"Kamu! Ngapain kamu kesini lagi?" tanya Hana menatap menatap tidak suka pada Arjuna.
"Aku ingin melihat keadaan kamu," jawab Arjuna dengan senyum terukir begitu indah menghiasi wajah tampannya."Haish! menyebalkan!" gumam Hana membuang pandangannya."Loh, Nak Arjuna," kata ibu Hana saat melihat Arjuna di depan rumahnya. Hana memutar bola mata malas saat melihat sang ibu yang begitu menyayangi pria itu."Hana, kenapa nak Arjuna gak disuruh masuk?" tanya ibu Hana menoleh ke arah sang anak yang hanya diam tidak peduli."Dia bisa masuk sendiri, Bu! Kenapa gitu aja ibu permasalahan?" tanya Hana merasa seperti orang asing saat kedatangan Arjuna.Ibu Hana diam menatap sang anak yang enggan menatapnya. Ia merasa bersalah pada Hana, karena mungkin dia memang sudah keterlaluan pada anaknya."Mari masuk, Nak," kata ibu Hana mempersilahkan Arjuna masuk ke rumahnya."Arjuna disini saja, Bu, lagipula Arjuna kesini untuk melihat keadaan Hana," balas Arjuna melirik ke arah Hana yang sama sekali tidak memedulikannya."Ooo, kalau begitu silahkan duduk, Nak, sebentar ibu ambil minum dulu," kata Ibu Hana yang dibalas dengan anggukan dan senyum sopan oleh Arjuna.Ibu Hana meningalkan Arjuna dan Hana. Arjuna duduk dikursi seberang Hana. "Apa sudah lebih baik?" tanya Arjuna menatap Hana yang tidak suka dengan kehadirannya.Hana tidak menjawab, dia sama sekali tidakq peduli dengan Arjuna. Arjuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat Hana mengabaikannya.Arjuna mengambil ponselnya karena Hana sama sekali tidak peduli padanya. Seseqkali Arjuna melirik ke arah Hana yang enggan menatapnya."Han," panggil Arjuna merasa tidak nyaman dengan sikap Hana. "Ma'af jika aku sudah membuat kamu tidak nyaman, kalau kamu keberatan aku datang kesini ... aku tidak akan kesini lagi! Ma'afkan aku! aku pulang sekarang juga!" pamit Arjuna meski sebenarnya ia masih ingin bersama dengan Hana.Arjuna bangkit dari tempatnya. Namun, saat hendak melangkah, ibu Hana datang ke tempat itu dengan membawa dua gelas air minum."Mau kemana, Nak?" tanya ibu Hana meletakkan gelas itu diatas meja."Arjuna mau pulang, Bu," jawab Arjuna tersenyum sopan."Pulang nanti saja, gak apa kan! soalnya ibu mau anterin makan siang buat ayah Hana, jadi minta tolong sama kamu untuk jagain Hana sebentar," pinta ibu Hana."Hana bukan anak kecil, Bu! Hana berani di rumah sendiri kok!" sahut Hana merasa keberatan jika Arjuna menemaninya."Jangan membantah! ibu tidak suka!" kata ibu Hana. "Nak, ibu titip Hana dulu, ya! Assalamualaikum," ucap ibu Hana mengambil paper bag dan meninggalkan mereka.Canggung! Itu yang Arjuna rasakan saat ini. Arjuna tidakntahu harus bagaimana. Namun, dia tidak bisa meninggalkan Hana karena ibu Hana memintanya untuk menjaga Hana."Aku lapar," kata Hana membuat Arjuna meneh ke arahnya."Mau makan apa?" tanya Arjuna."Makan masakan ibu, lah," jawab Hana sediit membentak. "Tapi aku gak bisa ngambil sendiri! Jadi aku minta tolong sama kamu buat ambilin," kata Hana dengan entengnya."Baiklah," balas Arjuna beranjak dari tempatnya menuju ruang makan.Sesampainya di ruangan itu, Arjuna mengambil piring lalu mengizinkan dengan nasi juga sayur dan lauk setelah itu kembali ke tempat dimana Hana berada."Mau aku suapin?" tanya Arjuna berdiri di samping Hana."Gak usah! Aku bisa makan sendiri, toh yang sakit kakiku, bukan tanganku," jawab Hana menolak.Mendengar jawaban dari Hana, Arjuna meletakkan piring itu dimeja yang berada di samping Hana kemudian kembali duduk di tempatnya."Han, kenapa kamu sangat membenciku?" tanya Arjuna menatap Hana yang mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya."Harusnya tanpa bertanya kamu sudah tahu kenapa aku membenciku," jawab Hana menghentikan makannya."Apa karena ibu kamu yang begitu perhatian sama aku?" tanya Arjuna karena dia bisa melihat perubahan sikap Hana saat mereka bersama."Ma'af jika karena aku, ibu kamu mengabaikan kamu, Han," kata Arjuna merasa bersalah pada Hana."Gak usah sok peduli! Aku tahu kamu hanya pura-pura baik sama aku! Kamu suka kan kalau ibu lebih perhatian sama kamu daripada sama aku!" balas Hana menuduh Arjuna. Hana tidak percaya dengan apapun yang Arjuna katakan."Sejak ibu bertemu denganmu ... ibu selalu menyalahkan aku, dia selalu membandingkan aku dengan kamu! Apa kamu puas?" tanya Hana dengan nada meninggi."Apa maksud kamu, Han? Aku sama sekali tidak berniat ingin merebut kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, meski aku sendiri tidak mendapatkan kasih sayang sepenuhnya dari kedua orang tua aku," kata Arjuna yang merasa keberatan dengan apa yang Hana tuduhkan padanya."Benarkah?" tanya Hana menatap tajam."Terserah kamu jika memang kamu tidak percaya padaku! Aku bisa berbuat apa?" kata Arjuna tidak tahu lagi harus bagaimana lagi menjelaskan pada Hana."Huf." Arjuna membuang nafas kasar. "Aku janji ini yang terakhir kali aku kesini," kata Arjuna tidak ingin memperpanjang masalah dengan Hana."Terserah kamu!" balas Hana tidak peduli. Hana melanjutkan makannya meski sebenarnya perutnya terasa penuh.Setelah ibu Hana kembali, Arjuna pamit pulang. Arjuna tidak ingin membuat Hana semakin tidak nyaman karena kehadirannya. Hana pun hanya diam tidak saat Arjuna pergi meninggalkan rumahnya.Hari telah berganti, langit jingga kini berangsur-angsur mulia gelap. Di dalam kamar, Hana berbaring menatap langit-langit kamarnya. "Apa aku sangat keterlaluan padanya?" tanya Hana pada dirinya sendiri. Hana mengingat pertama kali dia bertemu Arjuna. Pria itu begitu sabar menghadipi sikapnya yang menyebalkan, tapi entah mengapa kesabaran pria itu membuat Hana semakin bencinya."Han," panggil ibu Hana masuk ke kamar sang anak. Ibu Hana menghampiri Hana yang berbaring di atas ranjangnya."Ada apa, Bu?" tanya Hana saat sang ibu sudah duduk di ranjangnya."Seharusnya kamu tidak bersikap seperti itu pada nak Arjuna, Hana," kata ibu Hana menatap sendu. "Kamu harus menghargainya, Hana, karena biar bagaimanapun dia sudah menolong kamu," katanya lagi."Bela saja dia terus, Bu! Sebenarnyayang anak ibu itu Ha
Arjuna melihat coklat yang anak kecil itu berikan padanya. Hana hanya menatapnya enggan membuka apalagi memakannya."Aku tidak akan memakan coklat ini sebelum aku tahu siapa yang memberi coklat ini untuk aku," kata Hana memasukan coklat itu ke dalam saku hoodie yang dia kenakan."Kenapa kamu tidak memakannya Hana," gumam Arjuna di balik semak yang tidak jauh dari tempat Hana berada.Arjuna tahu jika Hana sedih, karena itu Arjuna sengaja membawa coklat pada Hana. Karena Hana menolak untuk bertemu dengannya. Arjuna meminta tolong pada anak kecil yang sedang bermain di sekitar taman itu untuk menyerahkan coklat itu pada Hana. Melihat wajah Hana yang masih tampak sedih, Arjuna memakai masker dan berjalan menghampiri Hana dengan membawa gitar yang dia pinjam dari seorang pemuda."Hay, boleh duduk disini, gak?" tanya Arjuna dengan suaratang dia buat berbeda agar Hana tidak mengenalinya."Silahkan!" jawab Hana tersenyum walau hanya sekilas.Arjuna menoleh ke arah Hana yang kembali terdiam d
"Bu," panggil Hana menghampiri sang ibu yang berada di dapur. Ibu Hana menoleh dan tersenyum pada sang anak.Hana berjalan mendekati ibunya. "Hana minta maaf, Bu, maafkan Hana yang selalu membuat ibu marah, maafkan Hana yang tidak kernah memedulikan nasehat ibu," kata Hana menunduk malu."Kamu gak salah, Nak, kenapa harus minta maaf," balas ibu Hana mengusap puncak kepala sang anak."Hana salah, Bu, Hana belum bisa menjadi anak yang baik untuk ibu," kata Hana terisak.Ibu Hana tersenyum memeluk sang anak, "Kamu anak yang baik Hana, siapa yang bilang kamu anak tidak baik?" tanya ibu Hana mengusap punggung anaknya."Hana sendiri, karena Hana tidak pernah nurut sama ibu, Hana selalu bikin ibu marah," jawab Hana menenggelamkan wajahnya dalam dekapan sang ibu. "Kalau begitu, mulai saat ini kamu harus jadi anak yang patuh sama ibu," kata ibu Hana mengurai pelukannya. Hana mengangguk dengan senyum menatap.sang ibu yang juga tersenyum padanya. Di sisi lain, Arjuna yang sedang berada di dala
Saat ini, kaki Hana sudah sembuh seperti sedia kala. Dengan senyum merekah, Hana keluar dari kamarnya. Hana menghampiri sang ibu dan pamit keluar sebentar. Setelah pamit pada ibunya, Hana meninggalkan rumah menuju ke taman tempatnya bertemu dengan pria yang tidak dia kenal."Aku berharap dia datang ke sini!" gumam Hana duduk di kursi taman itu. Hana menatap sekitar berharap pria itu menghampirinya seperti waktu itu."Hay," panggil seseorang membuat wajah Hana berbinar. "Ha-" ucapan Hana terhenti saat dia melihat yang datang adalah Arjuna. Hana tersenyum pada Arjuna. Namun, Arjuna bisa melihat dengan jelas wajah kecewa Hana."Apa kamu sedang menunggu seseorang?" tanya Arjuna menghampiri Hana dan duduk di samping gadis itu. "Iya, tapi mungkin dia gak datang ke sini," jawab Hana dengan wajah sedihnya."Memangnya siapa yang kamu tunggu?" tanya Arjuna penasaran."Seseorang yang selalu membuatku rindu meski aku belum melihat wajahnya," jawab Hana tersenyum membayangkan pria yang menghibur
Ibu Hana duduk di teras depan menunggu sang anak pulang. Khawatir? Iya! Ibu Hana sangat mengkhawatirkan sang anak yang tidak kunjung pulang. Namun, tak lama kemudian senyum terukir dibibirnya saat melihat Hana pulang bersama Arjuna."Assalamualaikum, Bu," ucap mereka mengucapkan salam."Waalaikumsalam," jawab ibu Hana menghampiri mereka. Hana meraih tangan sang ibu dan menciumnya dengan takzim, begitu juga dengan Arjuna."Ibu cemas sekali, takut kamu kenapa - napa lagi," kata ibu Hana memeluk sang anak. Hana tersenyum bahagia mendengar pernyataan sang ibu yang begitu mengkhawatirkan dirinya. "Ibu jangan khawatir, Hana hanya main di dekat sini, Bu," jawab Hana tersenyum lembut. Ibu Hana mengangguk mendengar apa yang Hana katakan.Ibu Hana menoleh menatap Arjuna yang dari tadi hanya memperhatikan mereka. "Nak, terima kasih kamu selalu menemani Hana," ucap ibu Hana dengan senyum teduh."Sama-sama, Bu, jujur saya senang berteman dengan Hana karena dia sangat menyenangkan," kata Arjuna me
Hana tertawa setelah mendengar jawaban Arjuna. Arjuna mengerutkan dahinya saat melihat Hana yang tertawa terbahak."Juna, kalau kamu mau melulu itu yang bener dong! Kamu samain aku dengan bunga yang indah ini? Yang sudah jelas sangat cantik dan sangat indah, sedangkan aku ... -" kata Hanaq tidak melanjutkan ucapnnya, karena Arjuna pasti sudah tahu apa yang ingin dia katakan."Aku berkata jujur, Hana, secantik dan seindah apapun yang aku lihat, tidak ada yang seindah dan secantik Kamu, Hana," balas Arjuna jujur dari dalam hatinya. Namun, Hana sama sekali tidak mempercayainya."Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanya Hana menatap dalam wajah tampan yang selalu menghindari tatapannya."Karena ... karena aku menyukai kamu, Han," jawab Arjuna dengan jujur. Arjuna pasrah seandainya setelah mengungkapkan isi hatinya, Hanaakan membencinya dan tidak lagi mau bertemu dengannya."Apa itu cinta, Juna? Karena akupun tidak pernah merah merasakan yang namany
Setelah berbicara dengan sang kakek, Arjuna tak henti mengukir senyum. Arjuna begitu bahagia saat sang kakek berjanji akan membantunya mendapatkan restu dari Papa dan mamanya. Arjuna mesem - mesem jatuh cinta saat membayangkan dirinya dan Hana menyatu dalam ikatan suci. Sampai - sampai Arjuna lupa jika Hana belum te tu menerima dirinya. "Han, kita akan bersama untuk selamanya, aku akan selalu ada untuk kamu, Hana, aku janji aku tidak akan pernah berpaling dari kamu, apalagi meninggalkan kamu," gumam Arjuna. "Aku akan berusaha menjaga kamu dengan sepenuh jiwa dan ragaku, Hana, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti kamu, Hana, aku pastikan itu," gumannya lagi berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit sore yang begitu indah. "Ah, apa setiap orang yang sedang jatuh cinta seperti aku?" tanya Arjuna pada dirinya sendiri. "Baru beberapa jam aku jauh darinya ... Tapi rasa rindu ini tidak sanggup aku tahan. Jika melihat langit sore, rasa rin
Arjuna merenung di bawah gelapnya langit malam. Arjuna membayangkan masa kelam sang kakek. Sakit memang, Arjuna tidak memungkiri itu karena Arjuna bisa merasakannya saat Arjuna mendengar cerita sang kakek."Han, aku tidak akan pernah membiarkan kisah kakek terulang lagi, aku akan mempertahankan kamu apapun yang terjadi, walau orang tuaku tidak lagi menganggap aku sebagai seorang anak, karena aku akan lebih memilih kamu," gumam Arjuna, ada setitik rasa takut yang bersarang di dalam hatinya.Arjuna tidak bisa membayangkan jika dia jauh dari Hana. Dunia Arjuna pasti akan hancur, dari bayangannya saja Arjuna sudah bisa merasakan sesak yang teramat di dalam rongga dadanya.Arjuna menatap langit dengan perasaan gelisah. Awan pun bergerak gelisah seolah mengerti perasaan Arjuna saat ini. Angin begitu sejuk menerpa wajah Arjun. Namun entah mengapa kesejukan itu tidak mampu membuat hati Arjuna merasa tenang.Malam terus merangkak, udara di alam bebas s