Share

Second Story: Aku dan Adikku

"Apa Lady Viyura bersikap aneh hari ini karena putra mahkota akan datang ke mansion ini untuk-?" ucap Klea.

"Apaan itu?!" tatapanku masih datar, padahal aku sedikit bingung.

"Pa-nge-ran??"

"Iya! Yang Mulia Pangeran Agnreandel Leansane Diamondver datang akan datang ke mansion ini untuk mengumumkan pertunangan dengan anda, Lady! Anda sangat menantikan ini dari kemarin-kemarin. Apa karena senangnya hingga lupa?"

Aku mencerna ucapan Klea. Lalu, aku terpikirkan tentang peristiwa saat Viyuranessa berumur duabelas tahun.

'Ternyata sudah kejadian yang ini, berarti aku saat ini sudah berumur dua belas tahun.'

Aku menekan bibir bawahku dengan jari telunjuk. Lalu, mataku yang datar, tiba-tiba terbuka lebar.

'Kesampingkan itu dulu, lebih baik aku menemukan keberadaan Azu. Semoga saja... dia merasuki orang itu!'

Sebelum aku pergi ke kamar saudari Viyuranessa, Celzurunessi Roseary, aku harus merapikan diriku, mengingat diriku adalah bangsawan. Padahal sebelumnya aku tidak peduli dengan penampilanku.

'Wanita ini sangat cantik,' pikirku yang memandangi diriku sendiri di cermin. 'Kalau dilihat-lihat, wajahnya mirip denganku. Mungkin karena ekspresi yang mirip. Hanya saja, iris mata dan mahkota wajah ini yang lebih memperindahnya.'

'Mungkin, aku akan menolak pertunangan itu untuk menghindari kehancuranku. Sayang sekali kan kalau wanita secantik ini hidup sia-sia hanya demi pangeran yang hanya memanfaatkannya? Haha...'

'Pangeran Agnreandel Leansane sengaja menggoda Viyuranessa untuk memanfaatnya hingga wanita bangsawan lain tidak mendekatinya. Hingga saat ia bertemu Si Protagonis, ia segera membuang Viyuranessa hingga Viyuranessa berakhir hancur.'

'Jika pertunangan itu bisa dibatalkan, mungkin aku tidak akan berhubungan dengan pangeran yang merupakan putra mahkota itu dan yang sering dikatakan pangeran kejam oleh orang-orang. Jadi... aku bisa menyelamatkan diriku dari akhir buruk dan mungkin...'

Tatapanku turun hingga akan terlihat jelas aku sedang sedih apabila dilihat orang lain.

'...untuk dirinya juga.'

Aku segera menghela nafas dan duduk di tepi kasur. 'Seorang pangeran yang dendam terhadap tunangannya. Wanita itu tulus mencintainya namun pangeran tidak pernah menghargai tunangannya dan ia terus bersikap kasar terhadapnya. Padahal kalau dilihat dari cerita itu, pangeran bisa saja mencintai Viyuranessa. Tetapi, cerita itu tidak pernah menceritakan secara detail mengenai perasaan pangeran. Keseluruhan cerita dari sudut pandang protagonis wanita.'

'My Story with Sadistic Prince, begitulah judul novel tersebut.'

'Bad ending. Diakhiri eksekusi Sang Pangeran dikarenakan banyak kudeta yang terjadi setelah Viyuranessa dieksekusi.'

'Duke Roseary memiliki banyak dukungan penduduk. Ia tidak akan terima dengan putrinya yang diperlakukan tidak adil seperti itu.'

***

"Apa anda gugup, nona?" ucap Klea.

"Sepertinya iya," ucapku, Viyuranessa yang segera berdiri.

'Aku gugup karena tidak tahu apa yang harus aku bicarakan untuk menolak pertunangan itu. Aku tidak seperti adikku yang pintar bicara karena kebiasaanku yang mengabaikan orang-orang dan terlalu terobsesi mempelajari semua ilmu pengetahuan.'

Aku segera keluar kamar, "Aku mau bertemu adikku! Dimana ia sekarang?"

"Mungkin ia berada di kamarnya," ucap Klea.

'Aku tidak tahu dimana, bodoh! Bukankah mansion ini banyak sekali ruangannya!' batinku dengan memaksakan senyumanku.

"Bisa kamu menuntun jalan? Kepalaku agak pusing karena malam tadi aku telat tidur."

"Baik, nona Viyura! Tapi, bukankah anda seharusnya istirahat saja! Dan anda harus menemui putra mahkota hari ini?!" Klea menunjukkan wajahnya yang khawatir kepadaku.

"Tak apa," aku menunjukkan ekspresi pemalu yang sengaja ku tunjukkan kepada Klea. "Se-sebenarnya, aku tidak bisa tidur... Hmm... Ka-karena... ... Aaa... I-ini terlalu memalukan untuk dikatakan!"

Klea hanya tersenyum jahil melihat reaksi yang sengaja ku tunjukkan. "Oh... Saya mengerti nona!"

Aku kembali memasang raut wajahnya seperti biasa. Seringai tipis terbentuk dari bibir merahku.

'Maaf Klea! Aku hanya berakting.'

***

Aku tiba di depan pintu kamar Celzurunessi. Lalu, ku ketuk pintu itu.

"Permisi!" ucapku. 'Pakaian ini berat juga!'

Pintu terbuka dan seorang yang berambut soft pink yang panjangnya sepinggang, terlihat olehku.

"Gaun ini cantik sekali! Ummm!!! Rambutnya juga!!" ucap wanita itu.

Tatapan ku datar tanpa ekspresi seperti biasa dan sudah bisa menebak sosok orang itu adalah adikku sendiri.

"Permisi!" ucapku tersenyum.

"Ya, apa?" ucap wanita itu.

"Bisa tidak kita bicara sebentar! Empat mata!" ucapku yang masih dengan tatapan datar.

"Kak Yu-!"

"Empat mata!" Aku membungkam mulut adikku dengan tanganku lalu melepaskannya.

"Hemp hemh!" Ia mengangguk.

"Maaf Klea! Bisa kamu siapkan ruangan untuk kami bicara," perintahku.

"Baik, Lady!"

***

Kedua kakak adik berada di sebuah ruangan yang memiliki jendela besar. Kami bisa menikmati pemandangan kebun mawar yang berwarna-warni yang berada di luar.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" ucapku. "Bagaimana kalau kamu saja yang bertunangan dengan pangeran? Mungkin tidak masalah karena kamu juga anak Duke."

"Tidak! Pokoknya tidak! Dia bukan tipeku," ucap Azu. "Aku mau cowok cool keren dan tampan. Bukannya cowok sombong, kejam dan labil seperti pangeran itu. Padahal, ia cerdas namun otaknya kurang waras. Aku tidak mau pokoknya!" Azu menepuk-nepuk meja seperti hakim yang sangat tidak ingin merubah keputusan.

Aku berpikir kembali. Jari telunjukku sibuk memukul pelan bibir lembutku, hal yang biasa ku lakukan saat berpikir.

"Bagaimana kalau kita hanya perlu menghindari kontak dengan tokoh protagonis. Jadi, lamaran itu tidak masalah."

"Tapi, kak Yui tahu juga kan kalau pangeran itu akan melakukan segala cara untuk membatalkan pertunangan itu. Dan membatalkan pertunangan juga pasti tidak semudah itu."

"Ia punya dendam pula kepada Viyuranessa. Seharusnya, aku mencari tahu tentang dendamnya. Tapi, sepertinya akan sulit," ucapku. "Kenapa novel itu tidak menceritakan dendamnya itu!? Ini menyulitkan saja! Kurang informasi!"

Sudut bibirku terangkat. Aku menyipitkan matanya dan menatap Azu untuk memberi kode bahwa aku sudah menemukan cara.

"Ya... kalau begitu. Kita lawan saja dia saat ia dengan beraninya mencoba menjatuhkan kita!" ucapku dengan tersenyum lebar yang hanya ku bisa tunjukkan kepada saudariku.

"Bukankah tidak ada yang berani melawan kita sebelumnya. Dan, karena karakterku memiliki sihir listrik dan kamu juga memiliki sihir api. Itu semakin memudahkan kita untuk melawan. Viyuranessa yang dulu tidak bisa melawannya karena ia terlalu mencintai pangeran itu. Ya aku sih tidak, mungkin...?"

"Benar juga itu, kak! Tapi, kok pake koma tidaknya?"

"Ya, aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi nanti," ucapku. "Lalu, aku akan mencari cara menggunakan sihir ini!"

Aku menyilangkan tanganku ke depan dada. "Dan, aku akan mempelajari semua tentang dunia ini. Pengetahuan tentang sains, aku sudah mempelajari semuanya. Jadi, aku hanya perlu mempelajari sihir dan pengetahuan sosial."

"Aku akan mencoba berlatih pedang dan beladiri dengan beberapa guru," ucap Azu. "Lalu, kita bisa mempelajarinya bersama."

"Jadi, mulai sekarang. Aku adalah Viyuranessa Roseary, seorang putri pertama duke Roseary. Kamu bisa memanggilku, kak Yu!"

"Aku adalah Celzurunessi Roseary! Kak Yu bisa memanggilku, Zu!"

'Dan begitulah cerita kami dimulai!' batinku alias Viyuranessa. 'Tapi, aku penasaran dengan suara yang meminta pertolongan kami. Siapa yang harus kami tolong?'

Tiba-tiba, aku merasakan denyutan pada dadaku. Karena tidak kuat menahan rasa sakit, aku pun terduduk di lantai dengan tangan kiri yang menompang beban tubuhku.

"Aaaakkkh!" Aku merasa sesak yang disertai sakit kepala.

"Ada apa, kak Yu!?"

Adikku, Celzurunessi segera mendekati kakaknya yang terlihat menderita. Namun, saat Celzurunessi akan menyentuh tubuhku, aku tidak merasakan denyutan itu lagi. Aku segera menghembus nafas panjang. Lalu, aku duduk di kursi.

"Apa yang terjadi, kak? Kenapa kakak tiba-tiba-"

"Entahlah, dadaku terasa berdenyut dan sakit kepala," aku terus menahan dadaku meskipun denyutan tersebut hilang, rasa berdebar masih tertinggal. "Kenapa jantungku tiba-tiba berdebar seperti ini?"

Aku tidak menyadari bahwa pipiku sedang merona merah. Aku juga tidak menyadari kalau aku sedang menyeringai. Tiba-tiba, aku melihat sebuah memori lama yang memperlihatkan seorang anak lelaki bersurai hitam yang sedang tersenyum tulus kepadaku.

'Kepalaku kembali terasa sakit!'

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status