Share

Menikah dengan Musuh
Menikah dengan Musuh
Penulis: Riyanaiyo

Bertemu Dokter Sialan

"Arrgh ..." Teriak Noya. Dia segera berjalan ringkih menuju kaca kemudi, Noya ingin memastikan apakah ada seseorang didalam mobil yang kap depannya dia muntahi. Jika ada, Noya akan meminta maaf dan berjanji untuk membersihkan muntahan itu setelah ia membeli tissue. Atau, mungkin akan lebih baik jika tidak ada siapapun di dalam sana. Maka Noya akan segera pergi dan berlalu saja. 

Dia mulai menempelkan tangannya di depan kaca, lalu mengintip kedalam mobil berwarna merah itu. Dan Yap, semua sesuai dugaannya, didalam sana tidak ada siapapun. Maka, ini adalah kesempatannya untuk segera pergi dari sana. Entahlah itu mobil milik siapa, yang jelas dia akan sangat meminta maaf atas keteledorannya hari ini.

Noya duduk di atas kursi didepan meja dokter, namun dokter itu belum memunculkan batang hidungnya disana, padahal rasa sesak di dadanya sudah sangat mengganggu. Matanya mengeliling mengamati seisi ruangan. Noya bergumam sendiri, ruangan yang aneh untuk ukuran seorang seorang dokter. 

"Nah baiklah ... Kamu sudah menunggu lama?" Sebuah suara terdengar dari belakang Noya, lalu seorang pria berjas dokter duduk didepannya.

"Hai ..." dokter itu meletakan kertas yang ia bawa diatas meja. Noya menoleh kearahnya. Namun, menatap dokter itu sungguh membuat mata Noya langsung melotot seketika. Ia mengalihkan netranya pada papan nama mengkilap yang berada diatas meja. Ricky Zayyandra, Sp.PD-KAI. 

"Ka, kamu!" Ujar Noya. Telunjuknya terarah dengan jelas kepada pria itu. Sebaliknya dengan Noya, dokter itu malah tersenyum sangat manis kepadanya.

"Lama tidak bertemu, Noya." Ucapnya. Jelas saja perkataan itu membuat Noya segera bangkit untuk pergi. 

"Hei, tunggu. Kamu datang kesini tentu saja bukan sebagai adik kelas yang mengunjungi seniornya kan?" Cetus pria itu. Noya menutup matanya geram, tangannya sudah terkepal menahan amarah. Ia lalu berbalik, dan tersenyum mencemooh.

"Tentu saja, bukan. Aku datang kesini untuk ...," Noya menahan kalimatnya.

"Duduklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Lagi pula itu masa lalu kan." Seloroh pria itu lagi tanpa merasa bersalah sedikitpun. Noya membulatkan matanya lagi. 

Dia bilang itu hanya masa lalu? masa lalu paling bodoh dan menghancurkan masa putih abu Noya.

Noya menyeringai mendengar kalimat yang dokter itu ucapkan.

"Atau jangan-jangan, kamu merasa tergoda dengan saya sekarang makannya kamu berniat untuk pergi." 

"Astaga, tentu saja tidak. Untuk apa aku tergoda dengan seseorang yang sangat aku benci?" Tergasnya dengan malas. 

"Kalau begitu, duduklah! aku akan memeriksamu." Dokter itu tidak menoleh pada Noya, dia hanya bersiap mengambil stetoskop dari saku jas dokternya. Noya mau tidak mau kembali duduk didepannya dengan jengkel.

"Keluhan kamu apa?" 

"Sesak nafas." jawab Noya ketus. Ricky menuliskan apa yang Noya sampaikan diatas kertasnya. Setelah itu hening.

"Hanya itu saja?" Tanyanya. Tangannya terangkat meminta jawaban lebih.

"Kamu kan dokter, tebak saja aku sakit apa? Aku datang kesini bukan untuk wawancara, tapi untuk memeriksakan kesehatanku. Lagipula aku membayarmu, kalau aku yang menjawab, bukankah kamu makan gaji buta namanya." Noya mengucapkan semua itu tanpa menatap kearah Ricky, Noya ingin sekali mengucapkan sumpah serapah kepada musuh bebuyutannya itu, yang tanpa bisa Noya bayangkan dia kini adalah seorang dokter spesialis. 

"Shit." Umpatnya dalam hati. 

Ricky tersenyum menatap pasiennya. Tentu saja dia sadar kalau saat ini Noya sangat marah padanya, perlakuannya dulu pada gadis itu memang tidak bisa dimaafkan. Namun, semakin Noya menunjukan ekspresi marahnya, semakin membuat Ricky ingin sekali kembali menggoda Noya. Bahkan saat ini Noya terlihat sangat menggemaskan. 

"Baiklah, kalau aku lihat dari tatapan matamu sepertinya kamu sejenis hewan nokturnal." Beber Ricky sambil menganggukkan kepalanya. 

"Hah? apa? hewan apa?" Noya tentu saja tidak mengerti dengan apa yang diucapkan dokter didepannya.

"Menjadikan malam sebagai waktu untuk berkerja. Hewan nokturnal, hewan yang bekerja dimalam hari, kamu suka bergadang? Sejenis itu." Noya mendelik, kemudian menghela napasnya. Benar juga, beberapa minggu ini Noya memang bekerja sangat larut. Bahkan, bisa sampai menjelang pagi. 

"Lalu, aku sakit apa?" 

"Untuk pertanyaan itu, aku harus memeriksamu!" Tegasnya. Ricky berjalan menuju sebuah ranjang pemeriksaan yang berada tidak jauh disebelahnya. Noya mengikuti dibelakangnya. 

"Naiklah!" Perintah Ricky. Noya menaiki ranjang itu dengan susah payah. Ia duduk diatasnya.

"Aku hanya akan memeriksamu!" Tegasnya lagi. Ricky lalu meletakkan stetoskop miliknya diarea dada Noya, dan itu membuat Noya refleks menahan napasnya. Sialnya jantung Noya kini malah berdetak sedikit kencang. Dan itu membuat Ricky tersenyum. 

"Kamu harus melakukan CT scan!" Ucap Ricky.

"Disini?" Pungkas Noya.

"Tentu saja disini Noy, dimana lagi. Aku kan doktermu." 

"Oke, lalu prosedur apa yang harus aku lakukan sekarang?" Tanyanya. 

Ricky menumpu kedua tangannya diantara tubuh Noya yang kini masih duduk diatas ranjang pasien. Iris mata Noya membesar karena perlakuan Ricky itu. Badannya mundur ke belakang beberapa senti.

"Prosedur pertama, kamu harus melepaskan bajumu!" 

    

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rana Maulida
duh masa lalu mereka gimana yah,penasaran nih ,terus si noya pasti deg degan banget tuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status