Share

Mendapatkan Bukti

Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai marmer menggema. Kara berjalan seorang diri melewati lorong hotel yang begitu sepi. Ia beberapa kali celingak-celinguk mencari lelaki dan wanita yang tadi diikutinya. Mereka melangkah terlalu cepat membuatnya hilang dari pandangan Kara. Tadi sengaja menjaga jarak agar tak ketahuan, tapi malah kehilangan targetnya. Ia berhenti sejenak saat di depannya terdapat dua lorong yang berbeda arah.

"Mereka pergi kemana yah?" ucapnya kebingungan. "Cap cup cup ajalah. Cap cup cup kembang kuncup pilih mana yang mau dicup.... Ah, kanan!"

Kara memilih lorong di arah kanan. Berharap pilihannya tidak salah. Ia segera melangkah agar tak kehilangan orang yang dicarinya. Di sepanjang lorong ia tak melihat siapapun. Membuat Kara mulai meragukan pilihannya. Ia semakin jauh melangkah, tapi tetap saja belum menemukan kedua manusia itu. Kara berhenti berjalan saat merasa ia mulai jauh. Ia menghela nafas panjang. Merasa usahanya gagal.

"Sepertinya mereka tidak disini. Lebih baik aku kembali ke tempat tadi."

Kara melangkah lunglai karena tak menemukan Arzan dan wanita tadi. Padahal mereka sudah di depan mata. Ia harus kehilangan bukti yang bisa dijadikan alasan agar banyak orang yang membenci lelaki itu.

"Kenapa kamu mengajakku kesini? Bagaimana jika ada yang melihat."

Kara menghentikan langkah saat samar-samar mendengar suara lelaki yang familiar. Ia berjalan berjinjit agar suara langkahnya tidak terdengar jelas. Kara meletakan tangan di telinga agar bisa memperjelas suara yang didengarnya tadi.

"Tidak ada yang akan melihat kita. Disini sangat sangat sepi. Hanya ada kita berdua," saut seorang wanita.

Suara tersebut membuat Kara mengetahui keberadaan orang tersebut. Ia segera menempel ke tembok, mengintip ke arah dua sejoli yang tengah bermesraan. Posisi mereka saling berhadapan. Kara bisa melihat jelas wajah mereka. Arzan menengok kesana-kemari saat wanita itu menurunkan bajunya. Membuat belahan dadanya semakin terlihat.

"Jangan seperti ini! Bagaimana jika ada yang datang?" ucap Arzan takut ketahuan.

"Jangan khawatir! Disini aman kok," pinta wanita itu manja.

Wanita seksi itu menggelayut manja dileher Arzan. Arzan hanya berdiri tak berminat. Sepertinya ia malas meladeninya. Wanita itu terlihat agresif dengan menarik kedua tangan Arzan agar memeluk pinggangnya. Arzan berniat melepasnya, tapi wanita itu langsung menarik kepala Arzan agar merapatkan wajah mereka. Bibir mereka mulai menyatu. Awalnya hanya wanita itu yang mencium bibir lelaki itu. Namun, sepertinya Arzan mulai terpancing dan membalas ciuman wanita seksi itu.

"Cih, sok nolak padahal mau!" cibir Kara.

Ia segera mengeluarkan ponselnya untuk memotret kedua sejoli yang tengah hanyut dalam buaian ciuman mesra. Sebenarnya Kara sedikit geli melihat kejadian seperti itu secara langsung. Dia masih termasuk wanita polos yang belum melakukan hal seperti itu. Tapi demi bukti untuk menjatuhkan Aktor itu, ia rela melakukan ini. Setelah keduanya melepas ciuman mereka, Kara langsung bersembunyi di tembok agar tidak ketahuan. Ia bersorak dalam hati karena berhasil mendapat apa yang diinginkannya.

***

Ruangan yang didominasi warna putih diisi oleh seorang wanita muda yang tengah berbaring di kasurnya sambil tersenyum riang. Tangannya memegang ponsel yang sejak tadi dimainkannya. Ia memeriksa foto-foto hasil jepretannya. Senyumnya mengembang lebar menikmati foto tersebut.

"Bagusnya di upload kapan yah?" tanyanya pada diri sendiri.

Kara diam memikirkan waktu yang tepat. Ia pikir mungkin orang-orang akan mempercayainya. Tapi apakah banyak yang akan percaya atau malah lebih banyak yang tidak mempercayainya. Arzan punya banyak pendukung dengan pemikiran yang berbeda-beda. Yang berpikiran lurus mungkin akan dengan mudah percaya. Sedangkan yang sudah tergila-gila padanya mungkin akan mencari pembenaran dengan berbagai alasan.

"Bagaimana caranya agar lebih banyak yang percaya pada bukti yang kutunjukan?" Kara berusaha berpikir keras. Ia menjentikan jari saat mengingat sesuatu. "Malam ini kan, Arzan dan teman-temannya ada rencana untuk bersenang-senang. Mungkin saja aku bisa menemukan sesuatu disana."

Kara langsung melompat turun dari kasurnya. Ia menarik kopernya untuk memeriksa baju yang mungkin cocok digunakan untuk acara malam.

Wanita itu memilih menggunakan sebuah dress hitam selutut dengan lengan pendek. Rambutnya yang selalu lurus, untuk pertama kalinya ia tata menjadi Curly. Agar tak terlalu dikenali, wajahnya yang biasanya di make up natural kini terlihat seperti orang yang berbeda dengan make up tebal. Meski dengan dandanan tebal, Kara tetap terlihat cantik seperti biasanya. Meski sebenarnya ia kurang percaya diri karena tidak terbiasa.

Kara melihat jam dipergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul delapan malam.

"Aku harus buru-buru memeriksa keberadaan laki-laki itu. Semoga dia masih di kamarnya," harap Kara.

Kara berjalan keluar dari kamar penginapannya. Ia melangkah pelan mendekati pintu kamar sebelah. Telinganya ia tempelkan di dekat pintu untuk memeriksa apakah masih ada orang di dalam sana. Kara masih bisa mendengar suara grasak-grusuk dari dalam. Berarti lelaki itu masih di kamarnya. Ia memutuskan menunggu di depan kamar miliknya agar tak terlalu mencurigakan.

Beberapa saat kemudian, hampir satu jam menunggu. Lelaki itu belum juga keluar dari kamarnya. Kara bahkan melepas high heels yang digunakannya karena kakinya sudah kebas berdiri terlalu lama. Ia berjongkok sambil mengurut betisnya pelan. Kara tak bisa masuk ke dalam kamarnya karena takut jika Arzan keluar, tapi ia tidak melihatnya. Pengorbanan ini semua ia lakukan demi mendapatkan bukti yang lebih meyakinkan.

Suara pintu terbuka terdengar membuat Kara buru-buru masuk ke dalam kamarnya. Ia mengintip lewat pintu.

"Baik, aku segera kesana." Arzan keluar dari kamarnya sambil menelpon seseorang.

Kara baru keluar saat Arzan mulai jauh. Ia segera mengenakan kembali heels-nya. Tanpa menunggu lama lagi, ia segera mengikuti lelaki itu.

***

Arzan masuk ke dalam sebuah bangunan mewah yang terletak tak jauh dari hotel. Terlihat beberapa anak muda juga masuk bergerombol. Kara segera masuk agar tidak kehilangan jejak. Ia langsung bersembunyi saat melihat Arzan dan teman-temannya sedang mengobrol.

"Bagaimana persiapannya? Sudah selesai belum?" tanya Arzan pada salah satu temannya.

"Pastilah, Bro. Semua yang kita butuhkan sudah siap sedia. Tinggal dinikmati saja!" balas temannya disertai tawa.

"Aku sudah tidak sabar," celetuk salah satu di antara mereka sambil menggosokkan kedua telapak tangannya.

"Ayo cepat masuk."

Mereka semua masuk ke dalam sebuah ruangan. Kara mendekati ruangan itu setelah pintunya tertutup. Ia berjalan sesantai mungkin agar tidak terlihat mencurigakan. Saat di depan pintu, ia memegang dan mendorong kenop dan ternyata pintunya tidak terkunci. Kara membukanya sedikit agar bisa melihat keadaan di dalam ruangan itu. Mulutnya menganga tak percaya melihat banyak wanita seksi yang mengapit lima lelaki yang ada di dalam, termasuk Aktor Arzan. Deretan beer dan alkohol terdapat di atas meja. Suara musik memenuhi ruangan tersebut.

"Sepertinya ini adalah tempat karoeke. Tapi, tidak mungkin mereka hanya sekedar bernyayi. Dengan wanita seksi sebanyak itu," pikir Kara mengamati.

Kara segera mengambil ponselnya untuk mengambil foto keadaan di dalam sana. Ia tersenyum bahagia. Berhasil mendapatkan bukti yang lebih meyakinkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status