Caraka duduk di tepi kolam, ia memandang langit biru. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat pusing memikirkan Bu Rasti Bella serta Feli. Padahal ia sudah berangan-angan jika dirinya menikah dengan Anggita maka ia bisa berbahagia dan menikmati rumah tangganya yang sudah lama kosong akan hadirnya sosok seorang wanita apalagi ia juga merasa begitu sangat senang karena Anggita benar-benar sangat menyayangi putrinya bahkan tidak pernah membedakan antara putrinya dengan sang keponakan. Anggita menjelma menjadi sosok ibu peri untuk mereka berdua.Caraka benar-benar merasa begitu sangat takut jika sampai Anggita merasa sangat lelah karena menghadapi sikap ibunya itu. Dirinya saja sebagai seorang anak terkadang merasa begitu lelah karena drama-drama yang dibuat oleh Bu Rasti, apalagi Anggita yang notabenenya orang baru di dalam keluarga itu tentu saja anggota belum mengenal tentang sikap ibunya tersebut. Caraka hanya merasa takut jika sampai nanti Anggita merasa lelah menghadapi ibunya lant
Keduanya jatuh ke kolam renang, tak mau kehilangan moment kesempatan itu, Feli menarik tubuh Caraka dan mencium bibirnya. Saat itu Anggita turun karena ingin memanggil Caraka yang katanya sedang ingin menghirup udara malam.Anggita benar-benar begitu sangat terkejut melihat mereka berdua yang berada di dalam kolam renang."Kalian sedang apa?" tanya Anggita lagi.Caraka terkejut, belum habis keterkejutannya karena sikap nekat dari Feli yang langsung saja mencium bibirnya itu. Lalu ia mendengar suara Anggita dan langsung saja menatap mendorong tubuh Feli dan langsung berenang dan naik ke atas. Anggita menutup mulut, amarah pun terpancar dari wajahnya. Rasanya benar-benar tidak menyangka, wanita itu hanya menggeleng."Sayang, aku--" Caraka yang sudah naik ke kolam renang pun berusaha untuk menjelaskan. Ia melihat Anggita seperti kecewa, tidak pernah dirinya melihat Anggita semarah itu sebelumnya.Caraka mengatakan ingin menghirup udara segar, tetapi Anggita benar-benar tidak menyangka j
Caraka benar-benar emosi kejadian semalam. Karena ulah dari Feli, akhirnya dirinya dan juga Anggita bertengkar hebat, ia tidak mau hal tersebut kembali terulang lagi apalagi melihat Anggita benar-benar membuatnya merasa begitu sakit hati. Ia tidak pernah berniat untuk menyakiti Anggita dan terkuat tetapi sialnya justru Feli berhasil merusak rumah tangganya yaitu. Hampir semalaman Anggita mendiamkannya, membuat Caraka begitu sangat frustasi, ia benar-benar tidak mau jika rumah tangganya kali ini kembali hancur lagi karena perbuatan mereka semua. Caraka tidak mau jika sampai putrinya kembali kehilangan sosok seorang ibu apalagi menurutnya Anggita adalah sosok seorang ibu yang benar-benar begitu sangat sempurna. Dia menghampiri Feli yang sedang makan pagi bersama ibu dan adiknya. Wajah Caraka benar-benar terlihat begitu sangat kesal, tidak seperti biasanya lelaki itu masih terlihat sangat sabar, kali ini caraka sudah tidak mau lagi memberi toleransi untuk mereka semua yang menumpang di
Setelah Caraka pergi, Bu Rasti menghampiri menantunya. Dirinya sudah benar-benar merasa begitu sangat kesal apalagi untuk pertama kalinya ia melihat Caraka yang sangat marah kepada dirinya dan juga Feli. Memang hubungannya dengan cara Tak selama ini tidak baik, tetapi Caraka tidak pernah membentaknya seperti itu bahkan sampai berani mengusirnya ia sangat mengetahui pasti hal tersebut dikarenakan ulah dari Anggita sebagai istrinya, sebagai seorang ibu ia tidak terima karena Caraka terus saja membela istrinya dibandingkan dengan dirinya maka dari itu ia akan memberikan pelajaran dan juga perhitungan kepada Anggita.Begitu juga Feli dan Bella. Sementara asisten rumah tangga mereka sudah siaga takut majikan mereka kenapa napa. Mereka bertiga langsung saja menatap sadis ke arah Anggita Tondo, pasti anggota sekarang tengah merasa sangat senang karena Caraka sudah berhasil dimanipulasi oleh wajah polosnya itu sampai-sampai mereka semua harus meninggalkan rumah ini.Asisten rumah tangga dari
Bu Rasti kaget melihat Feli melakukan hal itu pada Anggita. Bagaimana bisa melukai istrinya Caraka dengan terang-terangan. Tidak menyangka jika sang keponakan bisa melakukan itu, melihat anggota yang terjatuh terbentur bahkan tidak sadarkan diri pun membuat dirinya merasa sangat panik, takut terjadi apa-apa dan justru hal tersebut akan memperunyam segalanya."Feli kamu Gila?" Bu Rasti langsung saja menatap ke arah Feli, apa yang dilakukan oleh wanita itu tentu saja akan mengancam posisinya sebagai ibu dari Caraka apa tidak bisa Feli bermain cantik saja mengapa harus terang-terangan seperti ini. Jika seperti ini dan juga cara kamu mengetahuinya bukan sebuah simpati yang didapatkan tetapi bisa-bisa Caraka akan sangat murka dengan apa yang sudah dilakukan oleh mereka semua itu.Feli benar-benar sangat emosi, tadi dirinya refleks saja mendorong Anggita. Namun, dirinya benar-benar tidak memiliki niat seperti itu, ia tidak sengaja karena dirinya terlalu marah saja."Aku enggak sengaja, Tan
"Kamu berani mengancam saya?" Bu Rasti menatap tajam ke arah Anggita bagaimana bisa wanita itu berani-beraninya memberikan ancaman seperti itu kepada dirinya. Memangnya siapa Anggita mengapa sombong sekali bahkan ia sampai membawa bahwa polisi akan hal itu. Membuat dirinya benar-benar sangat tidak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh menantunya itu barusan. Mengapa Anggita sekarang semakin besar kepala seperti ini.Bu Rasti syok dengan apa yang di katakan oleh Anggita. Dari atas, Anggita tak peduli dengan mereka semua. Yang terpenting dirinya sudah membuat mereka tak berkutik. Dirinya sudah benar-benar muak mengikuti semua kemauan mereka, kurang sabar apa dirinya selama ini, padahal ia sudah berusaha untuk sabar salah siapa mereka yang selalu membuat ulah lebih dulu.Anggita juga seorang manusia biasa yang memiliki batas kesabaran, ia tidak mau jika dirinya terus-terusan direndahkan seperti ini. Terlebih lagi mereka semua benar-benar tidak memiliki hati bagaimana bisa mereka memp
Bu Rasti tak tenang, sepertinya masalah Anggita sudah terdengar ke telinga sang anak. Dia sangat kesal dengan ulah Feli yang tidak bisa menjaga kesabaran di hadapan Anggita. Gegabah sedikit, sudah pasti akan merusak semuanya.Bu Rasti mencoba menghubungi sang anak laki-laki yang lain. Adam, iya dia mencoba menghubungi anak kandungnya. Memastikan apa semua sudah beres, meminta pengacara mengubah perusahaan menjadi atas namanya tanpa sepengetahuan Caraka."Bagaimana, Dam? Apa beres semua?" tanya Bu Rasti. "Beres apanya, pengacara sialan itu tidak mau tanda tangan dan memindahkan aset juga. Bahkan, dia bilang jika bukan si Caraka, dia tidak mau." Suara mendesah kesal terdengar dari ujung telepon."Iya sudah. Kerjaan kamu enggak ada yang beres."Bu Rasti menutup pesannya. Ia pun semakin pusing jika Caraka mengusirnya dan darinya belum mendapatkan apa yang diinginkannya. "Felisa kamu mau ke mana!" "Tante, aku suntuk di rumah. Mau ke luar. Sudah, mau ikut enggak. Mau senang-senang." "He
"Ih, bukan! Anak sulung saya mah sudah duda. Anggita itu mah cuma sistem rumah tangga, alias pembantu.”Tak jauh dari situ, Anggita terbelalak mendengar ucapan ibu mertuanya. Bukan hanya mengatakan bahwa suaminya sudah duda padahal jelas-jelas ia ada di sana, mertuanya itu juga menganggap Anggita sebagai pembantu rumah tangga."Aduh, kirain. Maaf ya, Bu Neni.” Bu Neni, mertua Anggita, mengibaskan tangannya. “Lagian masa menantuku dandannya begitu. Yang ada aku malu!”“Iya nih, Bu,” timpal salah seorang ibu-ibu. “Masa menantunya Bu Neni cuma pake daster lusuh di acara begini. Nggak mungkin, lah.”Obrolan mereka makin membuat Anggita panas dan sakit hati. Gadis itu menunduk memandangi daster lusuh yang ia kenakan sejak tadi pagi karena ia harus terus-menerus berkutat di dapur untuk memasak konsumsi acara syukuran rumah baru adik iparnya.Namun, itu tidak mengubah kenyataan bahwa ia adalah istri dari anak pertama Bu Neni, Beni. “Kalau begitu, boleh dong si Beni dikenalin ke anak saya,