Share

PART - 04

"Saya dipecat Bu."

Wanita cantik berambut coklat itu tidak bisa menyembunyikan kekagetannya saat kekejaman dunia kerja yang bisa sangat brutal membuatnya di depak dari perusahaan periklanan yang sudah lima tahun menjadi tempatnya menggantungkan harapan untuk bertahan hidup.

"Apa salah saya?" Dia jelas tidak terima.

"Kamu masih tidak sadar kesalahan yang sudah kamu lakukan?!" Ucap Ibu Siksa selaku Manager HRD. "Kamu telah melanggar aturan dengan diam-diam memberikan service gelap ke pihak pelanggan untuk mendapatkan kontrak dan itu sangat tidak bisa dibenarkan.”

"Tapi Bu—"

"Saya tidak mau mendengar penjelasan apapun lagi. Kamu kemasi barang-barangmu dan mulai besok cari pekerjaan di tempat lain. Di sini kami tidak bermain dengan cara kotor. MENGERTI!!" teriaknya membuat wanita itu berjengit kaget.

"Bukan saya Bu—"

"KELUAR!!!" bentakan itu akhirnya menyadarkannya kalau dia sudah tidak memiliki hak untuk berbicara dan menjelaskan semuanya.  Dengan langkah gontai, dia keluar di bawah bisik-bisik semua pegawai yang dilewatinya.

"Apa kalian lihat-lihat?!” Teriaknya dengan kesal seraya memberikan pelototan.

Semuanya pura-pura sibuk, dengan langkah lebar disertai gebrakan pintu, dia kembali ke ruangan membereskan mejanya. Mencoba mati-matian menahan amarah karena apa yang sudah dituduhkan Ibu Siska padanya sangat tidak benar.

Wanita itu keluar dengan lesu tanpa perlu pamitan dengan teman-temannya yang lain dan terduduk di bangku taman tidak jauh dari jalan raya seraya memeluk tas kerjanya. Dia belum tahu akan melamar kerja di mana tapi yang pasti dia membutuhkan pekerjaan untuk tetap hidup.

"SIALAN!!!" teriaknya, membuat seorang Ibu bersama balitanya yang kebetulan melintas langsung kaget dan memandanginya dengan tatapan sinis.

"ARRGGHHH!!!" geramnya, menunduk memegangi kepalanya yang berdenyut pusing sampai matanya menangkap sepasang sepatu converse putih yang berdiri di depannya, membuatnya mengangkat pandangan ke atas dan ternganga.

Lelaki itu tersenyum dan merentangkan tangan "Apa kamu tidak merindukanku, Shine Aurora?"

"Arsen—" ucap Shine tidak percaya. Secepatnya berdiri dan memeluk lelaki itu yang balik memeluknya dengan erat. Seketika, Shine melupakan kesedihannya yang tadi dan tersenyum bahagia dalam pelukan lelaki itu.

***

“Hidup memang banyak gak adilnya apalagi untuk manusia tertindas sepertiku." Shine yang bawel mulai mencurahkan semua kekesalannya. "Tapi PHK modelan begini benar-benar sangat diskriminatif untuk orang-orang kecil sepertiku yang mungkin hanya dianggap sebagai remahan kerupuk yang bebas mereka injak sesuka hati dan tidak punya pilihan selain menerima. Menggunakan alasan yang sama sekali tidak masuk akal dan anehnya otak mereka yang pintar itu seakan-akan pindah ke lutut kalau sudah berurusan dengan hal begini. Jadi bego dan tidak bisa membedakan mana pegawai yang berpotensi menghasilkan laba perusahaan dan mana yang akan merusak nantinya. Idiot!!!"  Di sampingnya, Arsen terkekeh sembari menyamakan langkah.

“Mereka pasti akan menyesal memecat karyawan berkompeten sepertimu,” hiburnya.

"This’s bullshit!" umpat Shine keras dengan tangan terkepal membuat Arsen kaget hingga mereka menjadi pusat perhatian. Mungkin dikiranya, Arsen melakukan tindakan asusila sampai wanita di depannya ini mengumpat sepenuh tenaga.

"Dasar breng—mmmmpp!!"

"Slow down, babe. Don't make me shy," bisik Arsen sembari membekap mulut Shine agar diam.

"Oke, maaf. Aku lagi emosi." Shine nyengir.

"Dimaafkan." Arsen mengacak rambutnya, gemas.

"Boleh aku lanjutkan?"

Arsen tertawa. See, Shine-nya yang sangat bawel.

"Hmm, aku berpikir apa ini kebetulan atau memang aku punya firasat tidak enak sebelumnya karena kedatanganku kali ini  jauh-jauh  dari Inggris  ternyata malah mendapati kenyataan kalau kamu baru saja terkena PHK. Maybe, aku memang diutus untuk menjadi tempat sampahmu kali ini."

Shine terbahak-bahak seraya memegangi perutnya. Arsen terkesima. Dari sekian juta orang yang  dikenalnya, Shine masuk dalam jajaran orang terdekat dan terpenting yang selalu dirindukannya meski tidak menjalin hubungan seperti kekasih.

“Sasha akan sangat senang mendengarnya. Setidaknya kedatanganmu akan mengurangi bibirnya yang menggerutu karena meladeni omelanku."

Gantian Arsen yang tertawa. "Oke, lanjutkan omelanmu tadi."

Shine malah menggelengkan kepalanya. "Tiba-tiba aku capek. Aku sadar mengomel panjang lebar seperti tadi tetap tidak akan membuat semua ini terasa seperti mimpi semalam. Besok aku akan tetap mendapati kenyataan kalau aku sudah dipecat. Menyebalkan, bukan?"

"Bagaimana kalau es krim?" tunjuk Arsen ke arah penjual es krim tidak jauh dari mereka dengan alis terangkat. Shine menoleh ke belakang lalu kembali menatapnya dengan senyuman lebar dan tanpa terduga menarik lengannya agar mengikutinya mendekati penjual es krim.

Yeah, Shine seorang es creamlovers.

Shine senang ada Arsen di sisinya saat ini. Setidaknya saat cobaan hidup sedang melandanya, dia ditemani seseorang yang sudah lama dirindukan kepulangannya. Di rumah, dia hanya ditemani oleh Minnie, kucing kesayangannya. Setelah tidak berhasil menemukan Abi di London seperti informasi yang dia dapatkan, Shine pasrah. Tabungannya sudah terkuras banyak untuk membiayai perjalanannya dan Sasha ke luar negeri  setelah menolak bantuan dari Arsen. Tentu saja Shine tidak mau merepotkan walaupun lelaki itu memiliki uang yang berlimpah.

Setelah mendapatkan es krim masing-masing, mereka kembali mengobrol panjang lebar sambil memandangi matahari terbenam di kejauhan. Arsen membiarkan saja ketika akhirnya kepala Shine terkulai ke bahunya dan tertidur. Ditariknya Shine dalam pelukannya lalu diam memandangi bintang yang perlahan muncul di langit.

Shine dan kebiasaan buruknya. Tidur sembarangan tidak peduli dengan siapa yang ada di sekitarnya. Untung saja selama ini Arsen yang selalu setia meminjamkan bahunya. Dalam sekejap, dia mulai mengenang semua hal yang dulu pernah mereka lakukan.

Tapi pada satu nama yang saat ini menghilang begitu saja entah ke mana tanpa kabar, senyumannya menghilang. Shine sama sekali tidak tahu kalau Arsen juga berusaha keras untuk mencari Abi selama masa kuliahnya.

Mendesah panjang bersamaan dengan ungkapan kerinduan yang diucapkan dengan lirih seraya memeluk erat Shine dan meletakkan kepalanya di atas kepala wanita itu.

"Abi, pulanglah. Kami merindukanmu."

***

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wikasumi Sumiwika
asik sekali ceritanya dan jadi penasaran dibuatnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status