Hari ini adalah hari senin pagi yang seperti biasa selalu sibuk. Aktifitas dan rutinitasku sebenarnya sama saja seperti pria-pria lainnya. Tetapi pada hari ini adalah hari yang lumayan sibuk bagiku karena pekerjaanku yang sebagai seorang kepala sekolah SMA swasta favorit dikota ini harus datang sedikit lebih awal dari hari biasanya karena ada acara kenaikan kelas dan penerimaan rapor siswa yang mana mengharuskanku menandatangani setiap lembar rapornya.
Aku pun hanya sempat sarapan pagi ala kadarnya,bukan karena aku tidak memiliki seseorang istri yang pandai memasak,tetapi karena kesibukanku itulah yang membuatku tidak bisa selalu menyempatkan pagi hari yang lebih lama kepada istriku dan putri kecilku.
Setelah memakan 2 keping roti dan segelas susu coklat,aku beranjak pergi dari meja makan tanpa sempat mengecup kening istriku. Dan aku agak sedikit tergesa-gesa karena aku rupanya terlambat untuk bangun pagi lebih awal. Jadi aku harus bergegas melajukan mobilku supaya cepat sampai disekolah.
Tidak kusangka, ternyata hari ini adalah hari terakhirku melihat istriku tercinta dan juga putri kecil kami. Karena kecerobohanku yang ternyata lupa membawa jurnal kegiatan para guru, aku jadi tidak fokus memperhatikan jalanan didepan mataku, karena aku sibuk melihat kesamping kemudi mobil tanpa tahu ternyata pada arah yang berlawanan dari depan mobilku melaju begitu kencang truk besar bermuatan alat berat. Dan aku tidak sempat menghindari truk itu.
Dan tiba-tiba saja seseorang berpakaian serba hitam datang menghampiriku dan mengatakan bahwa waktuku didunia ini sudah habis. Aku hanya terperangah, dan merasa bingung apa yang sebenarnya telah terjadi kepadaku.
"Joshua Abraham, usia 40 tahun. Anda pada hari ini harus segera pergi bersama-sama denganku menuju ke alam keabadian." Ujar lelaki itu tegas kepadaku.
"Siapakah anda ini sebenarnya,dan kenapa saya harus ikut dengan anda?, saya ada urusan yang begitu penting saat ini. Saya harus bergegas untuk sampai ke sekolah tepat waktu". Jawabku sedikit marah kepada pria itu.
"Tolong sadarlah Joshua,lihat didepan sana ada apakah itu?". Pria itu mengarahkan ku untuk melihat kerumunan banyak orang didepan ku.
Dan segera saja aku mencoba menerobos kerumunan orang-orang itu untuk melihat apa yang sebenarnya telah terjadi. Betapa terkejutnya aku, bahwa pria yang terbujur kaku tak berdaya yang berlumuran darah itu adalah diriku sendiri.
"Tidak,tidak mungkin ini terjadi kepadaku!!". Mengapa aku harus seperti ini, lalu bagaimana Elena dan putriku?". Aku hanya bisa terisak memandangi tubuhku yang sudah tak bernyawa lagi.
"Joshua sekarang anda sudah paham kan apa yang sebenarnya telah terjadi kepada diri anda?". Kata pria berpakaian hitam itu kepada ku.
Jadi aku hanya bisa menuruti perkataannya tanpa bisa kembali kerumah untuk hanya sekedar mengecup kening Elena dan juga putri kecil kami
Sesampainya di alam keabadian,aku bertanya kepada pria itu apa yang akan terjadi kepadaku setelahnya. " Lantas seperti apa langkah yang harus kujalani selanjutnya?".
Dan pria itu menjawab, "Aku tidak berkuasa atas apapun yang akan terjadi kepadamu nanti. Silahkan anda bertanya sendiri kepada Tuhan". Jawabnya datar
Dan saat pria itu menghadapkanku kehadapan Tuhan, aku tanpa basa-basi bertanya kepada Tuhan. "Mengapa ketidakadilan ini terjadi kepadaku, Tuhan?".
Tuhanpun menjawab, "Bagaimana bisa kau berkata seperti itu!.Dirimu sendirilah yang telah menyia-nyiakan kesempatan berharga yang selalu aku berikan kepadamu,selagi kau masih hidup.Tetapi kau hanya sibuk dan selalu sibuk dengan pekerjaanmu tanpa menyempatkan waktumu untuk membahagiakan keluargamu, yaitu anak dan istrimu,tanpa dirimu menyadari bahwa ternyata sudah habis waktu yang Aku telah berikan kepadamu".
"Tapi Tuhan jika aku meninggalkan mereka seperti ini, lantas bagaimana Elena bisa membesarkan putri kami sendirian?". Aku hanya bisa terisak saja kepadaNya.
"Aku tidak peduli akan hal itu Joshua, sekarang kau harus segera naik ke surga. Karena disanalah seharusnya dirimu berada". Jawab Tuhan kepadaku.
Tetapi aku terus saja meminta dan memohon kepada Tuhan agar mengijinkan ku untuk kembali menebus semua kesalahanku kepada Elena dan putri kami.
" Tuhan, aku hanya ingin membahagiakan Elena dan anak kami saja. Waktu pernikahanku yang telah kujalani dengan Elena yang berlalu begitu saja tanpa ada hal yang berarti,membuatku tidak tega meninggalkan mereka". Seruku kepadaNya
"Baiklah, Joshua.Jika itu keinginanmu, maka kau bisa kembali ke dunia dengan beberapa syarat dariku, dan kau hanya bisa mengikuti alurnya,tanpa menyia-nyiakan sehari saja kehidupanmu nanti!". Begitu jawab Tuhan kepadaku
Dan segeralah Tuhan meminta pria yang berbaju hitam disebelahku untuk mendampingiku kembali ke dunia,dan memberikanku dan mengingatkanku syarat-syarat yang aku harus patuhi nantinya.
Maka seketika itu juga kami telah pergi kembali lagi ke dunia. Dan pria itu mengatakan kepadaku bahwa saat ini kami sedang berada pada 20 tahun, dihari dimana kematianku telah berlalu
"Joshua mari kita lihat apa yang dikerjakan oleh Elena istrimu". Pria itu membawaku kesebuah sudut warung makan kecil dipinggir jalan,dimana rumah kami yang kami selalu tempati berada di sisi paling kiri,pada jalan dibelakangnya.
"Mari dicoba sup abalone menu favorit hari ini, Bapak dan Ibu serta saudara-saudari sekalian!. Karena hari ini adalah hari Senin, saya memberikannya cuma-cuma sebagai menu pendamping menu utama warung makan kami!". Elena mempromosikan sup abalone buatannya kepada beberapa pelanggan yang mampir untuk membeli makan siang pada hari itu.
Aku hanya bisa menatap wajah cantik yang telah berkeriput yang menunjukkan bahwa usianya tidaklah lagi muda. Ya, Elena dari kejauhan,tanpa bisa menghampirinya. Begitu pilu rasanya,ketika melihat wanita yang aku cintai itu hidup bersusah payah untuk menghidupi putri kami sendirian.
Dari dalam warung itu muncullah seorang gadis cantik yang sedang sibuk membantu Elena melayani para pembeli. Dialah putri kecilku yang ternyata sudah tumbuh menjadi gadis yang rupawan, yang tidak kalah cantiknya saat Elena masih muda.
Elena dan putri kami Luna, sibuk kesana kemari melayani pelanggan mereka hari itu, meskipun hanya warung makan kecil,tetapi tidak sedikit orang yang rela menunggu untuk meja dan kursi yang kosong yang bisa mereka tempati untuk menghabiskan makan siang mereka disana.
Baru aku menyadari ternyata begitu lezat masakan Elena, tanpa sadar aku meninggalkannya tanpa memujinya dihari kepergianku saat itu, karena sudah menyediakan sup abalone favoritku. Tetapi aku hanya memakan 2 keping roti dan susu saja dan tidak sedikitpun menyentuh sup abalone buatannya. Tanpa terasa air mata membasahi pipiku.
"Elena, maafkan aku istriku tercinta. Betapa aku telah menyia-nyiakan hari-hari pernikahanku bersamamu,dan begitu jarang memujimu meski sekedar mengucapkan betapa lezatnya sup abalone buatanmu!".
Tangisku pecah dari kejauhan menatapnya.Dan saat itu aku dan pria berbaju hitam itu tidak diperkenankan Tuhan menghampiri Elena istriku saat ini karena ini adalah saat dimana aku harus mengetahui beberapa kesalahan hidupku yang telah berlalu dengan sia-sia tanpa sudah membahagiakan Elena dan putri kami.
Dan pria berpakaian hitam itu mengajakku lagi ke suatu tempat. Ya, rumah kami. Rumah kenanganku dan Elena. Meski sudah 20 tahun berlalu,tidak ada begitu banyak perubahan pada rumah kami. Hanya saja pintu kayu dan jendela yang nampak sedikit usang karena termakan usia.
Aku segera bergegas kedalam rumah, melihat-lihat keadaan rumah yang aku telah tinggalkan.
Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam rumah kami. Aku memeriksa keadaan sekeliling. Entah posisi sofa ataupun meja makan tetaplah sama. Meskipun sofa dan meja makan itu tidak terlihat baru, aku begitu bahagia karena aku telah kembali ke dalam rumah ini lagi. Disudut lemari hias dipinggir sofa, aku pandangi fotoku dan Elena yang berada ditepi pantai, yang saat itu memasuki tahun ketiga kami berpacaran,sampai pada akhirnya enam bulan setelahnya,aku memutuskan untuk menikahinya. "Cantikmu tidak pernah berubah sedikitpun,Elenaku sayang!".Ucapku didepan foto itu. Lalu aku menuju kedalam kamar tidur utama rumah ini, kamar tidur kami. Ya, kamarku dan kamar Elena. Pada dinding diatas ranjang masih tertempel kokoh foto pernikahan kami.Kamar ini pun tidak begitu banyak berubah. Hanya lemari baju saja yang telah berganti dengan lemari baju yang baru meski tidak terkesan mewah. "Terima kasih istriku tercinta,begitu tulusnya rasa kasihmu kepadaku, meskipun 20 tahun
Hari ini merupakan hari yang lumayan cerah. Seperti biasa, mengantarkan pesanan bunga kepada pelanggan toko adalah pekerjaan yang tidak membosankan, karena dalam sekejap mata, pesanan itu sudah sampai kepada alamat penerimanya.Pemilik toko bunga itu rupanya menyukai hasil pekerjaanku yang terhitung cekatan. Begitu pula dengan pekerjaan pria berpakaian hitam itu. Mungkin singkatnya kupanggil saja dia Mr Black . Mr Black ini seperti malaikat maut pada umumnya yang dingin tanpa banyak ekspresi. Saat waktu pulang telah tiba, aku mencoba berbincang-bincang kepada Mr Black ini. Penasaran saja apak
Saat itu Elena sedang merapikan bunga tulip yang dibelinya semalam dari toko bunga yang tak jauh dari rumahnya. Sementara Luna membersihkan lantai dan memasukkan baju kotor kedalam mesin cuci.Elena tiba-tiba saja kembali memikirkan tentang kejadian semalam ditoko bunga. "Siapakah gerangan pria tua semalam itu?.Berhalusinasikah atau bermimpikah aku pada siang bolong?". Entah mengapa tanpa sengaja memikirkan kejadian kemarin,Elena seolah merasa bermimpi atau berhalusinasi bahwa pria tua itu adalah suaminya Joshua yang sudah 20 tahun telah pergi meninggalkannya ke alam keabadian.
Matahari bersinar terang. Cahayanya yang terang membangunkanku pada pagi hari itu. Hari minggu pagi adalah hari yang paling dinantikan oleh semua orang, terlebih kaum muda-mudi. Hari ini aku berencana mengajak Elena untuk pergi jalan-jalan ke pantai. Segera aku bergegas untuk mandi dan juga berpakaian rapi. Setelahnya aku segera menuju ke rumah Elena. " Wah, cepat banget kamu datangnya! ". Elena terkejut bahwa aku datang lebih cepat daripada hari-hari yang lain. "Iya dong, demi kamu apasih yang enggak Elena! ". Jawabku kepadanya. "Yaudahlah ayo,nanti keburu ngantri di loket karcis masuk, mau jam berapa kita dipantai? ". Elena tersipu malu, pipinya memerah. Tetapi Elena segera mengalihkan pembicaraannya untuk mengajakku segera bergegas pergi kepantai. Lalu bergegaslah kami pergi ke dalam area pantai setelah kami membeli tiket masuk. Kami berjalan-jalan seharian menyusuri pantai. Hari ini sungguh hari yang begitu berharga, kare
Hari ini adalah hari senin yang sepertinya akan cerah seharian. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Elena sudah bergegas untuk bangun pagi hari ini untuk membuat sup abalone kesukaan suaminya. Semua bahan-bahan sudah dia persiapkan. Dan singkatnya, sup abalone itu sudah hampir matang dan bisa dia hidangkan ke atas meja makan segera. Tetapi saat jam dinding sudah menunjukkan waktu pukul enam lewat tiga puluh menit, Joshua baru saja selesai berganti pakaian setelah mandi. "Pa, makan dulu ya sup abalone kesukaan kamu!. Sebentar lagi sudah matang, kok Pa. Lima menit aja! ". Ucap Elena pada Joshua yang seolah terburu-buru untuk segera pergi menuju ke sekolah tempat nya mengajar. "Papa kayaknya terlambat, hari ini Ma. Padahal harusnya Papa bisa pergi lebih awal. Mungkin gara-gara aku sedikit begadang buat nonton pertandingan sepak bola semalam!". Jawab Joshua sambil sedikit tergesa-gesa untuk memakan dua keping roti tawar dan segelas susu saja. Tanpa sempat
Saat Elena hanya bersama-sama dengan Luna saja, hari-hari Elena seolah-olah berlalu tanpa ada artinya. Begitu berat menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi anak kami satu-satunya. Tetapi Elena tidak pernah mengeluh sedikitpun. Semua hal Elena kerjakan untuk menghidupi dirinya dan juga putri kecilnya. Karena santunan kematiannya Joshua tidaklah bisa digunakan dalam waktu yang lama.Dengan bekerja membawa Luna kecil sudah biasa bagi seorang Elena. Meskipun hari-hari yang dilalui seorang Elena tidaklah mudah,tetapi Elena begitu beruntung selalu mendapatkan boss yang baik hati yang mengijinkan dia membawa Luna sembari bekerja. Hari demi hari Elena jalani dengan tabah dan sabar meskipun didalam kesendiriannya sebenarnya Elena selalu merindukan sosok Joshua untuk berada selalu disampingnya."Luna, Mama nanti belikan Luna snack kesukaan Luna ya, sepulang Mama kerja! ". Dan Luna pun mengangguk pertanda mengerti instruksi dari Mamanya. Elena menghadiahkan Luna makanan kes
Elena terus dan terus melalui hari-harinya yang sendirian tanpa seorang Joshua disampingnya. Hari-hari itu hanya berlalu begitu saja seolah-olah memang tiada arti. Sehingga tak terasa Luna beranjak semakin dewasa. Luna tumbuh menjadi seorang perempuan yang cantik dan juga baik hati sama seperti Mamanya. Dan setelah sekian lama Elena bekerja kepada orang lain, akhirnya Elena bisa membuka rumah makan kecil-kecilan atau sebut saja warung sederhana. Perlahan tetapi pasti, mulailah berdatangan pelanggan warung makan Elena. Bunga tulip bunga favorit Elena,meskipun hanya sekedar bunga imitasi ,selalu Elena pajang disetiap sudut warung sederhananya. Sehingga menambah kesan manis pada setiap sisi warung makannya. Seperti biasanya,sup abalone kesukaan Joshua adalah menu pendamping utama favorit setiap pelanggan mereka. "Saya pesan sup abalone ya Luna satu porsi !". Ucap salah seorang pelanggannya. "Baik, Tante tolong ditunggu ya sup abalone nya. Seger
Hari ini adalah hari minggu pagi yang cerah. Elena dan juga Luna begitu bersemangat karena hari ini adalah hari dimana mereka meluangkan waktu sejenak untuk melepaskan rasa penat setelah sekian lama mereka hanya menghabiskan waktu berada diwarung makan sederhana mereka."Luna,pantai ini begitu indah bukan?. Ini adalah pantai yang penuh dengan kenangan bagi Mama dan juga Papamu. Dahulu kala Papamu melamar Mama dipantai ini. Banyak kenangan berharga ternyata bagi Mama tersimpan disini! ". Ungkap Elena kepada putrinya Luna."Pantai ini memang indah, Ma. Luna ingin Mama tahu bahwa meskipun Papa sudah tidak berada disisi kita saat ini ,tetapi Luna yakin bahwa Papa pasti sangatlah bahagia diatas sana melihat kita selalu perlu memiliki satu sama yang lainnya. Karena pada kenyataanya Luna sangatlah bangga memiliki seorang Ibu seperti Mama. Mama adalah seorang superhero bagi Luna, Ma!". Lunapun memeluk Elena dan memberikan kecupan dipipinya.Sementara i