jelas kalau mata lelaki itu memandangnya dengan penasaran.“Lalu? Apa dia memerasmu?”“Bukan seperti itu—dia ingin meminta uang untuk anakku. Dia sedang di rumah sakit saat ini.”Nicholas diam, memandangi wajah Amanda yang seakan kebingungan.“Kenapa? Apa kamu tak punya uang?”Amanda sontak menatap wajah Nicholas dan tersenyum tipis. Uangnya masih banyak, dari gaji menjadi ibu pengganti dua tahun yang lalu.“Bukan begitu, aku ragu memberikannya karena Christian suka berjudi. Aku ta