Share

49. Ternyata Dia Tak Seburuk Itu

Mata kami bertemu sejenak hingga aku lepas kontrol dan berlari menuju pintu. Kugedor-gedor pintu kamar sambil berteriak minta tolong.

"Tolong! Buka pintunya!"

Seperti kesurupan, aku berlari mencari celah agar bisa keluar. Tapi gerakanku tak mendapat cegahan. Sedang biasa, jika seorang lelaki hendak memperkosa, pasti dia akan langsung menyerang.

Kenapa Mas Tama justru tidak begitu?

Lelah berlari, akhirnya aku memilih berhenti, duduk kembali di atas ranjang dengan terengah-engah.

Kumenoleh menatap Mas Tama yang ... sudah selesai berpakaian.

"Udah lari-larinya? Kamu lucu, Al."

Dia terkekeh-kekeh menahan tawa. Sedang di sini, aku masih dengan emosi yang tak terkendali.

"Kenapa saya ada di sini? Mas Tama udah apain saya?"

Dia menoleh, membuat degup jantung ini kian menyentak.

"Saat kamu keluar dari rumah Nina, saya ngikuti. Terus kamu dibawa oleh seorang wanita yang saya nggak kenal siapa. Dan di tengah jalan, mobilmu diberhentikan. Dia keluar untuk kemudian menaiki taksi."

Dua bola matak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status