“Tembak,” perintah dari Ratha.Satu peluru melayang di udara dengan cepat mengenai roda mobil konvoi. Tembakan dari Agnes menyebabkan mobil tersebut oleng dan minggir menabrak pohon di jalun lintas hutan hujan. Pohon tersebut ambruk dan menghadang jalan.Ratha memencet tombol peledak dan menghancurkan jembatan di belakang konvoi mereka. Konvoi transportasi berisi sampel virus itu kini berhasil dihentikan. “02 konvoi berhasil dihentikan.”“Lanjut ke rencana berikutnya.” Jawab Lavrinda.Ratha melemparkan granat asap ke arah jalan. Kemudian dia memasang alat penglihatan panasnya supaya bisa melihat dalam asap. Dia memimpin semua timnya untuk menembaki para tentara yang menjaga konvoi tersebut.“Cek setiap kendaraan, VIP kita ada di salah satu kendaraan ini. Kode nama 05-1.” Kata Ratha.Dengan perlahan dia berjalan di dalam asap tebal dan menembaki tentara Brazil yang kebingungan. Ratha memecahkan kaca jendela mobil di sampingnya, “05-1 kamu di sini?”Dia hanya menemukan para tentara yang
“Hijau! Kami teman.” Sahut Ratha begitu mereka bertiga mendekati markas organisasi mereka di Brazil. “Kode operasi Operasi 8023!”“Oke! Cepat masuklah!” perintah para penjaga gerbang di pos luar. “Kami menunggu kalian. Kalian yang tercepat.”Gerbang baja besar itu terbuka perlahan, mereka bertiga memasuki area markas. Ratha sedikit kecewa melihat anak buahnya belum ada yang sampai. Dia segera ke pos luar untuk ikut mengabsen anak buahnya. Meninggalkan Elaina dan Agnes berdua.“Sejak kapan dia seserius itu?” tanya Elaina.“Semenjak Bos Herman mengijinkannya menikah dengan Lavrinda dan aku.” Jawab Agnes. “Maaf Elaina, tapi aku istri keduanya. Istri pertamanya kamu tahu sendirilah.”“Yah tidak apa-apa.” Jawab Elaina. “Aku kembali ke dalam sini saja sudah senang.”“Kamu mau ke mana setelah ini?” tanya Elaina lagi.“Mempersiapkan perjalanan pulang.” Jawab Agnes.“Emmm,” Lavrinda berkomunikasi dengan mereka. “03 jawab aku apakah semua pion sudah pulang?”“Cek, 25 orang sudah pulang.” Jawab
“Semuanya siap, kita harus lepas landas.” Elaina melapor kepada Ratha.“Tidak ingin menguji kemampuan dulu? Tentara Brazil bersama organisasi mafia dari negara Brazil sedang menuju ke sini.” Kata Ratha. “Mereka berkerja sama dengan tentara Brazil untuk menyerang di sini.”“Tidak, perintahnya adalah pulang.” Agnes tiba-tiba bergabung.Lavrinda menghubungi mereka semua. “Ganti rencana. 05-1 dan 03 tetap tinggal, aku ada tugas tambahan bagi kalian. 04 kamu bisa ikut pulang.”“Kalau begitu sekalian aku ikut mereka saja 02.” Balas Agnes. “Apa tugasnya? Aku tidak enak meninggalkan temanku di sini.”“Kalau kamu ikut berarti aku akan benarkan sebentar rencananya. Inti tugasnya adalah kalian membunuh salah satu petinggi pemerintahan Brazil. Mentri pertahanannya lebih tepatnya, dia mengkhianati kita.” Kata Lavrinda.“Kalau begitu kirimkan kargo suplai tambahan untuk tugas itu.” Sela Ratha. “Peralatan di sini minim dan tidak mendukung untuk menciptakan itu.”“Kamu sudah cukup Ratha. Aku akan men
Tubuh Ratha berkeringat dengan deras. Herman dan para peneliti lainnya segera masuk ke dalam ruang percobaan dan menyelamatkannya. Tubuhnya kini bergoncang-goncang layaknya orang kesurupan.Beberapa peneliti berusaha untuk menyadarkan Ratha yang berada di alam bawah sadarnya. Lavrinda memasuki ruangan itu dan mendekati kekasihnya. Ratha terdiam begitu Lavrinda ada di dekatnya.“Sepertinya di simulasinya dia terlalu berlebihan menggunakan kekuatan barunya.” Kata Herman.“Butuh waktu baginya untuk mengendalikannya Papa. Begitu juga dengan Agnes di ruangan sebelah.” Lavrinda memeluk kekasihnya yang tertidur tenang. “Copot peralatannya. Cukup untuk hari ini.”“Paling tidak dia hari ini harus mengendalikan laju mutasinya.” Kata Herman dan mencegah Lavrinda mencopot peralatan penelitian mereka. “Kejar target, besok para keluarga Freemason dan keluarga mafia besar lainnya datang untuk melihat hasil penelitian kita.”“Uuuh,” Lavrinda mendengus kesal. “Sambungkan aku dengan simulasinya. Gunaka
“Sayang,” Ratha berkata.Lavrinda telinganya berdiri dan mendengarkannya. “Ada apa?”“Apakah kita di lab itu juga mengembangkan virus?” tanya Ratha.“Hmmm.” Jawab Lavrinda. “Menurutmu?”“Saat koma, aku mengalami mimpi. Elaina kembali, Crandespol adalah tumbal untuk membangkitkan virus Adam, Hawa, Hawav2, Lilith. Apakah itu benar?” tanya Ratha. “Rasanya terasa nyata sekali.”“Kamu berbicara apa?” tanya Lavrinda. “Jangan ngomong yang aneh-aneh. Crandespol sebagai obat kanker saja. Dari penjualan obat kanker ini kita bisa kaya raya dan negara juga mendapatkan bagiannya.”“Lalu soal Elaina. Dia memang kembali, tapi kamu tidak boleh menyebut namanya di dekatku. Aku masih kesal kepadanya karena dulu dia mencoba merebutmu dariku.” Lavrinda beranjak dari sofa kamarnya menuju kasur tempat Ratha berada.Lavrinda menyalakan lampu tidurnya dan berbaring di samping kekasihnya. Gadis itu mengecup pipi kekasihnya sebelum tidur. Ratha membalasnya dengan memeluk istrinya dengan erat. “Selamat tidur.”
“Perjanjiannya tidak begitu.” Ratha menggebrak meja di hadapannya. “Anda mau berkhianat kepada kami?”“1 Milyar nilai semua narkoba itu. Lalu kamu susah menjualnya? Tidak usah takut dengan kartel kacangan. Kita didukung oleh negara.” Tambah Ratha.“Maaf, kalau uang setorannya kurang. Ada seseorang yang menghambat kami.” jawab Diego. “Anak SMA di daerah kami pada berkumpul dan menolak narkoba.”“Baiklah. Akan aku beri waktu lagi. Sekarang pulang ke daerah.” Balas Ratha dan mengusir anak buahnya itu.Pria itu berjalan perlahan di dalam kantornya. Kemudian mengunci dirinya di dalam kantornya setelah Diego pergi. Perasaannya tidak enak, ada sesuatu yang mengganjal tentang ingatannya.Pria itu berjalan perlahan di dalam kantornya, pikirannya berkecamuk. Setelah Diego pergi, dia mengunci pintu dan duduk di kursi kerjanya, mencoba merangkai kepingan ingatannya yang terasa ganjil. Ada sesuatu tentang kelompok anak SMA yang menolak narkoba itu. Sesuatu yang membuatnya tidak tenang.Ratha mengh
Mereka berdua berdansa diiringi lagu klasik. Kedua mantan kekasih tersebut beradu kelihaian dalam berdansa. Elaina tersenyum dan jatuh dalam pelukan Ratha. “Lavrinda dan Agnes saat ini masih pergi dalam waktu yang lama.”“Kamu mau keluar bersamaku untuk berjalan-jalan? Ini hari minggu, waktumu bersamaku seharian penuh.” Elaina bertanya.Ratha menatap lembut mata kekasih ketiganya itu. Dituntunnya mereka keluar dari ruang bawah tanah itu menuju kantornya lagi. “Sesampainya di atas kamu harus berpura-pura. Begitu juga denganku. Jika Herman memanggilku, itu pastinya ingatanku akan dihapus lagi. Gunakan kode itu lagi ya untuk membangkitkanku.”“Iya, aku tahu.” Elaina memeluk Ratha dengan erat sebelum mereka pergi dari ruang rahasia itu. Setelah keluar dari ruang rahasia, mereka bertindak seperti biasanya. Mereka berdua keluar dari gedung operasional organisasi mereka.Angin sepoi musim semi menerpa mereka. Jalanan lumayan sepi sore itu. Mereka berdua memilih berjalan kaki menuju taman di
Sedikit demi sedikit pria itu berjalan mendekati ujung tepian atap. Baru saja ia dipecat dari kerjaannya. Terbayang sudah bagaimana ia akan gagal membayar utang keluarganya. Dengan kekasihnya yang abusif lebih baik dia meninggal saja. “Aku akhiri saja hidup ini.”“Hei! Seenaknya saja numpang bunuh diri di gedungku.” Maria mendekati pria yang hendak melompat itu. “Turun!”“Ceritalah kepadaku, aku akan mendengarkannya.” Perintahnya.Pria menampakkan wajahnya. Muka lebam penuh dengan bekas pukulan. Pria tersebut duduk di pinggiran atap. Maria mendekatinya dan menuntunnya untuk menjauh dari pinggiran atap. Sekilas dilihat olehnya di bagian leher pria itu bekas sundutan rokok ada di mana-mana.“Sepertinya kamu habis saja mengalami hari yang buruk. Bagaimana kalau kamu cerita sekarang?” tanyanya.Pria itu terdiam, matanya tampak kosong. Tanpa Maria duga pria itu berlari ke arah pinggiran atap. Dikejarnya dan Maria berhasil menjegalnya untuk jatuh ke lantai. “Hei! Kamu kira membunuh dirimu m