Sikap Wei benar-benar berubah setelah menikah. Ara telah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi istri yang baik dan mempertahankan rumah tangganya tapi Wei tetap dengan sikap dingin dan tidak pedulinya. Di hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke dua, Ara kembali menyiapkan makan malam romantis bagi keduanya. Namun, seperti tahun sebelumnya, Wei tidak kembali ke rumah dan mengabaikan panggilan telepon dari Ara. Wei lebih memilih untuk pergi ke jamuan makan malam dengan Rina, sekretarisnya. Hati Ara terguncang ketika melihat foto Wei dan sekretaris nya yang begitu serasi di sebuah berita online yang ada di ponselnya.
View MoreJika ada menantu perempuannya dia bukanlah yang utama di mata istrinya dan akan selalu tersingkir dari sisi istrinya tanpa boleh merasa keberatan.Dia hanya bisa mengikuti mereka dari belakang.Setelah semuanya keluar ...."Apakah kamu masih ingin pura-pura pingsan?" tanya dokter sambil tersenyum menatap Wei dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku jas medisnya.Wei membuka matanya dan terbatuk-batuk canggung mendengar kata-kata dokter yang merawatnya."Apakah kamu sudah bisa mengingat segalanya?" tanya dokter sambil duduk di tepi tempat tidur Wei."Belum, itu sebabnya aku malas bertemu mereka, terutama pria tua itu yang kerjanya hanya marah-marah terus," kata Wei blak-blakan sambil mengerutkan bibirnya merasa kesal mengingat bagaimana sikap Wuzini kepadanya.Dokter hanya tersenyum geli mendengar kata-kata Wei yang menyebut Wuzini, orang yang paling dihormati di rumah sakit ini sebagai laki-laki tua.Padahal Wuzini masih terbilang tampan dan awet muda, sehingga orang tidak akan per
Arga memegang kedua bahu mamanya untuk menguatkan. Dia tahu Eva pasti sedih mendengar Wei benar-benar telah menikahi wanita lain selain adiknya."Tante, mengapa Wei menikah diam-diam? Kapan mereka akan mengadakan pesta pernikahan?" tanya Arga kepada Nina."Kami masih belum bisa mengadakan pesta pernikahan, Ara dan Wei memutuskan untuk menundanya sampai mereka benar-benar siap," jawab Nina apa adanya."Apakah itu karena Wei masih mengingat putriku?" tanya Eva penuh harapan.Dia tidak meminta banyak. Setidaknya walau Wei menikah dengan wanita lain, Wei tetap mengingat Ara di dalam hatinya."Tentu saja anakku masih mengingat Ara, bagaimana mungkin dia akan melupakannya begitu saja, kecuali dia sedang hilang ingatan seperti sekarang ini," kata Nina meyakinkan.Arga hanya mencibir di dalam hatinya. Mengingat? Mana mungkin Wei masih mengingat adik perempuannya ketika dia sudah memiliki wanita lain di sisinya. Jangankan mengingat, bahkan rasa bersalah kepada Ara pun, Agra yakin Wei sudah tid
"Kurang ajar!" sentak Wuzini memelototi Wei dengan wajah yang memerah karena marah.Wei mengerutkan alisnya tidak suka melihat reaksi papanya."Sayang, sudahlah," bujuk Nina sambil menarik siku suaminya agar menjauh dari Wei.Nina tidak ingin suaminya bertengkar dengan anak tunggal mereka.Dia tidak marah menghadapi sikap Wei yang acuh tak acuh. Nina tahu saat ini Wei benar-benar sedang bingung karena hilang ingatan."Tinggalkan aku, aku ingin sendiri," kata Wei datar."Nak ....""Biarkan dia, ayo kita pulang saja, anak ini benar-benar tidak bisa diperbaiki, nanti juga kalau ingatannya pulih dia akan menyesali kelakuannya saat ini. Terutama yang berkaitan dengan istrinya," kata Wuzini mengajak Nina pulang.Tadinya dia berharap bisa berbicara dengan Wei tentang Ara. Tapi sepertinya saat ini anak laki-lakinya benar-benar tidak dapat diajak bicara dengan benar.Sejak kehilangan ingatannya, Wei berubah menjadi orang yang penuh kecurigaan dan acuh tak acuh."Baiklah, Nak, kami pulang dulu,
Bukankah rumah sakit ini milik bosnya? Siapapun dokter ini, dia sama saja seperti dirinya yang merupakan anak buah tuan Wuzini.Tugas mereka berjaga juga sudah disetujui oleh direktur rumah sakit. Apa yang mereka takutkan?"Nona, kalau keluarga pasien menolak, Nona tidak bisa memaksa," kata dokter itu tegas.Ada banyak wanita muda yang memiliki karakter seperti yang ada di hadapannya saat ini. Mereka memaksa masuk sekalipun keluarga pasien tidak berkenan. Kebanyakan dari mereka adalah wanita simpanan pasien.Sang dokter tidak bisa tidak kembali menatap Juwita.'Sayang sekali, wanita secantik ini mau-maunya menjadi simpanan laki-laki kaya. Apakah dia tidak bisa mendapatkan pria lajang yang juga kaya raya?' batin sang dokter menyayangkan."Aku hanya ingin menemui kekasihku ....""Siapa kekasihmu?" tanya Nina yang baru sampai di tempat itu sambil menatap Juwita tajam.Setelah Ara sampai di rumah, Nina dan suaminya bergegas ke rumah sakit untuk berbicara dengan Wei. Siapa sangka baru turu
Wei berdecak kesal melihat Ara hanya berdiri mematung di depannya dan menahan air mata yang hampir tumpah."Pergi! Jangan menampakan wajah bodohmu lagi di depanku!" kata Wei tanpa perasaan.Air mata yang semula berusaha Ara bendung, mulai menganak sungai di pipinya mendengar kata-kata Wei yang tanpa perasaan."Malah nangis di sini!" kata Wei lagi dengan nada kesal memelototi Ara.Entah mengapa dia merasa tidak nyaman melihat wanita muda yang mengaku sebagai istrinya ini menangis. "Aku pulang," kata Ara serak sambil menghapus air matanya dan berbalik pergi.Wei hanya cemberut dan mengerutkan alisnya melihat Ara yang berbalik dan keluar dari kamarnya.Dia memegang dadanya yang terasa sakit dan berdenyut. "Mengapa dadaku terasa sakit?" gumam wei bingung.Setelah kepergian Ara, Juwita datang. Dia mengetahui Nina dan Wuzini saat ini masih berada di rumahnya dan belum datang ke rumah sakit dari pelayan yang menjadi mata-matanya."Siapa kamu?" tanya pengawal yang berjaga di depan kamar Wei
"Ara, maukah kamu sedikit bersabar? Tolong tetaplah di sini dan bantu kami untuk mengembalikan ingatan suamimu," kata Nina dengan tatapan memohon.Biar bagaimanapun, Nina tetap tidak ingin Ara pergi dari rumah ini.Kata seorang psikolog, suami istri yang tinggal berjauhan merupakan embrio dari sebuah perceraian. Tentu saja Nina tidak ingin anak dan menantunya sampai berpisah hanya karena saat ini anaknya sedang dalam keadaan bingung dan lupa. "Ma ....""Mama mohon, tolong lakukan untuk Mama, sekali ini saja," kata Nina sedikit memaksa, memotong kata-kata Ara.Ara terdiam. Apa yang harus dilakukannya? Satu sisi dia ingin pergi karena takut mendapatkan pengabaian suaminya kembali. Tapi di sisi lain, Ara juga merasa tidak enak untuk menolak permintaan mama mertuanya."Baiklah, Ma. Ara akan mencoba untuk tetap bertahan di sini," kata Ara pada akhirnya, memilih untuk mengabulkan permohonan mama mertuanya."Terimakasih sayang," kata Nina sambil memeluk Ara erat.Wuzini hanya menghela na
Nina dan Wuzini sampai di rumah dan mendapati Ara yang sudah menunggu di ruang tamu dengan kopernya."Ara ... sayang, mau ke mana kamu, Nak?" tanya Nina cemas sambil duduk di samping Ara."Ara mau kembali ke Prancis, Ma," kata Ara sambil membalas genggaman tangan Nina."Apakah ini karena kata-kata Wei tadi?" tanya Nina sedih.Dia tahu apa yang diucapkan anaknya tadi benar-benar keterlaluan, bahkan dia pun merasa marah dan kecewa padanya, apalagi Ara?"Ara, kamu tidak harus mengambil hati pada kata-kata yang diucapkan Wei. Kamu tahu sendiri, saat ini dia sedang tidak sadar dan tidak mengingat apapun," kata Wuzini berusaha menasehati."Ara tahu Pa, tapi Ara juga butuh waktu untuk menata kembali hati Ara," kata Ara mencoba berkelit tanpa berani menatap papa mertuanya.Sebelum kecelakaan itu, dirinya dan Wei memang sudah menjaga jarak dan ini mungkin tidak disadari oleh mertuanya karena baik dia maupun Wei, mereka sama-sama menjaga agar semua itu tidak sampai diketahui oleh Nina dan Wuzin
"Sayang ...."Juwita merasa tersanjung mendengar perkataan Wei."Kekasih?" tanya Nina seraya menyipitkan matanya menatap Juwita curiga.Apa sebenarnya yang telah dikatakan wanita ular ini kepada anaknya? Mengapa Wei sampai berpikir kalau dia adalah kekasihnya?"Tante, aku tahu Tante tidak menyukai aku ....""Syukur kalau kamu sadar!" kata Nina sinis memotong kata-kata Juwita.Juwita terdiam melihat sikap sinis Nina kepadanya. "Apakah kamu benar-benar Mamaku?" sela Wei sambil menatap Nina datar."Apa ... apa maksudmu bertanya seperti itu?" tanya Nina terkejut.Dia benar-benar tidak menyangka kalau anaknya akan meragukan dirinya sebagai ibu yang telah melahirkannya hanya karena hasutan seorang pejalan kaki seperti Juwita."Jika kamu benar-benar mamaku, kamu pasti tidak akan menghalangi hubunganku dengan wanita yang aku pilih!""Tentu saja Mama tidak akan menghalangi, tapi dia bukanlah orangnya! Kamu telah di tipu olehnya, Wei. Mama yakin kamu pasti akan menyesal telah bersikap seperti
Juwita tampak canggung dan malu karena terpergok oleh Nina dan Wuzini sedang berada di kamar rawat inap Wei tanpa izin."Dia di sini untuk menemui aku," kata Wei menengahi."Apa tujuanmu datang ke sini?" tanya Nina tanpa menyembunyikan rasa permusuhannya kepada Juwita."Aku ...."Juwita tercekat dan tidak dapat berkata-kata. Dia mengalihkan tatapannya kepada Wei dan memasang wajah sedih serta mata yang berkaca-kaca."Biarkan dia di sini menemaniku!" kata Wei keras kepala."Kamu gila? Bagaimana kalau Ara melihat ini dan marah? Apakah kamu tidak menginginkan istrimu lagi?" tanya Nina mendelik kesal."Ya, aku tidak menginginkan istri pilihan Mama itu. Biarkan aku sendiri yang memilih wanita mana yang akan menjadi istriku!" kata Wei tegas."Wei!" teriak Nina geram.Bisa-bisanya Wei berkata seperti itu setelah kembali mendapatkan hati Ara yang telah dia sia-siakan sebelum kecelakaan pesawat itu.'Anak ini pada akhirnya pasti akan menyesal jika dia sudah sadar,' batin Nina frustasi."Sudah
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.