Share

BAB 7

HAPPY READING

Kafka menatap Naomi, ia memperhatikan garis wajah wanita itu, dia memiliki struktur rahang berbentu v, hidungnya kecil mancung, bulu matanya lentik dan alisnya terukir sempurna. Ia akui bahwa waniita di hadapannya ini sangat cantik, bahkan lebih cantik dari pada yang ia lihat di layar ponselnya. Ia lalu mengulurkan tangannya kepada wanita itu.

Kafka mengelurkan tangannya kepada Naomi, “Saya Kafka,” ucap Kafka.

Naomi memandang sekali lagi iris mata elang itu, ia sebagai wanita beradap dan memiliki tata kerama dan sopan santun. Tentu saja tidak mengabaikan pria yang ingin berkenalan dengannya. Naomi membalas uluran tangan pria itu.

“Saya Naomi,” ucap Naomi, ia merasakan kehangatan di permukaannya.

Sedetik kemudian ia ingin melepaskan tangannya, namun Kafka menahannya. Naomi menatap mata elang itu lagi, pria itu menyungging senyum dan lalu melepaskan tangannya. Enzo mempersilahkannya duduk, ia memilih duduk di samping Reni.

Naomi memandang Enzo menuangkan wine ke dalam gelas bertangkai tinggi itu. Lalu server datang membawa empat menu special berupa sofia cured salmon, vegetable millefeuille, dan sticky dates pudding. Naomi menatap Reni menyesap wine, ia juga ikut meraih cangkir bertangkai tinggi itu, menyesapnya secara perlahan.

“Kalian dari tadi di sini?” Tanya Reni membuka topik pembicaraan agar suasana mencair.

“Baru datang juga kok, sekitar 20 menit yang lalu,” ucap Enzo, ia melirik Naomi yang hanya diam menatapnya.

Enzo memandang Naomi, dia adalah sahabat tunangannya yang berstatus single parent. Menurutnya Naomi itu wanita yang sangat berkelas dan elegan, yang pantas bersanding dengannya sekelas dokter Kafka. Dia memiliki pendirian yang kuat, memahami situasi dan sangat percaya dirinya dengan valuenya sendiri. Lama terdiam beberapa detik.

“Pernikahan kalian bagaimana?” Tanya Kafka, sambil memperhatikan Naomi yang bergerak secara natural.

“Well, baik. Semua WO yang ngurus, fitting baju sudah selesai, 97 persen sudah selesai,” ucap Enzo.

Reni melirik Noami, “Lo kapan nyusul,” Reni terkekeh.

Naomi tertawa, ia tahu bahwa arah pembicaraan pasti ke sini, sejujurnya ia sudah bosan ditanya kapan menikah,

“Doain aja ketemu jodohnya.”

“Emang udah ada jodohnya?” Tanya Enzo.

Naomi tersenyum, “Belum ada.”

“Sama dokter Kafka aja ya Mi, dia juga nyari jodoh, kalau sama kamu mungkin cocok.”

Naomi melirik Kafka yang memandangnya, ia akui bahwa pria itu tampan dan terlihat berkelas. Sekilas ia melihat jam tangan yang dikenakan Kafka. Jam tangan merek Rolex. Ia tahu untuk melihat status pria itu sukses atau tidak, bisa dilihat dari jam tangan dan sepatu yang digunakannya, dari situ ia bisa melihat kaya atau tidak si pria.

Ia sudah lama bergelut di dunia fashion, pria dengan jam tangan bagus bisa disimpulkan dia sudah berada di level atas. Saat itulah seseorang sudah mencapai titik di mana, diia ingin memberi hadiah pada diri sendiri. Jam tangan dikenakan Kafka itu memiliki image sukses dan kesejahteraan. Jam tangan itu sudah berada di pergelangan tangan, maka segala sesuatu akan berhubungan dengan status social. Ia tahu bagaimana membedakan barang palsu dan asli. Ia yakin jam tangan yang melingkar di tangan Kafka itu Rolex original.

Naomi tersadar, kenapa b ia menelisik apa yang dikenakan Kafka, padahal ia sama  sekali tidak ingin mengenal pria manapun lebih jauh.

“Iya, kan Ren?” Ucap Enzo lagi.

“Iya, bener banget tuh. Siapa tau cocok,” Reni memasukan makanan ke dalam mulutnya, ia menatap Naomi yang hanya diam.

“Kamu mau nggak?” Tanya Reni lagi.

Naomi tersenyum, ia tidak enak jika menolak di hadapan pria itu langsung, “Belum kenal Ren, jadi nggak tau cocok apa nggak,” ucap Naomi, ia sekilas melirik Kafka yang sepertinya menunggu jawabannya.

Kafka menarik nafas, ia memasukan makanan ke dalam mulutnya, “Pelan-pelan aja kenalannya,” ucap Kafka, ia memang tidak berbohong bahwa ia memiliki ketertarikannya pada wanita itu.

Naomi kembali meraih gelas bertankai tinggi itu, ia melirik Kafka, pria itu menatapnya. Pria itu tersenyum kepadanya. Mereka berempat makan dengan tenang, dan obrolan seputar persiapan pernikahan Reni dan Enzo.

Semua orang tahu bahwa profesi dokter merupakan incaran para wanita di luar sana. Setiap wanita ada kebanggaan tersendiri, kesan kharismatik, serta kehormatan di mata masyarakat, serta banyak mimpi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di fakultas kedokteran. Bahkan orang tuanya sangat menyukai adik ipar nya yang berprofesi sebagai dokter spesialis. Serta profesi dokter memiliki pendapatan yang besar, hidup elegan. Entahlah rasa ketertarikan itu belum nyampai ke hatinya.

Akhirnya makan malampun selesai, Enzo membayar bill. Lalu mereka berempat keluar dari restoran. Menurutnya tidak ada yang special pada pertemuannya dengan Kafka. Pada dasarnya ia memang tidak ingin terlalu dekat dengan pria manapun, bahkan ia mengunci pintu hatinya, sejak lama.

“Naomi.”

Naomi menoleh ke samping, ia menatap Kafka, “Iya.”

“Boleh saya antar kamu pulang?” Tanya Kafka.

Naomi melirik Reni yang berada di sampingnya, ia tahu bahwa pada akhirnya kejadian akan seperti ini, karena pada dasarnya Enzo dan Reni, menjodohkan dirinya kepada Kafka. Naomi menarik nafas, ia mengangguk.

“Iya, boleh,” ucap Naomi.

Kafka mendengar itu lega luar biasa, ia tidak menyangka bahwa Naomi menerima ajakannya. Ia tersenyum penuh arti, ia lalu melangkahkkan kakinya plataran mobil. Ia melihat Kafka mengeluarkan central lock dari saku celananya, dan membuka kunci itu. Ia melihat sebuah mobil lampu depannya menyala, mobil SUV Mercedes-Benz berwarna putih itulah ternyata miliki Kafka. Ia tahu betul bahwa mobil itu di hargai dengan fantastis.

Reni yang mendengar itu menyungging senyum, “Lo balik sama Kafka?”

“Iya.”

Ia melihat Kafka masuk ke dalam mobil lalu power window itu terbuka. Kafka menatap Reni dan Naomi di sana.

“Lo hati-hati ya Mi, pulangnya,” ucap Reni.

Naomi mengangguk, “Iya, lo juga.”

“Dah, Ren, Enzo, kita pulang dulu ya,” ucap Naomi.

Naomi membuka  hendel pintu, ia mendaratkan pantatnya di kursi, tidak lupa memasang sabuk pengaman. Semenit kemudian mobil Kafka meninggalkan area restoran. Naomi menatap Kafka sedang memanuver mobil, dia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status