"Jangan, Tuan! Stop, jangan lakuin itu, saya mohon," pekik Kania. Wanita itu terus menjerit kala lelaki yang menjadi majikannya kini menarik pakaian dengan sekali sentakan. Membuat baju itu robek, memperlihatkan miliknya yang ditutup bra. Merontah meminta dilepaskan, tetapi sang empu seperti menganggap angin lalu. "Kamu milikku!"
View MoreKania meremas pakaian yang ia pakai, wanita itu kini masih berada di dalam kamar Devano merasa cemas dan tertekan. Dua hari sudah berlalu, kini dia harus mulai melakukan apa yang dijanjikan. Seseorang menekan tombol di samping pintu, lalu segera bersuara memanggil sang empu. "Kania, Tuan Devano sudah menunggu! Cepat keluar, kalau enggak kami bakal celaka gara-gara ulahmu," lontar perempuan itu.Mendengar perkataan bawahan Devano, wanita itu segera bangkit dari duduk. Sebenernya memang ia sudah rapi beberapa menit lalu, memandang pakaian yang diperintahkan pakai oleh sang majikan. Kania lekas mendorong pintu dan terlihat seorang perempuan menunggu."Apa yang kamu lakuin! Kenapa lama banget, apa kamu gak tau kesalahanmu itu bisa bahayain kami," dumel perempuan tersebut.Alex yang diperintah Devano untuk ikut menjemput Kania, lelaki itu memandang dua perempuan tersebut. "Baguslah, moga kalau kaya gini dia gak bakal berulah karena banyak yang memperingati," gumam lelaki itu. Lelaki itu
"š»šššš ššššššššššššššš šššš ššššš ššš," šššš š¹ššššš.Mata Devano memutar dan ia langsung mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Lalu melangkah pergi tanpa berpamitan pada sang dokter, mereka memang sangat akrab. Karena sering bertemu, dulu Ayah lelaki itu yang mengobati Devano. Kini beralih ke Rayyan, pria yanh dulu berusaha mendekati dan kini menjadi teman sampai šššššššš.š«ššššš šššššššš šššš šššš šššš ššššš ššš ššš šššš š ššššš, ššš šššššš šØššš šššš šššššššš ššššš ššššššš š ššššš. "šØšššš ššš! šØšš šššš šššššš šššššš š šš ššššššššš ššš. š²ššššš šššššš šššš šššššššššš," šššš š«ššššš.š¹ššššš ššššš šššššššššš šššššš šššš š šššššššššš ššššššššš š«ššššš. "š±šš š šššššš šššššš ššššš ššš, šššš š?
"Begini dong, sejak dulu seharusnya kamu seperti ini, menjadi penurut." Devano berkata dengan nada tegas.Tatapan lelaki itu terus tertuju pada Kania saat berkata demikian. Lalu bergegas meraih berkas yang baru saja selesai di tanda tangani sang gadis. "Lihat! Semuanya sekarang dalam genggamanku. Sudahlah, kamu sekarang istirahat. Aku gak akan mengganggumu sampai kamu pulih sepenuhnya," seru Devano.Walau nadanya sama seperti biasa, tetapi ada sedikit suara bersemangat. "Oh, ya! Terus lakukan hal seperti tadi pagi setiap hari, aku menyukainya," goda lelaki itu.Seringai muncul di bibir Devano, sedangkan mata Kania membulat sempurna mendengar ucapan yang terlontar dari mulut sang majikan. Ia segera memalingkan wajah membikin lawan bicaranya ini terkekeh. Dia sangat puas melihat berbagai reaksi yang ditampilkan muka tawanannya. "Beradaptasilah, aku ingin melihat ekpresi wajahmu yang lain," kata pria tersebut. Ia berkata sambil memegang dagu Kania, lalu dia bangkit dan melangkah kelu
Gadis muda yang wajahnya masih lumayan pucat itu sangat terkejut dengan ucapan yang keluar dari bibir Devano. Dengan spontan ia segera menggerakan tangan untuk meraih pecahan gelas yang berserakan. Tetapi, karena ia dalam keadaan tubuh tengah berbaring dan masih lemas, lengannya masih gemetar akibat terlalu memaksakan diri. "Dasar bodoh! Apa yang kamu lakuin," sentak Devano. Dengan gerakan kesal lelaki itu menggebrak meja, dia melampiaskan amarahnya. Suara Devano sangat mengejutkan wanita yang berada di ranjang, membuat perempuan ini tersentak dan tangannya mengenai pecahan gelas yang kecil akibat terjatuh. Beruntung dia masih bisa menahan bobot tubuh, Devano spontan berlari, segera membantu sang gadis tawanan untuk kembali ke ranjang. "Baru saja kukatai bodoh, kamu malah langsung bertindak bodoh. Dasar," omel Devano. Mendengar omelan Devano, wanita itu hanya terdiam. Ia merasakan sakit dan perih di telapak tangan, karena berusaha menahan bobot tubuh, lumayan banyak luka yang men
Seringai jahat muncul dari bibir Devano, membuat Siska yang melihat merasakan hawa dingin yang menusuk kulit."Cicipi dia dan siksa! Buat hidupnya hancur, membuat ia merasa mati lebih baik. Tapi jangan biarkan dia mati, buat dia tidak bisa bicara," seru Devano dengan penuh nafsu kejam.Setelah berkata demikian, Devano melangkah pergi dengan langkah mantap, sedangkan Siska yang berusaha mengejar, tetapi dihentikan oleh para penjaga di ruangan tersebut yang segera menangkapnya."Mau kemana, cantik? Ayo kita bersenang-senang," ujar salah satu dari mereka dengan senyum penuh kejahatan."Ayo kita bersenang-senang dulu, baru setelah itu pergi ke dokter untuk ...."Perkataan lelaki itu terhenti karena Siska meronta dan menendang alat vitalnya, membuat ia memekik kesakitan. Ia segera melepaskan cengkraman di lengan perempuan tersebut. "Sialan! Dasar jalang!" hardik pria tersebut.Dengan gerakan penuh amarah, tangannya langsung melayang menampar pipi Siska. Membuat wanita itu memekik dan samp
Setelah berkata demikian, lelaki itu melangkah dengan mantap menuju ruang bawah tanah. Alex mengikuti dari belakang, dan begitu mereka sampai di sana, para penjaga dengan hormat menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan. Siska, yang menyadari pria idamannya telah datang, ia yang di balik jeruji, segera mengeluarkan tangannya dan memanggil Devano."Tuan ... tolong saya, saya dituduh sama Kania. Pasti dia ada dendam dan mencoba menyalahkan kami. Mungkin kesal karena dulu gak bantu dia kamu dari Tuan," oceh Siska. Suaranya penuh dengan keputusasaan, ia berusaha menjelasoan situasi yang ia karang kepada Devano. "Pasti dia yang minum obat pencuci perut sendiri," lanjutnya. Kini suara berubah menjadi nada sinis, mencoba memberikan penjelasan lebih lanjut kepada Devano. Dan menyalahkan Kania, mendengar perkataan Siska, lelaki itu tersenyum sinis. Memandang dengan malas pada perempuan yang masih terus mengoceh, membuat beberapa penjaga yang melihat kejadian ini menahan rasa amarah mere
Setelah berkata demikian lelaki itu langsung mematikan sambungan telepon. Dia melihat keluar jendela, ternyata Alex sudah melajukan kendaraan dan beberapa kilo meter lagi sampai ke kediaman. "Cepatlah! Sudah gak macet bukan," kata Devano. Alex mengangguk lalu ia mulai mengencangkan laju kendaraan lagi. Tetapi hanya beberapa saja, membuat Devano kesal. "Berhenti!" perintah lelaki itu. Mendengar ucapan Devano yang lumayan kencang, Alex langsung mengerem mendadak. Membuat pria di belakang itu terantuk belakang tempat duduk. "Apa kamu gak bisa bawa mobil!" bentak Devano. Pria yang menjadi bawahannya itu hanya meminta maaf, sedangkan Devano menanggapi dengan dengkusan. Lelaki tersebut lekas keluar dari kendaraan lalu membuka pintu dan memandang datar Alex. "Cepat keluar! Pindah posisi," ucap Devano dingin. Mendengar perkataan Devano, Alex segera menurut. Lelaki itu lekas keluar sampai kepalanya menyundul perut sang majikan. Mendapati hal ini, pria yang menjadi atasan melotot kesal.
"Sial! Kenapa segala macet," maki Devano. Lelaki itu memukul tempat duduk, dia memandang ke jendela yang sangat lalu lintas sangat padat. Mendengar sang majukan terus mengomel, keringatan Alex bercucuran. Dia segera membuka jendela dan melihat ke luar, seseorang yang memakai motor ada di dekatnya. "Di depan ada kecelakaan, kayanya bakal lama macetnya," ucap pengendara. Mendapatkan informasi itu Alex segera mengucapkan terimakasih lalu ia menoleh menatap majikannya. Terlihat Devano sudah berwajah sangat dingin, lalu hawa di dalam kendaraan terasa panas. Membuat pria yang duduk di kursi kemudi itu mengibaskan tangan ke wajahnya. "Cari cara biar gak macet, pokoknya!" seru Devano. Setelah berkata demikian, lelaki itu fokus memandangi layar kembali. Melihat keadaan di dalam kamarnya, waktu terus berlalu. Keadaan di sana semakin terasa panas, padahal ada air conditioner."Apa ACnya mati, kenapa masih sangat panas," gerutu Alex. Lelaki itu menarik kerah karena kegerahan, mata Devano me
Teman kerjanya itu terdiam sejenak lalu menganggukkan. Ia berpikir sebentar, memang sepertinya Devano sudah tidak memperdulikan Kania. Kini malah wanita tersebut terus menanyai majikan mereka, membuat dia sangat kesal mengingat kejadian pas Kania kabur dan hampir mencelakai semua. "Ini, aku punya senjata. Ayo masukin ini ke makanannya, kalau gak dimakan kita paksa aja. Lagian Tuan Devano udah gak peduli sama dia, mungkin nunggu waktu pas buat buang dia aja," lontar Siska. Siska memperlihatkan sesuatu yang ia keluarkan dari saku, sebuah bungkusan berisi obat. Melihat hal itu, perempuan di sampingnya mengernyitkan kening lalu mengambil benda tersebut."Ini apa, Sis. Kalau yang aneh-aneh gak mau ahh ...."Wanita itu menolak, membuat Siska mendengus. Dia mengambil kembali bungkusan tersebut lalu memperlihatkan isinya dengan tegas."Ini cuma obat pencuci perut doang, biar dia bolak-balik kamar mandi. Gak aneh-aneh ini, cuma lampiasin kekesal kita karena dulu dia sok jual mahal. Segala
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.