Share

Istri Tawanan CEO Arogan
Istri Tawanan CEO Arogan
Author: Merspenstory

1. Petaka Pagi Hari

“Segera pindah dari sini karena rumah ini sudah kujual!”

Samantha mengerjap beberapa kali sementara otaknya berusaha mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Nyonya Kathleen.

“Kamu tuli atau bagaimana? Kenapa hanya diam saja dengan wajah bodohmu itu? Cepat kemas barang-barangmu dan pergi dari tempat ini sekarang juga!” Nyonya Kathleen kembali bersuara dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

“Tapi Nyonya Kathleen, Anda tidak bisa tiba-tiba mengusirku seperti ini. Aku sudah membayar sewa bulan ini dan bulan depan sekaligus. Sekalipun bangunan ini tiba-tiba Anda jual, seharusnya beri tahu terlebih dulu agar aku bisa mencari tempat tinggal. Aku mohon, jangan seperti ini.” Samantha memohon lirih.

Namun, wanita berusia empat puluh lima tahun itu tidak peduli, wajahnya terlihat angkuh. Dia sudah menerima uang dan pemilik baru ingin rumah tersebut segera dikosongkan.

“Itu bukan urusanku. Pemilik baru ingin rumah ini segera dikosongkan. Jadi, segera kemas barang-barangmu dan pergi!” Nyonya Kathleen berniat menjauh, tetapi Samantha menangkap lengannya.

“Aku mohon. Aku tidak tahu harus pergi ke mana.”

Samantha baru beberapa jam terbangun dari tidurnya dan sekarang ia tiba-tiba diusir. Tentu saja ia tidak mempunyai tempat tujuan. Ini terlalu mendadak!

Nyonya Kathleen menarik napas cukup dalam kemudian mengembuskannya melalui mulut.

“Baiklah, karena kamu terlihat begitu putus asa, maka kamu bisa pindah besok pagi. Hanya itu yang bisa kulakukan. Jangan mempersulitku dengan terus memohon!” kata wanita itu, lalu melenggang pergi.

Samantha hanya bisa mengangguk lemah. Entah ia harus bersyukur atau tidak atas hal itu, namun bibirnya sudah mengucapkan terima kasih.

Jika dipikirkan lagi, jelas hal ini sangat tidak adil baginya. Meskipun Nyonya Kathleen telah membayar ganti rugi sebab melanggar kontrak, Samantha sama sekali tidak berpuas diri.

Sepeninggal Nyonya Kathleen, Samantha langsung terduduk di atas lantai yang dingin. Pikirannya kalut, ia bingung harus pergi ke mana. Tidak ada tempat yang bisa ia tuju.

“Andai ayah dan ibu masih ada,” Samantha bergumam. Namun, mereka sudah tiada. Sekarang ia hanya mempunyai satu adik laki-laki, Elnathan, yang justru membuat hidupnya semakin memusingkan.

Samantha sibuk memasukkan barang-barang ke dalam kotak. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain segera berkemas.

Drrttt…

Ponsel yang Samantha letakkan di atas meja bergetar karena sebuah panggilan masuk. Jelas sekali nama Emily terpampang di layar. Dengan cepat Samantha menjawab panggilan tersebut.

“Samantha, kamu di mana, hah?! Kamu lupa hari ini ada pemotretan? Kenapa belum datang juga?!”

Samantha langsung menjauhkan ponselnya dari telinga mendengar teriakan atasannya itu. Ia menepuk dahi karena lupa dengan agendanya hari ini.

Matilah aku!’ Samantha menjerit dalam hati.

Seharusnya sekarang Samantha sedang duduk di depan meja rias dan bersiap melakukan pemotretan. Namun, karena Nyonya Kathleen datang mengetuk pintu rumahnya pagi-pagi dan menyuruhnya untuk segera pindah, Samantha sampai melupakan jadwal pemotretannya.

“Ma-maaf, aku sedang di jalan sekarang. Sebentar lagi aku akan tiba,” sahut Samantha bohong. Ia pun langsung beranjak dan mengemas beberapa benda ke dalam tas miliknya lalu berlari menuju pintu.

Emily adalah wanita dengan mulut berbisa. Ucapannya yang begitu tajam kerap kali membuat para model yang bekerja di bawahnya merasa frustasi, tak terkecuali Samantha sendiri. Sekarang pun Samantha sudah dapat memprediksi jika ia akan dimarahi setibanya di tempat pemotretan nanti.

Lima belas menit kemudian Samantha akhirnya tiba. Dan wajah sinis Emily langsung menyambutnya.

“Kamu sudah tidak ingin bekerja lagi, hah!?” Emily berteriak dengan kalimat yang sama persis dengan yang Samantha ucapkan dalam hatinya.

Semua orang sudah sangat hafal dengan kalimat default yang Emily lontarkan ketika ada yang datang terlambat. Wanita itu akan berteriak dengan kedua tangan berkacak di pinggang serta kedua mata yang melotot sempurna.

Tidak heran Emily mempunyai julukan ‘Katak Betina’ sebab matanya yang besar saat melotot dan suaranya yang berisik seperti katak.

“Maaf, pagi ini tiba-tiba ada—”

“Sudahlah! Tidak perlu banyak alasan. Aku akan memaafkanmu karena ini adalah pertama kalinya kamu terlambat. Tapi jangan harap aku akan bersikap mudah jika kamu terlambat lagi nanti!”

Samantha merasa sangat lega. Setidaknya ia tidak perlu dimarahi dan membuat dirinya dipermalukan di depan banyak orang. Setelah berterima kasih kepada Emily karena tidak mempermasalahkan keterlambatan dirinya, Samantha bergegas mendatangi make up artist untuk segera dirias.

“Tidak biasanya kamu datang terlambat. Ada apa?”

Seorang rekannya berbisik setelah berhasil memposisikan diri di samping Samantha.

“Ada sedikit masalah,” jawab gadis itu, terdengar lelah. “Aku—” Ucapan Samantha terhenti saat ponsel yang berada dalam genggamannya bergetar karena sebuah panggilan masuk.

Untuk sepersekian detik, ia terlihat ragu sampai akhirnya memberanikan diri untuk menjawab panggilan tersebut.

“Halo?” sahut Samantha pelan. Raut wajahnya yang sebelumnya tampak lelah seketika menegang, seolah jiwanya baru saja terlepas dari raganya saat mendengar informasi yang baru saja diterima.

“Apa? Kantor polisi?!”

Meski terkejut, Samantha tetap memaksakan dirinya untuk bergegas. Jantungnya berdegup tidak karuan. Pikirannya berkecamuk.

Samantha sudah tidak memikirkan bahwa Emily mungkin akan memecat dirinya karena langsung pergi padahal seharusnya ia melakukan pemotretan. Samantha berlari keluar dari studio dan ia beruntung sebab ada taksi yang akan lewat. Dengan wajah panik Samantha melambaikan tangan dan menghadang taksi tersebut dengan sedikit tidak sabar.

“Tolong ke kantor polisi di jalan A,” ucap Samantha tergesa begitu masuk ke dalam taksi yang baru saja lewat. Sang supir taksi pun mengiyakan dan langsung menginjak pedal gas untuk membawa Samantha ke tempat tujuan.

Tak perlu waktu lama hingga mobil taksi yang membawa Samantha memasuki halaman kantor polisi. Gadis itu segera turun dengan perasaan gugup luar biasa.

“Kukira kamu tidak akan datang. Jujur saja aku sudah bosan melihat adikmu. Kapan dia berhenti membuat masalah?”

Samantha sudah hafal dengan kalimat sambutan itu setiap kali ia datang ke kantor polisi.

Sebenarnya ingin sekali Samantha menjawab kalimat pedas yang ditujukan kepadanya itu, tetapi ia hanya berakhir dengan memberikan senyuman tulus hingga membuat si polisi tidak bisa berbicara lebih banyak lagi.

“Dia Samantha. Saudara si pria yang menghancurkan mobil.”

Seorang pria yang mengenakan setelan formal langsung menoleh ke belakang tepat di mana Samantha berdiri.

Wanita itu terlihat sedikit kacau, tetapi kecantikannya sama sekali tidak dapat ditutupi meski dengan kenyataan bahwa adik laki-lakinya telah menghancurkan mobil mewah seseorang.

Pria asing itu menyunggingkan seulas senyum miring. Dalam hati dia bergumam, ‘Hell … wanita ini akan membuat Dante Adams kewalahan.’

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Pranestie Naomi
rumahku luas, saa. kamu ke sini aja. nanti ngopi sama aku.. kita cerita nabi2 sama samanthanya satunya lagi hahahahaha
goodnovel comment avatar
Alina ♥️
kasian samantha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status