Share

Tuan Putri dan Pangeran

Tirai warna putih sejak tadi berkibar karena pintu balkon yang sengaja kubuka menjadi pemandangan di depan mata. Pagi ini, aku enggan beranjak dari tempat tidur. Entah kenapa, tubuh ini rasanya sangat lelah. Mungkin karena kemarin pertama kalinya aku beraktivitas di luar hampir seharian.

Hati yang terluka, tidak selamanya akan sembuh dengan sendirinya. Butuh waktu dan usaha untuk sekadar menutupnya agar tidak makin menganga. Namun, sering kali diri sendiri lupa jika keberadaan orang terdekat adalah penyembuh utama.

Aku memang benci dengan Rasya, tapi mendengar hidupnya yang sekarang, ada rasa iba yang menelusup. Namun, saat kembali ingat perbuatan keluarganya yang membuat Ayah pergi untuk selamanya, membuatku kembali geram.

Ah, pikiran ini pun seakan-akan menambah penat. Tidak perlu aku memikirkan laki-laki yang sudah merusak hidup ini. Aku harus fokus pada rencana pernikahannya dengan Narendra yang akan dilangsungkan dua pekan lagi.

"Ran, kamu sudah bangun belum, Nak? Ayo, sarapan du
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status