“Apa yang sedang kalian lakukan!” Mata Dania melotot melihat pemandangan di depannya. Andai ada barang keras di dekatnya, pasti dia sudah melemparkannya sekuat tenaga ke arah dua orang yang sedang bercumbu itu.
Tanpa merasa bersalah, Restu turun dari tempat tidur. Tentu saja dengan pakaian yang seadanya, “Brengsek! Ngapain kamu ke sini! Siapa yang nyuruh kamu ke sini!”“Mas, kamu udah berani bawa dia ke sini?! Kenapa Mas bawa perempuan jalang itu ke sini, Mas!?”“Ya emangnya kenapa? Dia pacarku dan bentar lagi dia bakal jadi istriku! Hmm, berani juga ya nyalimu panggil pacarku wanita jalang,” tegas Restu sambil menatap tajam ke arah Dania.“Mas! Kamu ....”“Apalagi, Dania? Pernikahan kamu sama Restu itu udah selesai. Sekarang aku yang bakalan jadi istrinya Mas Restu,” ucap Lisa sambil mengikat tali kimono tidurnya.“Nggak! Nggak bisa. Aku nggak akan pernah izinkan Mas Restu nikah sama kamu sesuai dengan wasiat papa. Aku bakal tetap jaga kepercayaan papa!”Restu dulu memang di minta papanya untuk menikahi Dania. Apa lagi saat itu keluarga Dania, banyak membantu bisnis keluarga Restu hingga bisa berkembang pesat.Setelah kedua orang tua Dania meninggal, Burhan, papa Restu, menyuruh Restu untuk menjaga Dania dengan baik.“Hahaha ... wasiat apa? Kenapa juga kamu tetap ngurusin si tua bangka yang udah mati itu. Gara-gara dia hidupku berantakan! Gara-gara dia juga, aku harus bertahan 3 tahun hidup sama kamu, perempuan gak guna!” Restu marah pada istrinya.“Iya bener, gara-gara dia kita batal nikah. Untung aja selama ini dia bungkam tentang hubungan kita, jadi meskipun kamu nikah sama dia tapi rasanya akulah istri kamu. Iya kan, Mas,” ucap Lisa sambil bergelayut manja di lengan Restu seakan sedang memamerkan kemesraannya pada Dania.“Mas, kurang apa sebenarnya aku untuk jadi istri kamu. Aku selalu menuruti keinginan kamu. Dan selama ini aku juga diam ketika papa tanya apakah kamu masih berhubungan sama Lisa. Tapi kenapa sampai saat ini kamu belum bisa juga menerima kenyataan kalau aku adalah istri kamu.” Dania berusaha untuk menyadarkan suaminya.“Kamu mau tahu kenapa sampai sekarang kamu nggak bisa aku anggap jadi istri?” Restu bertanya balik pada istrinya.“Iya. Memangnya aku kurang apa dari dia?” Dania benar-benar ingin tahu.“Kamu itu perempuan pembawa sial! Sejak kamu masuk ke rumah ini, kamu selalu bikin aku ribut sama papa. Udah gitu, perusahaan kami juga semakin sering mengalami kerugian. Itu semua karena kamu!” Restu menatap nyalang sambil menunjuk ke arah Dania.“Tapi aku udah kasih beberapa aset peninggalan orang tuaku untuk kamu. Aku udah coba bantu kamu untuk memulihkan kondisi perusahaan.” Dania masih mencoba untuk membuat arti untuk suaminya.“Ya itu emang kewajiban kamu. Kan kamu yang bikin perusahaan aku rugi. Dasar perempuan pembawa sial!”“Iya bener, dia emang bawa sial. Kalau aja dia nggak muncul, pasti aku dan Mas Restu udah nikah dari dulu,” celetuk Lisa yang menatap Dania dengan sorot mata permusuhan.Dania terdiam melihat dua orang yang kini menatapnya dengan sinis itu. Tampak sekali di wajah mereka kalau mereka tidak menginginkan kehadiran Dania di hidup mereka.Padahal selama ini Dania sudah membagi harta peninggalan kedua orang tuanya untuk membantu memulihkan ekonomi keadaan perusahaan ini. Restu ketahuan mengambil uang di toko papanya, yang membuat mendiang papanya itu harus menutup beberapa cabang toko mereka karena bangkrut.“Udah lah sayang, mending kamu ceraikan aja perempuan gak berguna ini. Aku gak mau jadi istri kedua kamu. Aku maunya jadi istri sah kamu,” bujuk Lisa sambil melirik sinis ke arah Dania yang masih berdiri di depan pintu.“Mas! Kamu gak bisa abaikan perintah papa!” Dania masih mencoba bertahan dan masih bersikeras untuk menyadarkan suaminya.“Ngapain aku peduli sama perintah orang mati?! Denger ya Dania, gara-gara perintah orang mati itu juga, idup aku jadi hancur! Aku sengsara hidup sama kamu! Aku menderita! Aku benci sama kamu!?” teriak Restu di depan Dania.“Ya iyalah. Idup ama istri style babu, apa bagusnya,” celetuk Lisa sambil menertawakan Dania.Dania kaget mendengar apa yang dikatakan suaminya. Dia sama sekali tidak menyangka, kata-kata itu bisa meluncur begitu saja dari orang yang selama ini dia lindungi.Air mata Dania mengalir seolah dia sudah benar-benar ditolak oleh suaminya. Dia merasa seluruh sendi tubuhnya melemas dan tidak mampu lagi menopang bobot tubuhnya.“Setelah semua urusan selesai, aku bakalan ceraikan kamu secepatnya! Keluar kamu!” usir Restu sambil melenggang lagi masuk ke dalam kamar.“Kalian ini ngapain sih? Suara kalian tuh kedengeran dari luar loh,” sahut Rina, Mama Restu yang muncul dari pintu depan rumah.“Ma, Lisa udah berani datang ke sini dan ....” lapor Dania berharap untuk dapatkan dukungan dari mama mertuanya.Rina menatap ke arah Lisa dan Restu, “Ya biarin aja. Mungkin dia ke sini mau menghibur Restu. Iya kan, Lis?” ucap Rina sambil tersenyum pada Lisa.“Iya Tante, Lisa ke sini emang buat ngehibur Mas Restu. Lisa tahu banget kalau Mas Restu pasti masih sedih karena kematian Om Burhan,” jawab Lisa yang tiba-tiba menjadi sangat sopan.“Tapi Ma, mereka itu bahkan udah berani ....”“Sudah, nggak usah dipermasalahkan lagi. Seharusnya kamu terima kasih sama Lisa, karena dia mau bantuin kamu ngehibur Restu.”“Lagian ya Dania, harusnya kamu itu banyak belajar sama Lisa. Liat tuh, Lisa tuh selalu cantik, menarik dan wangi. Makanya Restu betah sama dia. Coba kamu liat diri kamu itu.” Rina menggelengkan kepalanya, “Bikin malu!”“Iya, Ma. Mana tahan Restu sama istri kayak dia. Lusuh, bau asep, dan liat itu bajunya. Hobinya make daster mulu, gak bisa dandan. Tiap Restu pulang, bukannya seneng tapi Restu malah makin sumpek!” Restu makin mendukung ucapan mamanya.“Mas, aku bukan gak bisa dandan, tapi ....”Dania memang tidak memiliki waktu untuk mengurusi dirinya sendiri. Sejak pagi buta dia sudah harus bangun, lalu membersihkan dapur dan menyiapkan sarapan pagi. Dia juga harus membersihkan rumah berlantai dua itu sendirian tiap pagi dan sore. Belum lagi taman depan dan belakang.Dia juga harus bertemu dengan cucian kotor dan bersih yang harus bergantian dia sambangi. Belum lagi kalau dia di minta datang ke toko oleh mertuanya untuk membantu. Rasanya kurang waktu 24 jam itu untuk dia. Waktu untuk memanjakan diri itu sangat langka, yang dia tahu hanya membantu keluarga ini dengan tulus.“Udah lah Dania! Mama tuh selama ini dah nahan-nahan ya. Mama tuh nahan malu kalo ketemu sama temen-temen mama. Mereka semua pada cerita soal mantu mereka. Ada yang jadi wanita karier, ada yang perawat, ada yang kerja di supermarket besar. Tapi mantu Mama apa? Malu Mama tau!”“Coba kalo mantu Mama itu Lisa. Pasti Mama bakalan seneng pamerin dia ke temen-temen Mama. Dia cantik, pinter dan juga kerja kantoran. Mama gak akan malu kenalkan dia ke temen-temen Mama,” lanjut Rina.“Itu lah yang bikin Restu muak sama dia, Ma. Habis ini, Restu bakalan urus perceraian Restu ama Dania. Restu malu kalo nanti ada pertemuan kantor yang harus bawa istri. Restu gak mau jadi omongan orang!”“Mas!” teriak Dania tidak percaya suaminya sangat berniat menceraikan dirinya.“Apa?! Kamu mau teriak ato protes kayak gimana pun tetep gak akan bisa rubah keputusan aku. Aku bakalan tetep nikahin Lisa!”“Terserah! Aku juga udah gak sudi tinggal di sini. Kalian perlakukan aku kayak pembantu!”“Bagus! Kalo emang kamu mau pergi, pergi aja sekarang. Pergi!” Rina menatap nyalang ke arah menantunya.Kesabaran Dania yang sudah diujung itu kini tidak bisa lagi bertoleransi dengan orang yang selama ini dia anggap sebagai keluarga itu. Dia pun segera naik ke lantai 2 menuju kamarnya.Dania beberapa kali mengusap air matanya. Dia tidak menyangka kalau malah akan diusir dari rumah ini. Mengingat harga dirinya sudah terlalu diinjak-injak oleh Restu dan mamanya, Dania pun nekat keluar dari rumah ini.Setelah selesai mengemasi beberapa pakaian dan barang pribadinya, Dania kembali turun dari kamarnya. Dia sudah melihat Restu dan Rina melihat ke arahnya, seolah menyuruh Dania segera pergi dari rumah mereka.“Pergi kamu wanita licik! Jangan berharap kamu akan kembali lagi ke rumah ini!” ucap Restu yang kemudian segera tertawa terbahak-bahak bersama Lisa.Dania memantapkan kakinya keluar dari rumah ini. Meski dia tidak tahu, di mana dia akan bermalam malam ini, karena dia tidak memiliki teman baik selama dia menikah dengan Restu.Dengan diiringi tawa riang pemilik rumah, Dania keluar dari rumah tempat dia berlindung beberapa tahun ini. Dia menyeka air matanya saat dia membuka pintu gerbang rumah Restu.Saat Dania akan melangkah pergi, tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di hadapannya. Mobil yang tidak pernah dia lihat selama ini lalu keluarlah seorang pria muda memakai pakaian rapi dan menemuinya.“Selamat malam, Bu Dania,” sapa pria itu.“Selamat malam. Maaf, Bapak ini siapa?” tanya Dania dengan suara serak karena dia banyak menangis.“Selamat malam, Bu Dania,” sapa pria itu.“Selamat malam. Maaf, Bapak ini siapa?” tanya Dania dengan suara serak karena dia banyak menangis.Dania melihat ada sebuah sedan mewah berwarna hitam berhenti secara tiba-tiba di hadapannya. Dari mobil itu, keluar seorang pria menggunakan pakaian rapi dan perlente yang saat ini sudah berdiri di depan Dania.“Perkenalkan, saya Bima. Saya datang ke sini untuk menjemput Bu Dania atas perintah Pak Haris.” Bima memperkenalkan diri.‘Bima. Haris. Siapa mereka? Aku sama sekali gak kenal nama itu. Apa mereka orang jahat yang mau culik aku?’ gumam Dania yang kini malah menjadi takut.Alih-alih menjawab pertanyaan Bima, Dania malah memilih kabur. Dia membawa koper kecilnya itu berlari menjauhi Bima karena dia takut Bima akan berbuat jahat kepadanya.“Bu Dania. Tunggu, Bu.” Bima kaget saat mendapati Dania berlari begitu saja meninggalkannya.Dengan mudahnya Bima segera menangkap Dania lagi. Dia memegang koper Dania untuk mencegah Dania kabur lagi dari
Dania tercengang dengan apa yang dikatakan Haris. Tampaknya ada yang salah dengan pendengarannya saat ini atau mungkin dia sedang tidak fokus.Bagaimana mungkin telinga Dania mengirim berita ke otaknya kalau dia adalah pemegang saham terbesar perusahaan raksasa itu. Bermimpi saja dia tidak pernah tentang perusahaan itu, tapi mengapa pria yang dia ketahui sebagai pemilik Media grup malah mengatakan hal itu dengan mudahnya.“Maaf, Pak. Apa saya gak salah dengar?” tanya Dania ragu-ragu.“Tidak. Kamu memang pemilik saham terbesar kedua setelah saya,” ulang Haris dengan sangat yakin.Dania mencubit tangannya sendiri. Dia ingin membuktikan apakah saat ini dia sedang bermimpi atau tidak. Tapi sayangnya, dia merasa sakit dan berarti itu adalah kenyataan.Haris dan Bima tahu kalau Dania saat ini pasti sedang bingung. Tampak sekali di mata mereka, gerak-gerik wanita itu tampak seperti bingung harus melakukan apa. Canggung, Dania sangat terlihat canggung dan bingung.“Kakekmu, Rudi Sanjaya, dul
“Apa? Nikah?! Opa, apa Opa lagi becanda?” Alex tidak percaya dengan apa yang dia dengar.“Gak. Opa gak becanda. Opa mau kalian menikah, seperti keinginan kami dulu. Karena menikahkan anak-anak sudah gak mungkin, jadi sekarang apa salahnya kalo nikahkan cucu.” Haris tersenyum ceria pada dua anak muda yang ada di hadapannya itu.“Tapi Pak, saya ....”“Dania, kamu gak perlu khawatir. Saya akan urus semuanya.” Haris sengaja memotong ucapan Dania karena dia tahu apa yang akan disampaikan wanita itu.Alex melihat ke arah Dania. Dia kemudian berdecih sambil menggelengkan kepalanya. Alex mengambil gelas minumnya, lalu meneguk isi gelas itu untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering.“Opa, apa Opa berniat akan mempermalukan Alex? Kenapa Opa milihin Alex istri kayak gini. Kenapa Opa milih orang dari keturunan yang gak jelas asal usulnya gini.”“Alex!”Alex menoleh ke arah Dania, “Belum lagi penampilannya. Apa wanita lusuh kayak dia pantes bersanding sama Alex?! Apa Opa pik
Setelah menyetujui permintaan Haris kalau dirinya akan menerima harta bagian milik mendiang kakeknya, selama 3 hari ini Dania terus berkutat dengan pelajaran bisnis tingkat tinggi yang langsung diajarkan oleh Bima kepadanya.Haris menyuruh orang kepercayaannya itu untuk mengajari Dania, apa saja tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh Dania saat wanita itu masuk ke perusahaan nanti. Tentu saja hal ini untuk meminimalisir omongan orang, karena menganggap Dania tidak mampu melakukan pekerjaannya.Untungnya Dania dilahirkan dari keturunan keluarga yang cerdas. Selain itu dia juga pernah membantu usaha orang tuanya dan juga mertuanya. Setidaknya Dania sudah memiliki dasar bisnis dan Bima hanya tinggal memolesnya saja.“Bu, hari ini saya akan kenalkan Ibu pada orang yang akan menjadi asisten Ibu di kantor nanti,” ucap Bima.“Asisten? Apa dia mau ke sini?” tanya Dania.“Iya, dia sudah saya suruh ke sini, Bu. Mungkin sebentar lagi dia akan tiba. Mulai besok, dia akan di sini untuk membantu I
“Ada apa ini?” Terdengar suara seorang pria yang menyela perseteruan Dania dan pelayan butik. Sorot mata semua orang yang ada di sana langsung beralih ke arah pria itu.Dania kaget saat dia melihat ada Haris dan seorang pria yang tidak dia kenal ada di hadapannya. Tatapan mata Haris langsung tertuju pada tangan Dania yang saat ini sedang dipegang erat oleh pelayan butik.“Pak Haris,” ucap pelayan butik itu yang mengenali Haris.“Pak Haris? Apa ini Pak Haris Wijaya, pemilik Media Grup?” celetuk Lisa sambil sedikit mendekat pada Haris.“Ada apa ini? Kenapa ada ribut-ribut di sini?” tanya Haris tanpa menghiraukan pertanyaan Lisa.“Maaf, Pak. Saya cuma mau nyuruh orang ini keluar dari sini.” Pelayan butik menjelaskan.Haris melihat ke arah Dania. Wanita itu balas menatapnya sambil sedikit menggelengkan kepalanya lalu menunduk.“Kamu bera ....”“Memangnya ada apa sampai dia harus keluar dari sini?” Haris menyela ucapan asistennya.“Pak Haris, orang ini tuh gak layak ada di sini. Dia
Mata Restu terbelalak lebar saat dia membaca surat keputusan perusahaan tentang posisi yang akan dia tempati di perusahaan ini. Dia bahkan sampai mengucek matanya dan juga membacanya berulang kali, sayangnya tulisan yang ada di sana tidak berubah sedikit pun.Dia melihat rekan-rekannya yang lain tampak senang dengan hasil yang mereka terima. Senyum mereka mengembang lebar, bahkan mereka saling memamerkan posisi yang mereka dapatkan.Brak!Restu berdiri sambil menggebrak meja. Dia merasa sangat kesal dengan hasil yang dia terima.“Pak Agus! Apa Pak Agus gak salah kasih surat ke saya?!” ucap Restu sambil melempar surat keputusan itu depan Agus, perwakilan Mediatama.“Apa yang salah, Pak. Saya cuma membagikan sesuai nama. Ini juga bukan saya yang kasih keputusannya,” jawab Restu membela diri.Ini. Ini yang salah Mana mungkin saya diterima bekerja di sini cuma sebagai sopir! Bentak Restu“Hah, sopir.”“Eh, masa sih dia diterima jadi sopir.”Orang-orang yang ada di ruangan itu menjadi
“Da—Dania.”Mata Restu membulat lebar melihat Dania ada di hadapannya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Dania akan muncul di hadapannya.Tapi bukan hanya itu yang menjadi sebab Restu menjadi kaget. Dia lebih kaget lagi karena penampilan Dania benar-benar berubah.Dania berubah menjadi lebih elegan dan sangat cantik. Dania seperti bukan orang yang Restu kenal dulu.Tidak ada lagi Dania yang memakai baju kumal dan berbau asap masakan. Tidak ada juga wajah lelah penuh aroma keringat di sertai kantung mata yang besar di wajah Dania yang sedang ada di depan Restu saat ini.Wanita yang ada di depan Restu seperti wanita lain yang mirip dengan Dania, mantan istrinya. Dia sampai tidak berkedip melihat Dania yang kini justru cuek kepadanya.“Ada apa ini?” tanya Dania sambil melihat sekilas ke arah Restu.“Bu, Pak Hendra ingin mempertanyakan tentang keputusan penempatan posisi orang yang dia rekomendasikan, Bu,” ucap Maya.“Bener, Bu. Ini Restu. Saya udah tau betul kualitas dan jam terban
Braak!Restu membanting pintu depan rumahnya dengan keras begitu dia tiba di rumah. Dia melampiaskan rasa kesalnya pada Dania yang membuat masalah dengannya lagi.Tentu saja suara keras di pintu depan rumah itu membuat Lisa dan juga Rina menjadi kaget. Mereka segera keluar dari ruang tengah untuk menyambut Restu.“Sayang, gimana hasilnya? Jadi dong manager keuangan sekarang,” sambut Lisa yang langsung menggandeng lengan Restu.“Gimana Res, semuanya lancarkan?” Rina ikut menyambut dengan riang.“Ah, lepasin!”Restu menghempaskan tangan Lisa, lalu dia segera menghempaskan bobot tubuhnya di sofa. Dia menarik napas dalam lalu mendongakkan kepalanya dan menyandarkannya di sandaran kursi.Restu mengendurkan dasi yang sedang mencekik lehernya itu. Dia menyugar rambutnya kasar yang tampak terlihat aneh di depan Rina dan Lisa. Dua wanita itu segera mendatangi Restu yang tampak sedang sangat frustasi itu.“Mas, kamu kenapa sih? Dateng-dateng kok kayak orang stres. Tadi semuanya lancarkan?” ta