Share

7

Sang supir menyalakan lagu Fly Me To The Moon untuk mempermesra suasana mereka. Lavrinda memberikan isyarat kepada sang supir untuk mengambil rute paling jauh. Supir mereka adalah seorang wanita.

“Apa Anda yakin Putri? Bagaimana kalau dia menolak?” tatap supir itu dari pantulan kaca tengah mobil.

“Yakin.” Lavrinda menjawab, dia mulai mendekatkan dirinya dengan Ratha. Dia meminta Ratha untuk mendekatkan kepalanya ke dadanya. “Boleh kah?”

Tangan Lavrinda perlahan mengelus paha Ratha. Raut muka Ratha tampak panik dan gelisah. Dia ingin menjawab tidak, tetapi Lavrinda sepertinya menginginkannya. “J-jangan! A-aku ... .”

Gadis itu menatap tajam mata Ratha seolah-olah mengancamnya. Ratha mengingat kembali kejadian traumatiknya di masa kecilnya, di mana ia dilecehkan oleh seorang biarawati tempatnya dibesarkan. “He-hentikan.”

Suasana hati Lavrinda berubah drastis dia mencekik leher Ratha. Ratha tidak bisa melawan karena di dalam dirinya dia tidak bisa dan tidak boleh melawan Lavrinda. Pria itu melemas dan memeluk Lavrinda.

“Kamu mau?” tanya Lavrinda.

Ratha mengangguk-angguk dengan pelan. Dia memelas dan menatap mata Lavrinda. Supirnya menyela mereka, “Yang ke bank jadi saya sendiri? Anda mau saya antarkan ke hotel terdekat?”

“Ya.” Jawab Lavrinda. “Maaf ya Agnes.”

“Tidak apa-apa Putri Lavrinda. Tumben dia tidak mengamuk.” Kata Agnes. “Dia langsung terdiam dan menjadi penurut sekali.”

“Obat baru yang dikembangkan oleh ayahku penyebabnya. Sekarang sepertinya aku mempunyai kendali penuh atas hidupnya.” Lavrinda membalas. “Aku masih penasaran siapa yang membuat dia mengalami trauma seperti ini. Bisakah kamu mencari tahunya Agnes?”

“Jemput kami di hotel besok pagi. Ini kartu aksesnya untuk masuk ke database orang-orang yang dihapus oleh negara.” Lavrinda memberikan sebuah kartu hitam dengan beberapa bagiannya bolong.

Setelah menurunkan Lavrinda dan Ratha ke hotel terdekat. Agnes bergegas menuju ke bank dan mendepositkan semua uang tunai yang diberikan oleh Lavrinda. Melihat kedatangan Agnes seorang staf bank langsung menyuruh Agnes untuk menemui pimpinan bank untuk mengurusi uang tersebut. Uang tersebut dicuci ke perusahaan luar negeri yang dengan sengaja memberikan bebas pajak bagi seseorang yang ingin berinvestasi ke negerinya. Dari sana uang tersebut kembali diputar masuk ke dalam rekening milik Lavrinda dalam bisnis legalnya sebagai dana investasi.

Selesai dari bank, Agnes menuju ke gedung pusat kearsipan daerah. Dia menuju ke komputer server kearsipan digital. Yang ia ketahui dari Ratha hanyalah dia mantan pasukan elit SAT 5905. Data dari semua pasukan tersebut sudah lenyap yang fisik. Yang tersisa di jejak digital mereka hanya beberapa kepingan foto sosial media dari mantan anggota 5905.

Ditambah lagi berkas negara soal perintah mantan presiden yang memutuskan menganggap anggota 5905 adalah musuh negara dikarenakan terlibat dan dibantu oleh AS. Dari awalnya pasukan yang ditetapkan sebagai anti terorisme, tiba-tiba dijadikan kambing hitam anti komunisme oleh presiden mereka.

Era Presiden Montengro memanglah brutal. Dari awal pahlawan kemerdekaan kini berubah menjadi musuh negara. Semua anggota 5905 harusnya telah dipenjara seumur hidup. Tapi beberapa diantara mereka ada yang bebas bersyarat. Tapi dia tidak menemukan nama Ratha di dalam daftar bebas bersyarat itu.

Hari sudah malam, dia memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Dengan membawa beberapa berkas penyelidikan yang ia bawa. Hingga dia mendapatkan telepon dari Herman.

“Hentikan Agnes. Kamu tidak usah menyelami lebih dalam. Berikan file yang aku kirim ke surelmu untuk putriku bila dia penasaran dengan Ratha.” Kata Herman. “Jika kamu menggalinya lebih dalam. Kamu bisa kubunuh.”

“Baik. Mohon maaf atas kelancangan saya.” Jawab Agnes. “Putri Lavrinda menyuruh saya.”

“Tidak apa-apa. Dia saat ini sedang bersama Ratha kan?” tanya Herman.

“Benar, di hotel.” Jawab Agnes.

“Terima kasih.” Herman menutup telponnya.

Herman kembali berfokus terhadap kerjaanya. Di depannya kini ada Adler yang sedang minum ditemani oleh para kelinci bar. “Jadi tuan wakil presiden. Anda memintaku untuk ekspansi ke luar?”

“Ya.” Jawab Adler. “Banyak uang yang bisa dihasilkan di sana.”

“Kalau begitu pinjami saya tentara untuk melawan Nx9.” Balas Herman. “Kalau saya menggunakan orang saya sendiri. Saya yang bisa dituduh nantinya. Apalagi jurnalis dan wartawan di luar susah disuap.”

“Saya dengar juga kepala polisi daerah dan kepala tentara daerah di sana susah dan sudah disuap oleh Nx9.” Tambah Herman. “Tolong mutasikan dia ke sini dan pindahkan orang-orang saya di sini ke sana.”

“Kalau kamu mau meminta lebih bantuanku. Maka asasinasi dahulu presiden sekarang. Ketika aku dilantik menjadi presiden, barulah aku akan menjadikanmu penasihatku dan kamu bisa punya lampu hijau.” Ucap Adler. “Itu skenario pertama kalau kamu berani. Skenario kedua ya ekspansi tadi tanpa bantuan.”

“Aku akan coba opsi pertama. Bisakah Anda membantuku menyusupkan orangku ke jajaran pasukan pengawal presiden?” tanya Herman.

“Bisa.” Jawab Adler. “Mau berapa orang?”

“Satu saja. Sisanya tolong Anda isi dengan pengawal presiden yang pro dengan Anda.” Jawab Herman. “Ratha saja sudah cukup menurutku untuk mengeksekusi presiden. Apalagi dia punya motif tersendiri untuk membenci presiden.”

“Kalau begitu dariku akan aku susupkan Pedro.” Adler berkata. “Keponakanku itu handal dan bisa mengimbangi Ratha aku rasa.”

“Kamu perlu cetak biru istana negara? Juga detail tentang pengamanannya?” tanya Adler.

“Tolong berikan. Supaya anak buahku bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat.” Jawab Herman. “Aku akan melakukannya minggu depan saat putriku juga menyusup ke gedung pusat militer.”

“Benar sekali, satu-satunya aparat keamanan yang susah kita sogok adalah departemen pertahanan dan intelejen. Mereka masih setia terhadap negara ini bukan terhadap uang. Ada sebuah skandal di dalam sana dan aku harap putrimu bisa menemukan informasi dan datanya untuk dikirimkan padaku. Dengan begitu aku bisa mengganti orang-orang yang susah disogok itu dengan orang kita.” Kata Adler panjang lebar.

“Garis waktunya harus urut. Dimulai tewasnya presiden dahulu, lalu Anda dilantik menjadi pengganti presiden, barulah Anda mengungkap skandal departemen pertahanan.” Balas Herman. “Bagaimana dengan pihak asing? Mereka tidak ada yang tertarik dengan campur tangan politik kita?”

“Sejauh ini hanya AS yang sering kali berupaya menyusupkan mata-mata dan mencoba menyuap orang kita menjadi agen ganda. Selama kita masih liberal, seperti mereka tidak akan mencoba ikut campur lebih panjang. Apalagi mereka baru saja malu di muka internasional karena dulu ketahuan mendukung pemberontak ekstremis religi di sini.” Kata Adler. “Semua negara yang pernah diobrak-abrik AS pasti akan mendukung kita.”

Ponsel Herman berbunyi, ada panggilan dari putrinya. “Sebentar Adler, ini panggilan dari Lavrinda.”

“Ada apa putriku?” tanya Herman.

“Papa, aku ingin orang yang dulu menyebabkan trauma kepada Ratha untuk ditangkap. Oleh karena itu aku meminta Agnes untuk menggali informasi lebih jauh. Tapi Papa menghalangiku.” Jawab Lavrinda.

“Kalau itu maumu. Ya sudah, akan Papa siapkan.” Balas Herman.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status