Sesampainya dia di rumah sakit, Aria bertanya kamar rawat Melissa di meja resepsionis.
Setelah mendapatkan nomor kamar Melissa, Aria menuju ke lantai tujuh yang dikhususkan untuk pasien VIP.
Aria berhenti di depan pintu kamar rawat Melissa yang tertutup. Dia mengangkat tangannya ragu-ragu ingin membuka pintu itu.
Dia mendengar suara Melissa dari dalam tampak sedang mengobrol riang.
Saat Aria mengintip dari balik kaca kecil di pintu, dia melihat keluarga Derrick sedang mengobrol hangat dengan Stefan dan Emily.
Kevin duduk di sebalah Melissa yang mengenakan pakaian pasien dan mengupas jeruk untuknya. Dia merawatnya seperti seorang suami. Mereka seperti pasangan yang mesra.
Aria mengepalkan tangan di sisi tubuhnya melihat adegan itu dari balik kaca.
Wajah semua orang sangat ceria, tidak seperti keluarga Derrick terganggu dengan berita kehamilan Melissa yang mengandung anak Kevin yang merupakan tunangan Aria.
Aria menarik napas dalam-dalam, dia mencoba berpikir positif untuk menenangkan dirinya. Dia kemudian membuka pintu kamar rawat Melissa.
Semua orang langsung menoleh mendengar suara pintu dibuka.
Raut wajah semua orang di ruangan itu berubah melihat Aria datang. Melissa diam-diam menyeringai sebelum mengubah wajah menjadi takut.
“Ka-kak Aria ... kenapa kamu ada di sini.” Dia mencengkeram tangan Kevin erat dan meringkuk di samping Kevin seolah dia takut dengan kehadiran Aria.
Ekspresi Kevin tampak gelap menatap Aria.
“Aria, kenapa kamu di sini?” desisnya dengan suara dingin.
Semua orang di ruangan itu juga menatap Aria tidak suka, termasuk keluarga Derrick.
Aria menelan ludah gugup. Namun dia memberanikan diri.
“Aku ingin meminta penjelasan mengenai kehamilan Melissa.” Aria menatap Kevin, tunangannya.
“Kevin, apa hubunganmu dengan Melissa dan apa maksudnya dia mengandung ana—“
“Setelah apa yang kamu lakukan pada Melissa, kamu masih berani datang ke sini?!” Emily memotong ucapan Aria dengan cepat dan membentaknya.
“Untunglah anak Melissa baik-baik saja, jika tidak kamu sudah menjadi pembunuh cucu keluarga Derrick!” Emily memelototi Aria tajam dan marah.
“Itu bukan salahku. Aku tidak tahu kalau Melissa ha—“
Melissa tidak ingin Aria membongkar skema yang dilakukan untuk menjebak menjebaknya. Dia memotong ucapan Aria dan meraih kemeja Kevin.
“Kevin, aku takut ....” ujarnya cemas.
Kevin menoleh dan menangkannya dengan lembut.
“Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkannya menyakitimu.”
Kevin kemudian menatap Aria dengan tatapan tajam.
“Aria kusarankan kamu segera pergi dari sini sebelum kesabaranku habis. Kamu sudah menyakiti Melissa dan menyebabkan Melissa hampir kehilangan anakku!”
Napas Aria tercekat mendengar ucapan Kevin.
“Kevin, aku bahkan tidak tahu Melissa hamil. Tapi kamu tidak memberiku penjelasan apa-apa mengapa Melissa bisa hamil? Kamu menghianatiku?” Matanya berkaca-kaca menatap Kevin sedih.
Kevin membuang muka.
“Jangan berkilah dan memutarbalikkan fakta!” seru Emily.
“Kamu jelas-jelas sudah tahu Melissa hamil anak Kevin, karena itu kamu membencinya dan mendorongnya dari tangga. Kamu bahkan menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya! Kamu gadis kejam yang tidak berperasaan pada adikmu! Padahal Melissa sangat menyayangimu sebagai kakaknya!” seru Emily penuh amarah.
Melissa terisak di tempat tidurnya sambil memeluk perutnya.
“Kakak, aku sudah menjelaskan padamu bahwa hubungan aku dan Kevin tidak seperti yang kamu pikirkan. Kevin tidak bermaksud menghianatimu. Aku dan Kevin tidak sengaja tidur bersama karena mabuk. Ada pun anak ini, ini hanya sebuah kesalahan yang tidak sengaja. Tapi kamu masih ingin aku menggugurkan anak ini,” isaknya memeluk perutnya protektif seolah takut Aria akan menyakitinya.
“Ini salahku, anakku tidak bersalah. Tolong jangan membuatku menggugurkan anak ini. Aku tidak meminta untuk dinikahi Kevin, tapi izinkan aku membesarkan anak dalam perutku,” isaknya dengan menyedihkan menatap keluarga Derrick memohon.
Aria menatapnya tidak percaya. Siapa yang memutar balikkan fakta? Ibu tirinya dan Melissa sungguh pandai berakting.
Keluarga Derrick menatap Melissa dengan tatapan iba. Mereka berbalik menatap Aria tidak senang.
“Aria, meski Kevin tidak sengaja menghamili Melissa, kamu tetap tidak bisa menyuruh Melissa menggugurkan kandungannya. Bagaimana pun anak di perut Melissa memiliki darah keluarga Derrick,” kata Katte Brown, ibu Kevin sekaligus Nyonya Derrick.
“Aku sungguh tidak menyangka kamu akan menjadi gadis yang kejam ingin membunuh seorang anak yang bahkan belum lahir. Aku benar-benar kecewa.”
Tuan Wiliam menganggukkan kepalanya dan menatap Aria tidak senang.
Terkejut, Aria menganga tidak percaya. Tuan dan Nyonya Derrick yang selama ini lembut padanya termakan kebohongan Melissa.
Mereka bahkan tidak mempertimbangkan perasaannya yang dikhianati oleh Kevin karena menghamili adik tirinya.
“Paman, Bibi kenapa kalian tidak percaya padaku .... Lalu bagaimana dengan perasaanku? Aku tunangan Kevin, tapi tunanganku menghamili adik tiriku.” Air mata mengalir di pipi Aria.
Dia menoleh menatap Kevin yang membuang muka. Ada ekspresi bersalah di wajahnya.
Tatapan Melissa sangat gelap melihat ekspresi bersalah di wajah Kevin.
Dia belum mendapatkan kepastian bahwa Kevin akan memutuskan pertunangannya dengan Aria dan menikahinya meski dia mengandung anaknya.
“Jadi kamu menuduh Melissa ingin menyakiti bayinya gitu? Kamu pikir Melissa akan begitu kejam pada anaknya sendiri?” Emily mencibir dingin.
“Aku ....”
“Kakak, ini bukan salah Kevin, ini salahku. Kamu boleh membenciku. Aku akan pergi ke luar negeri dan membesarkan anak ini sendirian. Aku tidak akan mengganggu hubunganmu dengan Kevin. Aku berjanji tidak akan pernah kembali lagi.” Melissa menundukkan kepalanya. Air mata mengalir di pipinya saat dia mengucapkan kata itu.
Mata Emily memerah, dia pura-pura ikut merasakan rasa sakit Melissa. Dia menghampiri Aria dengan cepat dan menampar wajahnya di depan semua orang.
Aria tidak siap menerima tamparan Emily, dan wajahnya terlempar ke samping. Tamparan keras itu membuat pandangnya menjadi kabur.
“Kamu gadis tak berperasaan! Sudah cukup baik Melissa menyembunyikan semua perselingkuhanmu. Namun kamu tidak puas dan ingin menyingkirkannya agar kamu bisa menyembunyikan semua perselingkuhanmu selamanya!”
Ucapan Emily menarik perhatian Kevin dan keluarga Derrick.
“Perselingkuhan? Aria kamu berselingkuh di belakangku?!” Kevin tiba-tiba meraih tangan Aria dan mencengkeramnya erat.
Wajahnya penuh dengan amarah dan kecemburuan.
Aria meringis kesakitan, dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Kevin memohon.
“Itu tidak benar! Aku tidak pernah berselingkuh darimu Kevin.”
“Bohong, aku punya bukti bahwa Aria berselingkuh dengan banyak pria. Melissa melihat tadi malam masuk ke kamar hotel dengan beberapa pria, tapi dia mengancam Melissa untuk menutup mulutnya.” Emily dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto-foto Aria bersama pria lain pada Kevin.
Aria menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
“Itu tidak benar, aku tidak pernah berselingkuh dari Kevin apalagi menghianatimu!” Dia menatap Kevin memohon.
Namun Kevin tidak mau mendengarnya dan meraih ponsel Emily tidak sabar.
Dalam galeri foto ponsel terlihat banyak foto-foto Aria bersama pria yang berbeda masuk ke klub malam, bahkan ke hotel dengan penampilan glamornya. Wajah gadis dalam foto itu adalah Aria. Foto itu terlihat sangat nyata, tidak seperti diedit.
Melissa diam-diam tersenyum puas. Dia tinggal menunggu keluarga Derrick membuang Aria.
Kevin mencengkeram ponsel Emily erat-erat dan menatap Aria dengan mata merah menahan amarah.“Tidak pernah berselingkuh? Lalu apa ini?!” Kevin menunjukkan foto-foto Aria ke wajah gadis itu kasar.“Kamu berpura-pura menyedihkan menuduhku berselingkuh dengan Melissa dan bahkan ingin membunuh anakku? Tapi lihat dirimu berselingkuh dengan banyak pria berbeda di belakangku, kamu jalang menjijikkan!” ujar pria itu meludah dingin.Wajah Aria sangat pucat melihat foto-foto yang memuat wajahnya bersama pria yang sama sekali tidak dikenalnya.“Itu bukan aku, Kevin percayalah padaku, aku tidak-tidak mengenal pria-pria itu,” ujarnya membantah kalut.“Kevin, biar Ibu lihat.” Kate menghampiri Kevin dan meminta ponsel Emily.Kevin menyerahkan ponsel Emily padanya dengan ekspresi muram.Emily tersenyum puas melihat Kate melihat foto-foto Aria yang seperti pelacur.Dia tak lupa mengompori, &
Kevin membanting pintu dengan keras hingga menarik perhatian beberapa pengunjung yang lewat.Mereka berbisik-bisik melihat seorang gadis duduk di lantai dengan menyedihkan.Di ujung lorong seorang pria berjas hitam dengan jahitan khusus dan mewah berhenti sesaat. Dia mengernyit menatap gadis yang duduk di atas lantai rumah sakit. Tangannya di masukan ke dalam saku celananya menatap Aria dari kejauhan dengan ekspresi datar.“Tuan Clark, ada apa?” Sekretaris di sebelahnya bertanya melihat Dario tiba-tiba berhenti.Dario tidak menjawab, dia menatap lurus gadis yang masih duduk di lantai.Aria menyadari pandangan para pengunjung pada dirinya. Dia dengan cepat.Dia dengan cepat bangkit sambil menghapus air matanya. Pipinya terasa perih saat dia mengusap air matanya. Aria meraba pipinya dengan ekspresi muram. Bayangan saat Kate menamparnya terbayang-bayang dalam benaknya. Baik ayahnya dan Kevin hanya menatapnya dengan mata dingin saat
“Apa yang kamu tunggu, cepat pergi dari sini sebelum kami memanggil satpam untuk mengusirmu!”Aria mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin berharap kasih sayang pada Stefan lagi. Dia menatap ayahnya dengan berani.“Ini rumah ibuku, aku tidak akan pergi dari rumah ini!” serunya mengepalkannya.“Yang seharusnya pergi dari rumah ibuku adalah kalian!”Raut wajah Emily dan Stefan sontak berubah. Stefan mengangkat tangannya menampar Aria.“Anak kurang ajar!”Suara tamparan itu bergema di halaman.Melissa dan Emily menutup mulut terkejut melihat Stefan menampar Aria untuk pertama kalinya. Namun raut wajah mereka berubah menjadi ekspresi puas dan mengejek pada Aria.Aria membeku, kepalanya menoleh ke samping akibat tamparan keras Stefan. Wajahnya yang memar parah semakin memar dan bengkak karena tamparan ayahnya.Aria memegang pipinya sambil menoleh menatap Stefan, mat
Ketika Aria sampai di rumah sakit. Dia melihat kamar rawat Ramus VIP di pindahkan ke bangsal biasa.Aria bersyukur rumah sakit tidak segera mencabut peralatan medis dari tubuh Ramus dan tidak menyebabkannya meninggal.“Terima kasih suster.” Aria berterima kasih pada suster yang bertugas jaga merawat bangsal adiknya.“Apa kamu keluarga dari pasien ini?” Suster itu bertanya sambil memegang papan grafik di tangannya.Aria menganggukkan kepalanya.“Benar suster, saya kakak Ramus.”“Keluargamu sudah mencabut biaya perawatan pasien. Kami tidak bisa merawat pasien ini lagi dan harus mencabut peralatan medis di tubuh pasien. Jika Anda ingin melanjutkan perawatan pasien, mohon untuk segera membayar biaya rumah sakit atau kami harus dengan terpaksa mencabut peralatan medis di tubuh pasien,” ujar Suster itu membaca catatan medis Ramus di tangannya.Aria meraih tangan suster itu dengan cemas.
“Sayang, ini rumah sakitmu kan, bisakah kamu membebaskan Aria dari membayar biaya perawatan adiknya demi aku? Aria sudah dianiaya oleh keluarganya, dia tidak bisa membayar biaya rumah sa—““Jangan!” Aria berseru tiba-tiba memotong ucapan Hanna.Hanna menoleh menatapnya dengan tatapan bertanya. Sementara ekspresi Dario sangat datar.“Jangan lakukan itu. Aku bisa membayar biaya rumah sakit adikku,” ujarnya dengan ekspresi tenang.“Mengapa kamu menolak? Aku ingin membantumu mengurangi bebanmu. Aku tahu kondisimu lebih baik daripada orang lain. Kamu tidak bisa membayar biaya rumah sakit Ramus apalagi setelah ayahmu tidak peduli lagi pada Ramus,” ujar Hanna mengerucutkan bibirnya cemberut.Aria menarik napas dan menatap sahabatnya dengan senyum dipaksakan.“Aku tahu kamu bermaksud baik. Terima kasih. Tapi aku tidak ingin berutang budi padamu.”Terutama Dario, lanjut Aria dalam hati.
Wajah Aria memanas, dia berjuang mendorong tubuh Dario menjauh darinya.“Lepaskan aku!” desisnya mendorong dada pria itu sekuat tenaga.Namun tubuh pria bergeming. Dia meraih tangan Aria dan menekan tangannya di atas kepalanya.“Aria Crowen, beraninya kamu kabur saat itu,” desisnya dengan suara rendah di samping Aria.Aria berhenti meronta dan menatap mata Dario bingung.“Apa maksudmu?”Dario tertawa sinis dan menatapnya lekat-lekat. Dia mencubit dagunya dan membuatnya mendongak.“Setelah apa yang lakukan kita malam itu, mengapa kamu kabur? Apa kamu pikir aku orang yang bisa kamu tinggalkan sesuka hatimu?”Aria mengerjap sesaat. Cengkeraman Dario di dagunya terasa sakit. Dia menatap wajah Dario yang teramat dekat dengannya.Pria itu menatapnya dengan senyum sinis di wajahnya. Sorot matanya penuh dengan kemarahan.Aria mengepalkan tangannya. Dia yang seharusnya merasa dirugikan karena kehilangan keperawanannya, namun pria itu memojoknya di ruang ge
Aria berhenti. Dia mendongak menatap gedung perusahaan Clark Corporation.Dia tidak tahu apa yang merasukinya hingga mau menerima tawaran Hanna datang ke perusahaan Dario untuk melamar kerja magang.“Apa yang kamu tunggu? Cepat masuk!” Hanna di sebelahnya mendesak Aria masuk ke kedung perusahaan Clark.“Tapi Hanna ....” Aria menahan tangannya, sangat enggan masuk ke perusahaan Dario.Apalagi setelah tindakan cabul yang dilakukan pria itu padanya di rumah sakit. Memasuki perusahaannya hanya membuat dirinya masuk ke sarang serigala.Apalagi setelah dia memperingatkan Dario untuk menjauh darinya.“Kenapa?” Hanna berbalik menatapnya cemberut.“Bukankah kamu sudah setuju untuk bekerja di perusahaan Dario? Apa kamu ingin menarik ucapanmu?” kata Hanna tidak sabar.“Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku ....” Aria menatap ke sekeliling gelisah memikirkan alasan untuk diberikan
Mata Aria membelalak. Dia menatap dengan ngeri wajah pria itu. Bagaimana dia bisa menciumnya di sini sementara pacarnya ada di luar?!Aria mengabaikan sensasi kesemutan di bibirnya dan meletakkan tangannya di dada Dario sebelum mendorongnya menjauh.“Le ... lepaskan!”Namun tubuh Dario tidak bergerak, dia justru memeluk tubuh Aria semakin erat dan ciumannya menjadi ganas.Ari tidak ingin menyerah. Dia terus mengingatkan dirinya agar tidak terbuai dalam ciuman panas Dario.Hanna sedang menunggu mereka di luar. Bagaimana jika dia tiba-tiba masuk dan melihat mereka berciuman.Bayangan itu membuat Aria gelisah dan panik. Namun Dario tidak melepaskan bibirnya dan menciumnya seperti orang ketagihan. Tangannya mulai nakal turun ke pahanya.Aria menggertakkan giginya dan membuka mulutnya untuk menggigit lidah pria itu.“Ssshhhh ....” Dario sontak melepaskan bibir Aria dan mendesis kesakitan. Dia mengumpat dalam