Share

Bab.4

Arjuna melihat coklat yang anak kecil itu berikan padanya. Hana hanya menatapnya enggan membuka apalagi memakannya.

"Aku tidak akan memakan coklat ini sebelum aku tahu siapa yang memberi coklat ini untuk aku," kata Hana memasukan coklat itu ke dalam saku hoodie yang dia kenakan.

"Kenapa kamu tidak memakannya Hana," gumam Arjuna di balik semak yang tidak jauh dari tempat Hana berada.

Arjuna tahu jika Hana sedih, karena itu Arjuna sengaja membawa coklat pada Hana. Karena Hana menolak untuk bertemu dengannya. Arjuna meminta tolong pada anak kecil yang sedang bermain di sekitar taman itu untuk menyerahkan coklat itu pada Hana.

Melihat wajah Hana yang masih tampak sedih, Arjuna memakai masker dan berjalan menghampiri Hana dengan membawa gitar yang dia pinjam dari seorang pemuda.

"Hay, boleh duduk disini, gak?" tanya Arjuna dengan suaratang dia buat berbeda agar Hana tidak mengenalinya.

"Silahkan!" jawab Hana tersenyum walau hanya sekilas.

Arjuna menoleh ke arah Hana yang kembali terdiam dengan wajah sedihnya. Arjuna memetik senar gitar yang dia bawa hingga tercipta suara yang begitu indah. Arjuna mulai menyanyikan lagu membuat Hana menoleh ke arahnya. Suara Arjuna yang sangat merdu membuat Hana terpukau. Hana merasa terbawa suasana alunan lagu yang Arjuna nyanyikan. Hana bisa merasakan Arjuna menyayikan lagu itu dengan penuh perasaan.

"Apa kamu sedang merindukan seseorang?" tanya Hana menatap Arjuna yang tersenyum menunduk.

Arjuna mengangguk dengan senyum di bibirnya. Namun, Hana tidak dapat melihatnya karena dia menutup wajahnya dengan masker.

"Semoga segera bertemu dengan seseorang yang kamu rindu," kata Hana mendoakan Arjuna. Tanpa Hana tahu yang sebenarnya pria di sampingnya rindukan adalah dirinya.

"O iya, sepertinya kamu sedang sedih!" kata Arjuna menatap wajah Ayu yang selalu berkeliaran di pelupuk matanya.

"Ma'af jika sudah lancang bertanya seperti itu padamu," kata Arjuna saat Hana menoleh ke arahnya dengan tatapan tidak suka.

"Iya, aku sedih karena seorang lelaki yang merebut kasih sayang ibuku padaku," jawab Hana menatap sendu.

"Aku tahu aku bukan anak yang baik! tapi apa semua itu karena salahku? kenapa semua harus aku yang disalahkan?" tanya Hana dengan air mata yang tak sanggup dia bendung lagi.

"Padahal ibu baru mengenal pria itu, tapi dia lebih membela lelaki itu dan menyalahkan aku," katanya lagi.

"Disalahkan seperti apa?" tanya Arjuna menatap iba.

Hana mendoangakkan wajahnya menatap langit agar air matanya tidak terjatuh. "Ibu bilang aku keterlaluan dengan Arjuna, ibu juga bilang harusnya aku tidak bersikap seperti itu pada Arjuna, aku tahu aku salah karena sudah berkata kasar pada Arjuna. Tapi aku tidak suka dibandingkan dengan orang lain. Itu sakit sekali," kata Hana menatap kosong.

"Siapa namamu?" tanya Arjuna pura-pura tidak mengenal Hana.

"Hana," jawab Hana meneh ke arah Arjuna.

"Hana, mungkin ibu kamu tudak bermaksud membandingkan kamu dengan Arjuna, tapi karena dia kesal denganmu, ibu kamu berkata seperti itu," kata Arjuna dengan lembut.

"Benarkah?" tanya Hana tersenyum. Namun masih ada setitik kesedihan yang enggan menjauh dari hatinya.

"Aku yakin seperti itu, karena orang tuaku juga begitu," jawab Arjuna.

"Kalau begitu aku yang salah, aku harus minta ma'af sama," kata Hana. "Terima kasih ya, aku pulang dulu!" pamit Hana yang sudah tidak sabar untuk menemui ibunya dan meminta ma'af.

Hana berdiri dari tempatnya. Namun, saat dia akan melangkah, kaki Hana masih belum kuat menahan beban tubuhnya hingga Hana terjatuh. Namun beruntung karena Arjuna segera menangkapnya hingga Hana tidak jatuh ke tanah.

Mata mereka bertemu, ada rasa yang tidak bisa Arjuna ungkapkan dengan kata-kata. Arjuna merasakan jantungnya berdetak lebih cepat saat menatap wajah cantik gadis yang dia rindukan. Nafasnya memberat, Arjuna juga merasakan desiran aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Hati-hati," ucapnya dengan lembut. Arjuna kesusahan menelan salivanya saat wajah mereka semakin dekat.

"Iya, terima kasih sudah membantuku," kata Hana menegakkan tubuhnya dan mengambil tongkatnya.

"Sama-sama, Hana," balas Arjuna menatap kepergian Hana yang berjalan meninggalkannya.

"Harusnya aku yang minta maaf sama kamu, Han, karena aku, hubungan keluarga kamu jadi tidak baik," gumam Arjuna yang masih setia menatap Hana yang semakin menjauh darinya.

"Kang, sudah selesai kan, saya sudah boleh ambil gitar saya?" tanya seorang pria pemilik gitar itu.

"Eh, iya, maaf ya Mas, saya sampai lupa sama gitarnya. Ini gitarnya, dan ini bonus untuk mas yang sudah kasih pinjam gitar pada saya," ucap Arjuna menyerahkan lima lembar uang merah.

"Banyak sekali, Kang," kata pria itu tidak menyangka bisa mendapatkan rezeki sebanyak itu.

"Memang rezeki Mas segitu," balas Arjuna. "Saya pulang duluan ya Mas," pamit Arjuna sebelum meningalkan pria itu.

"Iya, hati-hati Kang, kalau besok mau pinjam lagi, saya akan kesini lagi," kata pria itu.

"Terima kasih Mas, besok.mas tunggu saya di tempat tadi saja, kalau dia kesini saya tinggal ambil gitar Mas, kalau Hana tidak kesini pun, saya akan bayar," kata Arjuna semakin menjauh.

"Siap Kang, terima kasih banyak," teriak pria itu.

Setiap langkah, Arjuna mengingat lerkataan Hana. Arjuna menjadi semakin merasa bersalah saat mengingat apa yang Hana ceritakan padanya.

"Maafkan aku, Han, aku tidak menyangka jika pertemuan kita membuat lubang kecil di dalam hati kamu hingga menyebabkan luka," gumam Arjuna terus melangkahkan kakinya menuju ke villa milik kakeknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status