Share

Mendengar dia mengatakan aku kejam dengan yang keras, hatiku seperti dihujam dengan pisau tajam. Sakit.

"Kenapa sekarang kamu jadi kejam?" gumamku menyandarkan punggung dan kepalaku pada sofa.

"Dari dulu saya memang kejam," sahutnya, kulirik dia mengikuti posisiku. Bersandar dengan mata terpejam.

"Segera setelah sembuh dia akan kembali ke Belanda. Jadi jangan mempersulitnya."

"Saya tidak percaya. Itu pasti cuma akal-akalanmu saja. Kalian pasti akan bersama setelah aku cabut laporan itu." Tuduhnya melirikku sinis.

Ish.... kuhela nafas. Sabar..... sabar.... anggap saja kamu lagi membujuk anak dua tahun yang lagi tantrum.

"Kapan aku bohong? Aku juga gak pernah ngakalin kamu. Bukan sebaliknya," cibirku.

"Kebohonganmu kalau dibahas bisa sampai tengah malam." Aku melotot tidak terima. "Apa? Mau dibahas?" tantangnya.

"Katanya sepakat nikahnya serius, baru dua hari berubah pikiran, minta pembatalan nikah."

Kubuang muka pura-pura tidak dengar. 'Sabar Shilla...... kamu harus sabar...... emosi tidak menyelesaikan masalah.' Aku mensugesti diri dalam hati.

"Tolonglah, aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status