“Siapa yang cantik, Mas?” tanya Gani –adiknya Beni.Beni menoleh ke arah Gani, untuk apa sang adik datang ke rumahnya karena ia merasa tidak ada urusan dengannya. “Siapa kek, mau tahu aja kamu. Ngapain ke sini, aku kayanya enggak minta kamu ke sini.” “Iya memang bukan Mas, tapi ibu minta aku ke sini. Katanya dia minta uang, tahu sendiri Anita suka ngambek kalau tahu aku ngasih ke ibu.”Wajah Gani terlihat tertekan jika membicarakan tentang ibu dan istrinya. Beni sedikit memicingkan mata karena ia merasa ibu dan adik iparnya itu sangat kompak. Namun, kenapa malah Anita seperti itu pikir Beni. “Gani, aduh ibu sudah menunggu kamu. Bagaimana, kamu bawa kan uang yang ibu minta?” tanya Bu Neni.“Bu, aku enggak bisa ngasih full. Ibu tahu kan kemarin aku habis acara selamatan rumah. Ibu tahukan Anita enggak pernah tanggung-tanggung kalau buat acara. Uangku habis,” ujar Gani.Wajah Bu Neni masam, ia tak terima jika anaknya menolak permintaan dirinya. Dia sangat membutuhkan uang yang
Anggita memalingkan wajahnya lalu menggerutu kesal dengan ucapan Andre. Untuk apa pikirnya mencarikan jodoh untuknya sedangkan dirinya saja masih berstatus istri Beni dan belum proses perceraian. Ia tak suka di carikan jodoh seperti dulu saat belum menikah. “Enggak usah cemberut, buktinya cari sendiri malah salah pilih. Adek kesayangan kita yang cantik jelita malah berubah jadi emak-emak berdaster.” “Kak!” Anggita cukup mengerti dirinya saat menjadi istri Beni, tapi pikirnya tak perlu di perjelas lagi bagaimana rupa dirinya.“Apa, mau ngelak? Bahkan sama Caraka saja kamu di kira suster Bunga.” Lagi, Andre melirik dengan sengaja dan terkekeh melihat adiknya masam. Andre, kakak Anggita yang begitu humoris dan lebih peduli padanya. Memang Anggita lebih dekat dengan kakaknya itu dari pada kedua kakaknya yang lain.Andre kembali diam saat tahu Anggita sudah tingkat kesabaran yang setipis tisu. Ia diam seribu bahasa dengan bibir sedikit maju.Mobil Andre memasuki halaman restoran d
Beni kembali melihat beberapa chatnya pada Anggita Namun, tidak ada satu pun yang di balasnya oleh wanita itu. Ia meremas ujung seprei, merasa kesal dan jengkel saat Anggita benar-benar mengabaikannya. Padahal saat menjadi istrinya, dia sangat penurut dan mungkin takut di ceraikan. Beni berpikir apa karena sudah dekat dengan dia pria kaya wanita itu membuangnya. “Harusnya dia memohon padaku untuk kembali. Aku pikir dia akan datang dan meminta maaf,” ujar Beni.Beni membanting tubuh di kasur, ia merasa sangat pening mengingat hal yang sangat indah ia lakukan bersama dengan Anggita. Namun, pertengkaran kala itu membuatnya emosi dan menjatuhkan talak dan mengusirnya.Banyak sebuah pertandingan di kepalanya tentang Anggita. Pria yang bertemunya kala itu, lalu foto dengan pria baru yang di kirimkan sang adik. “Ka, makan enggak? Ibu menunggu di bawah buat makan malam.” Suara Rani terdengar. “Ia aku turun.” Beni beranjak dari tempat tidur, ia pun gegas ke meja makan. Ibu dan adik
"Maaf, bukan begitu maksudku Anggita," ucap Meylani merasa tidak enak dengan apa yang sudah dirinya ucapkan dia tidak tahu jika adiknya berpikiran yang berbeda. Sebagai seorang kakak dan juga wanita dirinya ingin jika Anggita bahagia.Andre pun menjadi salah tingkah padahal dirinya sudah berkata kepada istrinya untuk menjaga rahasia itu, tetapi justru istrinya memberitahukan hal tersebut kepada Anggita secara terang-terangan."Iya tidak apa-apa," ungkap Anggita.Dirinya masih merasa trauma dengan yang namanya pernikahan bahkan dirinya belum memiliki niat untuk hal tersebut, tetapi dirinya tidak menutup kemungkinan untuk membuka lembaran baru. Namun, menurutnya tidak untuk sekarang-sekarang ini karena luka di hatinya harus segera dipulihkan."Aku berpikir kamu akan membalas dendam kepada mantan suamimu yang tidak tahu diri itu dengan menikah lagi dan mendapatkan pria yang lebih baik daripada mantan suamimu itu," ungkap Meylani. Anggita terdiam, dirinya memang menyimpan dendam kepada m
Setelah akhirnya mengobrol cukup lama, Baskoro melirik ke arah di mana tempat Anggita masuk dirinya takut jika sang adik akan menguping pembicaraan ini maka dirinya harus memastikan terlebih dahulu. Ia langsung saja teringat tentang temannya itu yang minta dicarikan jodoh karena belum juga menemukan tambatan hati."Raka menurutmu bagaimana Anggita?" tanya Baskoro tiba-tiba.Lelaki yang tengah menikmati kopi itu pun langsung kembali menurunkan gelasnya. "Bagaimana apanya?" tanya Caraka kembali. Dirinya memang belum mengetahui maksud dan tujuan dari ucapan Baskoro. Menurutnya tidak ada yang salah dari adiknya itu."Ya menurutku dia bagaimana, cantik?" tanya Baskoro kembali. Dirinya mau memulai obrolan dengan Caraka mengenai sang adik dan niatnya."Tentu saja Anggita cantik kan dia adikmu," ujar Caraka. Menurutnya kali ini pertanyaan Baskoro benar-benar tidak masuk akal tentu saja anggota keluarga itu sudah pasti cantik karena dia perempuan apalagi dia adik Baskoro tentu saja kecantikann
Baskoro tersenyum mendengar Raka setuju dengan perjodohan itu. Ia yakin untuk membujuk Anggita tak sesulit yang ia pikirkan. Adiknya kali ini pasti tak akan menolak. Caraka pamit pulang karena sudah terlalu malam. Ada Sasy yang menunggunya di rumah, memang sejak la ia meminta di Carikan jodoh. Namun, beberapa yang di kenalkan padanya tak membuat ia respect. Akan tetapi, saat Anggita di sodorkan menjadi kandidat, ia pun langsung setuju padahal ia mengira wanita itu adalah susternya Bunga. "Kenapa aku bisa setuju, tapi saat pertama kali melihat dia--ah entah." Caraka kembali fokus mengemudi, usianya sudah kepala Empat walau begitu tak membuat wajahnya pun menua. Mungkin hanya pikirannya yang kolot, juga pandangannya yang sedikit kabur.***Anggita menggerutu kesal, kenapa pria itu datang lalu sang kakak mengenalkannya, hal tersebut membuat dirinya harus berdiri cukup lama di depan pintu berharap jika akan ada hal yang terdengar. Namun, menurutnya semuanya berakhir dengan sia-sia kare
Setelah mengatakan hal itu, Bunga mengambil tas dan langsung melangkah ke mobil. Gegas Anggita pun mengambil tas mengikuti keponakannya. Ada yang tak benar terjadi dengan anak seusia Bunga. "Bunga," ujar Anggita.Bunga tengah menangis di mobil, Anggita merasa iba melihat anak kecil itu menangis. Ia mencoba menenangkan Bunga yang mungkin sedang sangat terluka dan tertekan. "Mereka selalu saja bertengkar. Enggak pagi, siang dan malam. Jarang bertemu, tapi saat bertemu bertengkar terus. Aku pusing Tante dengarnya." Anggita memeluk Bunga, pikirnya tak baik dengan kondisi psikologisnya jika terus menerus tertekan seperti ini. Ia harus bicara pada sang kakak masalah Bungan sepertinya. "Tante antar, mau?" tanya Anggita."Iya, boleh."***Anita terkesiap saat melihat status Wa-nya. Anggita berpose di sebuah kamar mewah dan menulis caption yang membuat ia melongok. Melihat senyuman di wajah mantan ipar yang itu benar-benar membuat dirinya kesal bisa-bisanya masih pagi seperti ini Anggita s
Pak Alam pengacara yang ditunjuk oleh Baskoro untuk menangani proses perceraian sang adik, pagi ini mendatangi kantor Beni. Pengacara kondang karena sudah berhasil menangani kasus-kasus ternama bahkan menjadi incaran para pembisnis lalu mempercayakan kasusnya kepada lelaki itu, dengan langkah percaya diri mulai memasuki kantor."Di mana ruangannya Pak Beni?" tanya Pak Alam kepada resepsionisnya. setelah diberitahu dan diarahkan, lelaki itu segera melangkah ke tempat yang dirinya tujukarena ia mendapatkan perintah untuk tidak berlama-lama dengan kasus perceraian dari sang kliennya.Di tangan lelaki itu sudah membawa map yang berisi berkas-berkas perceraian karena beberapa hari lalu dirinya diminta oleh Baskoro untuk mengajukan cerai kepada pengadilan agama. Setelah berkas-berkasnya keluar dirinya diminta untuk langsung mendatangi Beni.Lelaki itu segera mengetuk pintu ruangan dari Beni, setelah terdengar laki itu mempersilahkan yang masuk ia segera masuk ke ruangan tersebut.Beni terke