“Hah. Tanner?” desis Joanna yang tidak yakin akan pendengarannya. “Lionel James Tanner adalah putra Franklin
Tanner?”Namun, semua keraguan dan rasa penasaran itu hilang begitu melihat sosok laki-laki yang sedari kemarin telah menolongnya
sedang berdiri di atas panggung. Wajah Joanna menjadi pias dan tanpa sadar ia telah menahan napas.‘Jadi, selama ini hidupku masih saja berhubungan dengan Tanner? Argh,’ erang Joanna hanya dalam hati.
Saat Elise menepuk bahu Joanna, dia menghembuskan napas yang sedari ditahannya.
“Kamu kenapa, Anna? Capek berdiri? Mau pergi dari sini?” Elise merasa temannya terlihat tidak baik-baik saja. Bibirnya
yang kehilangan warna darah membuatnya khawatir.“Ah, aku tidak apa-apa. Aku hanya kaget dengan pimpinan kita yang baru. Itu saja- ya itu saja,” balas Joanna
lebih kepada meyakinkan dirinya sendiri. Ia tersenyum canggung.Elise pun memilih untuk tetap di samping temannya itu, dan mulai memperhatikan sambutan yang
disampaikan oleh pimpinan baru mereka. Sementara Joanna yang tidak bisa menyembunyikan rasacemasnyameremas celana kainnya.Dia tidak bisa membayangkan jika dirinya harus bekerja bersamapria itu.Joanna bergegas kembali ke mejanya setelah semua karyawan dibubarkan. Wanita itu memilih untuk menyibukkan
dirinya dengan menyiapkan bahan untuk rapat satu jam lagi. Jobdesk yang dimiliki oleh Joanna mencakuphampir semua bidang, dari administrasi hingga persiapan rapat dari tim mana pun.Beberapa menit kemudian, kepala sekretaris memanggil Joanna untuk segera ke ruangan COO di lantai
empat, terkait dengan hasil ujian kompetensi yang sudah dia ikuti.Setibanya di lantai empat, COO mempersilakan Joanna masuk ke ruangan dan mengatakan, “Anna, selamat ya,
karena kamu lolos tes seleksi sekretaris kemarin. Sekarang kamu akan dipindah-tugaskan menjadi sekretarisCEO kita yang baru. Lebih ditingkatkan ketrampilan bekerjanya, ya.”“Hah. Yang benar, Tuan?” tanya Joanna tidak percaya. Ia sangat senang mendengar keberhasilannya.
“Iya, benar sekali. Silakan ikut saya.” COO memimpin ke arah mana mereka pergi.
Joanna merasa senang dengan jabatan barunya itu. Dia diarahkan ke sebuah ruangan yang dekat
dengan ruangan CEO.“Mulai besok kamu akan bekerja di lantai ini dan membantu CEO kita, Tuan Lionel.”
Mendengar hal itu Joanna, senyum bangga di wajahnya tadi langsung hilang. Dia hampir saja lupa bahwa pemimpin
baru di perusahaannya sekarang adalah Lionel dan dia malah menjadi sekretarisnya. Jadi, bagaimanaia membatasi interaksi dengan pria itu jika sekarang saja mereka bekerja di kantor yang sama, bahkan di satu lantai?Sepanjang hari itu, Joanna bekerja dengan was-was karena Lionel berada di gedung yang sama dengannya. Elise
mendekatinya karena sedari tadi temannya itu melakukan kesalahan kecil yang biasanya tidak dilakukan.“Anna, kamu yakin gak papa?” tanya Elise prihatin.
“Eh, gak kok. Aku hanya sedang memikirkan kedua putraku,” ucap Joanna berbohong karena dia tidak ingin
Elise tahu kenyataan buruk yang sedang menimpanya.“Memang kenapa dengan mereka? Jika terjadi apa-apa, jangan lupa untuk bercerita denganku.”
Joanna mengangguk, dan berkata bahwa putranya sehat-sehat saja. Ia hanya merindukan mereka. Elise menepuk bahunya sebagai bentuk dukungan agar tidak terlalu khawatir berlebihan, lalu kembali ke mejanya untuk melanjutkan pekerjaan.
Rapat yang Joanna susun berjalan dengan lancar sehingga ia sedikit lega. Sedari tadi dia
sendiri merasakan hari ini dia tidak profesional dalam bekerja setelah mengetahui perubahan pimpinan baru.Jam pulang kantor pun tiba, Joanna tidak menduga jika pria itu kembali berdiri di luar lobi sambil bersandar
di samping mobilnya. Sungguh dia ingin menghindari pria jangkung itu, tetapi sepertinya tidak bisa karenasaat ini Lionel melambaikan tangan kepadanya.“Nona Joanna, saya ada perlu dengan anda,” ucap Lionel formal karena mereka masih berada di lobi
perusahaan. Beberapa karyawan yang masih belum pulang memperhatikan mereka.“Ya, Tuan?” Joanna hanya berdiri di tempat.
“Saya hanya ingin menjabat tangan anda karena mulai besok kita akan bekerja bersama.” Joanna segera
menjabat tangan Lionel agar lelaki itu segera pergi jika dia menuruti kemauannya tersebut.Namun, tangan wanita itu mendadak ditarik sehingga jarak di antara mereka menjadi sangat dekat. Sebenarnya jarak itu masih normal jika dilihat oleh karyawan lain, akan tetapi tubuhnya menegang saat pria itu mulai
mencondongkan wajahnya.“Kamu tidak akan bisa pergi lagi dari hidupku, Jo. Aku akan pergi duluan dan menunggumu di sisi kiri gedung yang
kemarin. Kita pulang bersama,” bisik Lionel di dekat telinga Joanna.Lalu, pria jangkung itu melepaskan jabatan tangan Joanna dan meninggalkannya tanpa menoleh ke
belakang, sementara sekretaris cantik ini masih gemetar karena ancaman yang didengar di telinganya.‘Sial!’ umpatnya dalam hati.
Joanna keluar setelah melihat mobil Lionel meninggalkan drop-off area gedung tersebut. Dia pergi ke sisi kiri
sesuai perintah atasan barunya dan naik mobil pria itu. Mereka hanya terdiam tanpa ada obrolan sampai akhirnya Lionel mencapai lokasi di mana dia menurunkan sekretarisnya itu kemarin.Namun, ternyata pemimpin Microsite Shop itu tetap melajukan kendaraannya hingga benar-benar berhenti di
sebuah rumah yang teduh dan nyaman. Joanna tidak terkejut Lionel bisa mengetahui rumahnya dengan begitu mudahnya. Dia semakin merasa ciut berada di dekat pria itu.“Terima kasih atas tumpangannya, Tuan,” ucap Joanna sopan. Namun, Lionel mengunci pintu mobil sehingga Joanna tidak bisa keluar
dari mobilnya.Wanita itu memberikan tatapan yang mengandung kebencian terhadap Lionel dan pria itu dapat merasakannya sedari
awal mereka bertemu kembali. Namun, itu tidak membuat pria ini takut, justru dia merasa tertantang untuk mencari alasandi balik kebencian itu. Pria di sampingnya itu sengaja berlama-lama untuk melihat respon ketakutan itukembali, tetapi akhirnya dia merasa kasihan.“Jo, maaf, aku membuatmu tidak nyaman, tetapi aku bersyukur aku datang ke kota ini dan menemukanmu
lagi,” ucap Lionel tulus.“Buka pintunya!” bentak Joanna yang tidak ingin mendengar kata apapun keluar dari mulut pria di
sampingnya itu.Lionel masih bersikeras tidak mengizinkan Joanna keluar sebelum dia mengungkapkan isi hatinya. Dia
inginwanita itu mendengarkan penjelasan darinya dan bertanya mengapa dulu wanita itu meninggalkannya.Lalu tanpa diduga perhatiannya teralih ketika seorang bocah berseru memanggil Joanna, “Mommy!”
“Buka pintunya!” teriak Joanna kali ini lebih keras.Wanita itu semakin panik, sementara Lionel terkejut melihat seorang bocah laki-laki memanggil Joanna dengan sebutan ibu dan membuat wanita itu gelisah. Akhirnya ia membuka pintu sesuai permintaan Joanna. Lionel melihat sekretarisnya menghampiri bocah kecil itu dan cepat mengajaknya masuk ke dalam. Saking paniknya Joanna, pria itu jadi tidak fokus melihat wajah si bocah.Karena pintu rumah sekretarisnya tidak terbuka lagi, Lionel memutuskan untuk pergi dari sana. Entah bagaimana caranya dia sampai di hotelnya dengan selamat, saking terkejutnya dia dengan kenyataan bahwa Joanna sudah memiliki anak.Sementara itu, Joanna meminta kedua putranya untuk berkumpul di ruang tamu. Dia khawatir apabila Lionel sempat melihat putranya. Kedua putranya yang berusia 6 tahun itu menurut dan menunggu di ruang tamu sementara ibunya selesai mandi.“Dengar, kalian berdua, lain kali jika sudah malam jangan keluar rumah sembarangan seperti tadi,” tegur Jo
“Apa??” Lionel terkejut dengan permintaan ayahnya.“Iya, Tuan. Menikah dengan wanita yang fotonya ada di dalam amplop ini, atau sisa warisan ayah anda akan disumbangkan kepada yayasan yang sudah dipilih. Waktu yang diberikan ayah anda adalah satu tahun sejak anda menerima foto tersebut. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Saya permisi,” pamit pengacara itu setelah menyerahkan amplop tersebut.Lionel masih termenung dan tidak bergerak dari posisinya. Saat Jeff menghampirinya, baru dia berdiri dan menyimpan amplop itu di laci kedua ruang kerja ayahnya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dijadikan syarat oleh ayahnya.“Maaf, Tuan, mengganggu istirahat anda, tetapi ini laporan yang harus anda periksa dan tanda tangani untuk kerja sama dengan Soft Game Inc karena sudah tertahan selama tiga hari kemarin.” Jeff meletakkan dokumen tersebut di meja kerja. Dia meninggalkan tuannya sendirian karena dia masih berkabung."Baiklah, terima kasih, Jeff. Untuk sementara, kamu gantikan aku berada
“Gak mungkin! Ini gak mungkin.” Lionel tidak terima dengan isi surat itu. Lionel yakin jika dirinya tidak mungkin memiliki anak karena dia selalu bermain aman. Namun, foto-foto itu mengaburkan keyakinannya. Dia mengirim pesan kepada Jeff untuk menjemputnya besok di rumah ayahnya. Ya, pria itu sekarang sudah menempati rumah ayahnya karena diminta oleh pengacara ayahnya.**Di kediaman lain, kedua putra Joanna sedang mengerjakan tugas sekolah malam itu. Mereka tampak serius karena seharian ini mereka bermain di taman bermain dekat rumah mereka. Joanna menatap sendu kedua putranya dari kursi makan tempatnya duduk. Dia merasa bersalah kepada keduanya karena telah membuat mereka tidak memiliki figur ayah. Namun, wanita itu juga tidak ingin kedua putranya mengalami penolakan sepertinya jika ayah mereka tahu. Dulu pernah, saat mereka di usia 4 tahun, Galaxy bertanya mengapa tidak pernah terlihat sosok ayah. Ketika ditanya alasan, bocah kecil itu menjawab dengan polosnya bahwa dia ingin di
“Berikan datanya padaku, Jeff!” seru Lionel menutup panggilan itu.Lalu dia memeriksa tempat-tempat yang sudah dikirim oleh Jeff. Lokasi tersebut berada di lokasi yang berbeda dengan jarak yang berbeda pula. Lionel memilih tempat yang paling dekat dulu dan yang paling jauh dia minta asistennya untuk memeriksa di sana.Tanpa kata, pria itu melangkah dengan kakinya yang panjang untuk menuju tempat itu karena matahari belum berada di atas kepalanya.**Galaxy keluar dari halaman sekolahnya setelah bel berbunyi menandakan istirahat. Dia selalu bermain bersama dengan teman-temannya. Untuk Galen, dia tipe anak yang lebih pendiam dan belajar di perpustakaan. Jadi, anak kedua Joanna memilih untuk bermain dengan yang lain daripada saudaranya sendiri.Saking kencangnya Galaxy berlari, dia terjatuh karena tersandung saat keluar gerbang sekolah bersama teman-temannya.“Kamu baik-baik aja, Nak?” tanya seorang pria yang membantunya
“Whiterloom? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.” Lionel menggumam selama mengendarai untuk menuju ke kantor. Dua hari sudah pria itu absen dari kantor hanya untuk memenuhi permintaan ayahnya yang sebenarnya tidak masuk akal. Jika memang Lionel memiliki anak maka dia bisa memberikan biaya hidup untuk putranya asalkan tidak perlu menikah. Tiba di kantor, dia langsung menuju ke ruangannya dan memanggil Jeff untuk bertanya mengenai sesuatu. Pikirannya hanya terfokus pada satu nama saat ini. “Ya, Tuan?” “Jeff, bantu aku meningat nama Whiterloom? Sepertinya aku familiar, tetapi aku tidak bisa berpikir saat ini.” Jeff mengerutkan dahinya dan mencoba mengingat lalu dia tersenyum. “Tuan, itu adalah nama milik Joanna Whiterloom.” Lionel tercengang mendengar hal itu. ** Suasana hati Joanna sangat gelisah. Ada yang mengganjal di dalam hatinya dan dia tidak mengerti akan ada kejadian apa. Namun, dia berusaha tetap berkonsentrasi terh
“Gak mungkin. Mommy bilang kalo daddy sudah meninggal,” gumam Galen lirih. Saat Joanna selesai menghidangkan makan malam untuk mereka bertiga, kedua putranya diam dan tidak ada obrolan di antara mereka. Padahal biasanya mereka selalu bercanda dan itu aneh bagi ibunya. Namun, Joanna pikir akan bertanya setelah mereka makan malam agar bisa berdebat dalam keadaan tenang. Berbagai macam pertanyaan mampir di otaknya membuat dia tidak siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh kedua putranya. Apalagi kemarin Galaxy sudah menyinggung masalah ayah mereka. Pastinya putra bungsunya sudah bercerita ke saudaranya karena mereka tidak pernah menyimpan rahasia satu sama lain. “Mommy, ada yang ingin kita tanyain,” ucap Galen mencegah Joanna pergi dari meja makan usai mereka makan. Joanna menjadi gugup karena jika Galen yang sudah seperti itu dia tidak akan bisa menghindar. Jangan-jangan Galaxy sudah bercerita tentang obrolan mereka semalam. Di
“Memang kenapa?” tanya Lionel penasaran. Apakah sang putra tidak tahu bahwa mereka memiliki ayah? Galaxy menggelengkan kepalanya. “Aku melihat om mirip sekali dengan kakakku, sangat mirip. Kalo aku, lebih mirip ibu,” ucap bocah itu polos. Lionel bertanya kepada Galaxy siapa nama saudaranya hanya untuk tetap bercakap-cakap dengan putranya. “Galen. Om ingin ketemu dengannya juga?” Lionel hanya mengangguk. Tak bisa menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut si kembar. Jantungnya seakan diremas karena selama 7 tahun tidak pernah tahu keberadaan mereka. Entah, mendadak dia ingin mengambil peran sebagai ayah saat tahu dua orang putranya tidak memiliki sosok ayah saat bertumbuh. Apakah dia akan diterima dengan mudah oleh kedua putranya. Pikiran itu sering sekali memenuhi otaknya akhir-akhir ini. Informasi yang dia terima sungguh sangat mengejutkan dan mengacaukan beberapa aspek hidupnya. Namun, ketika melihat putranya, dia merasa siap untuk menebus kesalahan yang sudah dia lakukan. “La
“Ini tidak mungkin, Tuan,” tolak Joanna. Dia merasa ibunya tidak pernah memiliki hutang di mana pun.Ya, surat itu adalah surat hutang ibunya dengan menjaminkan surat rumah yang saat ini Joanna tempati. Namun, dia melihat secara jelas bahwa di sana terbubuh tanda tangan ibunya.“Kami tidak memalsukan, Nona, jika itu yang anda tuduhkan. Halaman berikutnya silakan dibaca mengenai sejak kapan tagihan tertunggak,” ucap pria yang sejak tadi memilih diam.“Tapi, ibuku tidak memberi informasi padaku. Satu lagi, ibuku meninggal setahun yang lalu,” terang Joanna.Kedua pria itu saling berpandangan lalu kembali menjelaskan kepada Joanna mengenai kontak yang diletakkan di sana. Namanya, tentu saja, dan nama seorang pria yang tidak asing.Joanna mengepalkan genggamannya setelah mengetahui nama pria itu. Sudah lama dia tidak mendengar nama itu. Nama yang sangat-sangat dibenci olehnya karena telah membuat kedua orang tuanya be