Tok tok tok“Zah, kamu udah selesai nak? Tanya Bu ….Zahra yang mendengar Bundanya mengetuk pintu segera membukanya. “Zahra lagi siap-siap Bun.” Terlihat Zahra sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer yang ada di atas meja rias. Bu… tidak masuk dan hanya berdiri di ambang pintu.“Ya sudah siap-siapnya jangan kelamaan, teman keja kamu sudah menunggu di bawah, dia mau jempt kamu katanya.”Zahra mengerutkan keningnya.“Hah teman kerja? Si Deni?”“Bukan, bukan Deni, yang ini juga ibu gak kenal.”“Perasaan Zahra tidak menyuruh siapa pun untuk menjemput. Atau….” Zahra tampak berpikir.Ia membulatkan bola matanya saat nama seseorang terlintas di benaknya.“Bun, apa dia orangnya tinggi, tampan, dan memakai kacamata?” “Iya. Tuh kamu tahu, ya sudah ibu tunggu di bawa yah, cepetan siap-siap tidak enak kalau dia menunggu kamu terlalu lama.” Bu … menepuk pundak Zahra dan tersenyum, lalu meninggalkna kamar anaknya itu. Zahra kembali menutup pintunya, entah kenapa ia merasa aga kesal kar
Ini tentang rindu Rindu yang tak kunjung mendekap temu Rindu yang selalu membawa kenangan masa lalu Malam ini begitu indah, bulan dan bintang menghiasi langit, terlihat seseorang yang sedang berada dibalik jendela kamarnya, menatap keluar menikmati indahnya suasana malam. Terdengar kekagumannya terucap pelan, "betapa indahnya ciptaan Allah" dengan senyum yang memancarkan ketenangan diwajah tampannya. Terlihat dia sangat merindukan langit malam yang ia lihat dari balik jendela kamarnya itu. Setelah 5 tahun berada diluar negeri, akhirnya dia bisa menikmati pemandangan langit malam yang indah itu lagi. Melihat keindahan langit malam, mengingatkannya pada keindahan dan ketulusan hati seorang gadis yang pernah ia kenal. Seorang gadis yang pernah ia kenal. Seorang gadis yang baik hatinya, seorang gadis yang mampu mengubah hidupnya, 4 tahun yang lalu saat dia pertama kali mengenal gadis itu, saat dia menjadi siswa pindahan di salah satu SMA di kota kelahirannya, Jakarta. *** "Anak-anak
Tidak lama kemudian Fikri kembali dari kantin. "Mana cewek-cewek yang tadi sama kamu? "Deni bertanya ketika melihat Fikri ke kelas sendiri. "Mereka masih di kantin, aku tadi ke sini diam-diam." Jawabnya sambil tersenyum tipis. "Kelihatannya, cewek-cewek di sini langsung suka semua deh sama kamu di hari pertama kamu di sekolah. " "Pastilah, aku kan tampan." Fikri nyengir sambil membanggakan dirinya sendiri. "Kepedean banget kamu." Tertawa kecil. "Siapa yang pede coba, lihat aja tadi semuanya ngantri pengen kenalan sama aku." "Iya.. iya.. tuan tampan, tapi yang perlu kamu ingat adalah jangan pernah mempermainkan hati wanita." Deni memberi nasehat. "Tapi aku nggak janji ya." "Maksudnya?" Deni bingung. "Ya.. aku nggak janji, bagaimana kalau cewek-cewek itu yang gangguin aku terus." "Terserah kamu deh cuma aku kan cuma memberi nasehat." Deni kembali sibuk dengan bukunya. Begitul
Setelah beberapa lama, terlihat Zahra keluar dari kelas. Fikri memutuskan untuk keluar dari kelas juga titik terlihat Zahra sedang berada di depan perpustakaan. Ya, perpustakaan yang berada di samping kelas mereka itu memang masih tutup. Zahra duduk di teras perpustakaan itu, dengan nyaman memegang buku di tangannya. Zahra memang gemar membaca, meski baru beberapa hari Fikri mengenal Zahra tapi dia sudah tahu beberapa hal tentang Zahra, Fikri selalu memperhatikannya secara sembunyi-sembunyi. Fikri pun menghampirinya dan mengajaknya berkenalan. Meskipun dia sudah tahu nama Zahra tetap saja dia ingin mengajaknya berkenalan, setidaknya ada alasan untuk mengajaknya berbicara. "Hai, kamu Zahra kan?" Tanyanya dengan pertanyaan yang bodoh, dan duduk disampingnya. Namun tanpa diduga oleh Fikri, Zahra bergeser dari tempatnya duduk. Menjauh dari Fikri. Ya... Walaupun jarak mereka memang tidak terlalu dekat, tetapi tetap saja kelihatannya Zahra kurang nyaman dengan hal itu. "Maaf, tidak baik k
Malam itu Fikri yang sedang tertidur di kamarnya terkejut setelah beberapa kali seseorang memanggil dari luar dan mengetuk pintu. Dia tahu betul siapa yang memanggilnya. Dia enggan membuka pintu kamarnya dan memilih untuk tetap terlelap dalam tidur. perlahan suara tersebut sudah tidak terdengar lagi dan pintu telah berhenti diketuk."Sepertinya Fikri tidak mau makan Pah, dia mungkin masih marah sama aku. " Ibu Rani nampak sedih."Udah lama, mungkin dia lagi tidur. Mama makan saja, Fikri akan makan kalau dia sudah lapar nanti. ""Iya, Pah."Pasangan suami istri itu pun makan berdua tanpa adanya Fikri. Pak Kusuma, ayah kandung Fikri sejak setahun belakangan ini telah menikah dengan ibu Rani. Yah... ibu Rani adalah ibu tiri Fikri, iya adalah sahabat dari mendiang ibu kandung Fikri. Fikri yang tidak suka ayahnya menikah lagi saya akan memberontak, sejak ayahnya menikah lagi sikapnya berubah 180 derajat. Dari anak yang pintar, rajin dan tidak per
Beberapa Minggu ini Fikri sering datang lebih awal ke sekolah, agar dia bisa bertemu dengan Zahra yang juga selalu datang lebih awal. mereka jadi sering bertegur sapa, walaupun singkat. Tapi Fikri selalu menantikan hal itu. Alasan lainnya adalah dia tidak mau bertemu dengan mama tirinya. Suasana sekolah masih sepi sama seperti hari-hari sebelumnya, hanya beberapa siswa yang baru datang pagi itu. Fikri yang sedang duduk termenung di bangkunya terkejut dengan kedatangan Dewi. Ia agak bingung karena baru melihat Dewi datang pagi-pagi sekali ke sekolah, maklumlah dia salah satu siswa yang terkadang terlambat ke sekolah. "Hai Fikri." "Eh... Dewi?!" "Iya aku, ada apa, kamu menunggu seseorang? " "Eh,... tidak kok." Fikri pun berjalan menuju ke depan kelasnya dengan sedikit kecewa ia menghela nafas panjang. Dia sangat berharap hari ini bisa mengobrol dengan Zahra seperti kemarin tapi hari ini mungkin tidak. Dia hanya duduk di teras kelasnya sambil sesekali melihat siswa-siswi yang berdata
Sudah tiga hari ini Fikri tidak masuk ke sekolah,itu pun tanpa keterangan atau bisa dibilang dia bolos sekolah. Ada beberapa teman yang melapor kepada ibu Asnia selaku wali kelas XII.IPA 1 bahwa mereka melihat Fikri tadi pagi di sekolah tapi entah kenapa anak itu tidak pernah masuk ke kelas. Konsekuensinya adalah dikirimkan lah surat pemberitahuan dari sekolah ke rumah Fikri. Dan akibatnya Pak Kusuma menjadi sangat marah melihat tingkah laku anaknya itu yang belum juga bisa berubah. Siang itu seperti biasa Fikri pulang ke rumah pukul 14.00 seperti jam pulangnya di sekolah. Ayahnya sudah menunggu di ruang tengah. Dengan amarahnya masih belum mereda, Fikri melangkah masuk menuju kamarnya tapi Pak Kusuma menghentikan langkahnya saat berada di ruang tengah. "Fikri, kemari kamu!" Perintah Pak kusuma. dengan langkah yang berat Fikri memaksakan dirinya untuk mengikuti perintah ayahnya. Fikri pun duduk di kursi tengah berhadapan dengan ayahnya. Sementara ibu Rani sedang tidak berada di ruma
Krrriiinnggg...Suara alarm berbunyi nyaring di kamar cowok tampan itu. Dengan masih setengah sadar dia meraih jam weker di atas meja kecil di samping tempat tidurnya dan langsung mematikannya. Terlihat pukul 05.30 segera dia bangkit dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi.setelah bersiap-siap dia pun segera mengambil kunci sepeda motor dan berjalan keluar rumah, di tengah langkahnya terdengar suara memanggil." Fikri, sarapan dulu nak! " Ajak ibu Rani yang sudah pulang dari rumah saudaranya." Tidak. " Jawabnya dengan dingin dan melanjutkan langkahnya. Tanpa menoleh sedikit pun pada wanita yang mengajaknya berbicara. Sesampainya di luar rumah dia menyalakan motornya dan segera berangkat ke sekolah.Hari ini seperti biasa dia berangkat ke sekolah dengan cepat. Tetapi secepat-cepatnya dia ada yang selalu mendahuluinya sampai ke kelas. Dia adalah Zahra, Zahra memang murid yang paling teladan di sekolah