Hana tertawa setelah mendengar jawaban Arjuna. Arjuna mengerutkan dahinya saat melihat Hana yang tertawa terbahak.
"Juna, kalau kamu mau melulu itu yang bener dong! Kamu samain aku dengan bunga yang indah ini? Yang sudah jelas sangat cantik dan sangat indah, sedangkan aku ... -" kata Hanaq tidak melanjutkan ucapnnya, karena Arjuna pasti sudah tahu apa yang ingin dia katakan.
"Aku berkata jujur, Hana, secantik dan seindah apapun yang aku lihat, tidak ada yang seindah dan secantik Kamu, Hana," balas Arjuna jujur dari dalam hatinya. Namun, Hana sama sekali tidak mempercayainya.
"Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanya Hana menatap dalam wajah tampan yang selalu menghindari tatapannya.
"Karena ... karena aku menyukai kamu, Han," jawab Arjuna dengan jujur. Arjuna pasrah seandainya setelah mengungkapkan isi hatinya, Hanaakan membencinya dan tidak lagi mau bertemu dengannya.
"Apa itu cinta, Juna? Karena akupun tidak pernah merah merasakan yang namany
Setelah berbicara dengan sang kakek, Arjuna tak henti mengukir senyum. Arjuna begitu bahagia saat sang kakek berjanji akan membantunya mendapatkan restu dari Papa dan mamanya. Arjuna mesem - mesem jatuh cinta saat membayangkan dirinya dan Hana menyatu dalam ikatan suci. Sampai - sampai Arjuna lupa jika Hana belum te tu menerima dirinya. "Han, kita akan bersama untuk selamanya, aku akan selalu ada untuk kamu, Hana, aku janji aku tidak akan pernah berpaling dari kamu, apalagi meninggalkan kamu," gumam Arjuna. "Aku akan berusaha menjaga kamu dengan sepenuh jiwa dan ragaku, Hana, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti kamu, Hana, aku pastikan itu," gumannya lagi berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit sore yang begitu indah. "Ah, apa setiap orang yang sedang jatuh cinta seperti aku?" tanya Arjuna pada dirinya sendiri. "Baru beberapa jam aku jauh darinya ... Tapi rasa rindu ini tidak sanggup aku tahan. Jika melihat langit sore, rasa rin
Arjuna merenung di bawah gelapnya langit malam. Arjuna membayangkan masa kelam sang kakek. Sakit memang, Arjuna tidak memungkiri itu karena Arjuna bisa merasakannya saat Arjuna mendengar cerita sang kakek."Han, aku tidak akan pernah membiarkan kisah kakek terulang lagi, aku akan mempertahankan kamu apapun yang terjadi, walau orang tuaku tidak lagi menganggap aku sebagai seorang anak, karena aku akan lebih memilih kamu," gumam Arjuna, ada setitik rasa takut yang bersarang di dalam hatinya.Arjuna tidak bisa membayangkan jika dia jauh dari Hana. Dunia Arjuna pasti akan hancur, dari bayangannya saja Arjuna sudah bisa merasakan sesak yang teramat di dalam rongga dadanya.Arjuna menatap langit dengan perasaan gelisah. Awan pun bergerak gelisah seolah mengerti perasaan Arjuna saat ini. Angin begitu sejuk menerpa wajah Arjun. Namun entah mengapa kesejukan itu tidak mampu membuat hati Arjuna merasa tenang.Malam terus merangkak, udara di alam bebas s
Sebagai orang tua dari seorang anak perempuan yang begitu cantik, tentu saja membuat mereka waspada. Mereka tidak ingin anak perempuan mereka jatuh ketangan pria yang salah."Apa Hana menyukainya?" tanya ayah Hana dengan begitu serius."Sejauh ini, Ibu melihat Hana sama sekali tidak tertarik dengan Nak Arjuna," jawab ibu Hana sejauh yang dia tahu saat ini. "Bu, Yah, Hana izin ke taman sebentar, apa boleh?" tanya Hana dengan tatapan memohon."Tentu saja!" jawab sang ibu mengusap puncak kepala Hana.Hana berlari sambil mengucapkan terima kasih kada orang tuanya. Ayah dan ibu Hana menggeleng saat melihat tingkah sang anak yang tidak pernah berubah meski sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik."Dia tetap putri kecil kita," kata ayah Hana membuat keduanya tersenyum bahagia. Ayah Hana memeluk sang istri dan mencium puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Ini adalah ucapan terima kasih ku padamu, istriku. Terima kasih karena kamu sudah memberikan aku seorang putri cantik
Keesokan harinya Arjuna kembali menemui Hana di rumahnya. Arjuna ingin meminta maaf untuk.yang terakhir kalinya, karena besok dia harus kembali ke kota. "Assalamualaikum, Bu," tanya Arjuna."Waalaikusalam," jawab ibu Hana. "Cari Hana ya! Mari masuk!" kata ibu Hana. Arjuna mengangguk dengan senyum sopan kemudian berjalan mengikuti ibu Hana masuk ke rumah. "Sebentar ibu panggilkan," pamit ibu Hana sebelum meningalkan ruangan itu. "Han," panggil ibu Hana mengetuk kamar anak gadisnya. "Iya, Bu," jawab Hana dari dalam kamar. Entah mengapa hari ini Hana begitu malas untuk keluar dari kamarnya. Hana merasa nyaman mengurung diri di dalam kamar. Namun, dengan terpaksa Hana membuka pintu kamarnya, Ia tidak ingin sang ibu mencemaskan dirinya. "Ada apa, Bu?" tanya Hana setelah membuka pintu dan melihat sang ibu masih berdiri di depan pintu. "Ada Nak Arjuna, dia mencari kamu," jawab ibu Hana. "Iya," balas Hana. Hana berjalan menuju ruangan dimana Arjuna berada, meskipun sebenarnya dia sang
"Ehem!" Ibu Hana berdehem saat melihat sang anak berdiam diri di teras belakang rumah."Ada apa sih, Bu?" tanya Hana menoleh ke arah sang ibu."Kamu kenapa?" tanya ibu Hana."Memangnya Hana kenapa, Bu?" kata Hana balik bertanya pada ibunya."Sepertinya Kamu sedih sekali, Hana?" tanya ibu Hana."Entahlah, Bu! Seperti ada sesuatu yang hilang hari ini," jawab Hana menatap kosong. "Apa kamu merindukan Arjuna?" tanya ibu Hana."Aku? Merindukan dia?" tanya Hana menunjuk dirinya."Iya, kamu pasti merindukan dia! Buktinya kamu jadi pendiam saat dia kembali ke kota," jawab ibu Hana."Apa sih, Bu? Hana hanya butuh teman saja! Bukan jatuh cinta," kata Hana tidak setuju dengan apa yang ibunya katakan."Han, mungkin untuk sekarang kamu bisa berkata seperti itu! Tapi nanti kamu akan menyadari perasaan kamu saat dia kembali," kata Ibu Hana."Apa sih, Bu? Sudah Hana bilang juga! Hana tidak mencintai Arjuna!" kata Hana."Terserah kamu! Tapi nanti saat kamu sudah menyadarinya, dan saat itu kamu akan s
Bibir Arjuna tak henti mengembangkan senyum saat dia sampai di depan rumah istrinya. Dengan penuh semangat Arjuna keluar dari mobil dan berlari ke dalam rumah. "Hana, Sayang, Aa pulang!' teriak Arjuna. Namun, tidak ada yang menyahut panggilannya. "Kenapa rumah ini seperti sudah lama tidak ditempati," gumam Arjuna mencari sang istri disetiap ruangan. "Kemana Hana," gumannya karena saat tidak menemukan keberadaan istrinya. Arjuna kembali berjalan menuju kamar mereka. Pintu itu berderit saat Arjuna membukanya. "Kenapa pintu ini seperti tidak pernah dibuka," gumam Arjuna melangkahkan kakinya masuk dan Arjuna menghidupkan lampu kamar itu. Deg ... Jantung Arjuna serasa berhenti berdetak saat melihat pemandangan di hadapannya. "Kenapa? Apa yang terjadi?" tanyanya dengan nafas naik turun. Arjuna melihat kaca hias pecah, di ruangan itu sangat berantakan. Mata Arjuna membola sempurna saat dia melihat noda merah yang sudah mengering disprai yang ada diatas ranjang. "Hana," gumam Arjuna de
"Ada yang punya kebun! lari!" teriak teman Hana membuat Hana panik. Namun Hana masih berada diatas pohon mangga hingga dia tidak bisa lari menyusul teman - temannya.Hana semakin panik saat pemilik kebun semakin mendekat ke arahnya. Hana yang terburu-buru turun akhirnya terjatuh. "Auh," keluh Hana saat tubuhnya mengenai tanah. Seorang pria mengerutkan keningnya saat dia melihat Hana terjatuh tepat di hadapannya. "Sakit?" tanya pria itu mendekat ke arah Hana.Ingin marah? tentu saja! ingin rasanya Hana memarahi pria yang ada dihadapannya. Bagaimana bisa bertanya seperti itu, karena sudah pasti seseorang yang terjatuh pasti merasakan sakit."Butuh bantuan?" tanya pria itu mengulurkan tangannya. Namun, Hana enggan menyambutnya.Pria itu memutar bola mata saat melihat sikap keras kepala Hana. "Terserah kamu saja," katanya hendak pergi meninggalkan Hana."Auh." Pria itu kembali menghentikan langkahnya saat mendengar Hana mengeluh.Tanpa meminta izin, pria itu memeriksa kaki Hana. "Kakimu
"Kamu! Ngapain kamu kesini lagi?" tanya Hana menatap menatap tidak suka pada Arjuna."Aku ingin melihat keadaan kamu," jawab Arjuna dengan senyum terukir begitu indah menghiasi wajah tampannya."Haish! menyebalkan!" gumam Hana membuang pandangannya."Loh, Nak Arjuna," kata ibu Hana saat melihat Arjuna di depan rumahnya. Hana memutar bola mata malas saat melihat sang ibu yang begitu menyayangi pria itu."Hana, kenapa nak Arjuna gak disuruh masuk?" tanya ibu Hana menoleh ke arah sang anak yang hanya diam tidak peduli."Dia bisa masuk sendiri, Bu! Kenapa gitu aja ibu permasalahan?" tanya Hana merasa seperti orang asing saat kedatangan Arjuna.Ibu Hana diam menatap sang anak yang enggan menatapnya. Ia merasa bersalah pada Hana, karena mungkin dia memang sudah keterlaluan pada anaknya."Mari masuk, Nak," kata ibu Hana mempersilahkan Arjuna masuk ke rumahnya."Arjuna disini saja, Bu, lagipula Arjuna kesini untuk melihat keadaan Hana," balas Arjuna melirik ke arah Hana yang sama sekali tidak