Share

Bab 6 - Cium Aku

Siang itu, di kost Jessi, Cherie tengah berkutat dengan tugas rutin mingguannya – memotret kakinya dengan cat warna kuning, sesuai request Om Kaki.

Setelah transaksi jual beli foto kaki itu selesai, tiba–tiba Jessi berkata pada Cherie, “Cher, siap-siap. Kita double date malam ini!”

Deg. Maksudnya, double date yang pernah diusung sugar daddy-nya Jessi minggu lalu?!

“Double date sama daddy Tata-mu?” Cherie memastikan.

Sambil sibuk mengacak lemari, Jessi mengangguk. “Iyalah, siapa lagi? Aku sama Mas Tata. Kamu sama.. Siapa waktu itu? Mister..?”

Cherie menghela napas pasrah. “Mr. X?”

“Nah, iya, itu! Jadi, malam ini agendanya dinner, terus karaoke-an.” Jessi melempar dress hitamnya yang gonjreng. “Nih, pakai ini,”

“Jess, kita mau karaoke apa mau dangdutan?!”

**

Tepat pukul 7 malam, Cherie dan Jessi pun tiba di tempat yang sudah dijanjikan, sebuah restoran private dining bergaya jepang yang menyediakan fasilitas karaoke di dalam ruangan.

“Hey, girls!” Tata, sugar daddy-nya Jessi yang hari ini tampak tampan dengan balutan kemeja hitam itu menyambut mereka.

Sambil menyalami Tata, Cherie mengedarkan pandangannya sekilas. Ada rasa lega ketika dia tidak menemukan keberadaan Ax disana.

“Ax masih dalam perjalanan.” Ucap Tata, seperti bisa membaca pikirannya.

Sementara Tata dan Jessi sibuk memilih menu makanan, Cherie lebih banyak diam. Sebenarnya, dia gelisah akan pertemuan keduanya dengan Ax. Bingung bagaimana harus bersikap, terlebih karena adanya Tata yang mengira hubungannya dengan Ax baik-baik saja.

Sepuluh, dua puluh, tiga puluh menit berlalu, dan Ax belum menunjukkan tanda-tandanya.

Cherie yang biasanya sensi dengan orang yang suka terlambat, kali ini keterlambatan Ax jadi pengecualian. Kalau perlu, cowok itu tidak usah datang saja sekalian.

Mereka pun memulai acara makan malam itu tanpa Ax. Namun, hingga acara bersantap itu selesai, Ax belum juga menampakan batang hidungnya.

Kini, mereka bertiga sudah pindah ke ruang karaoke dengan Cherie dan Jessi yang tengah mendendangkan lagu Britney Spears.

Tepat pada bagian “every time you look at me, my heart is jumping, it’s easy to see,” – pintu tiba-tiba terbuka.

Deg! Sesuai lirik lagunya, Cherie pun merasakan jantungnya seperti melompat keluar saat melihat Ax.

Akhirnya, bajingan itu datang juga!

Saat mata mereka bertemu tatap, Cherie seperti mematung di tempat. Sementara Ax hanya menatapnya datar, sebelum berjalan mendekat dan menyapa mereka.

Ax lebih dulu menyapa Tata sambil berbasa-basi, lalu berkenalan hingga cipika-cipiki dengan Jessi. Namun, saat gilirannya tiba untuk menyapa Cherie, tiba-tiba udara di sekitar mereka seperti dialiri ketegangan yang mencekik.

Memendam kecanggungan, Ax mau tak mau menarik Cherie. Namun, saat pipi mereka saling menyentuh, Ax berbisik, “Bersikaplah biasa saja. Berhenti menatapku seperti melihat hantu,”

Cherie menggigit bibir keras-keras. Sebenarnya dia ingin bilang kalau daripada hantu, cowok itu lebih mirip setan.

Tata pun langsung mengisi gelas mereka dengan soju. Setelah itu dia mengangkat gelasnya tinggi-tinggi sambil menatap Ax penuh arti, “To move on!”

Sementara, Ax hanya diam dengan tatapan datar. Walaupun pada akhirnya, dia tetap bersulang dengan gaya ogah-ogahan, sebelum menandaskan minumannya dalam satu kali tenggak.

Ax pun tidak punya pilihan lain selain duduk tepat di sebelah Cherie. Namun, alih-alih bicara, mereka malah saling diam dengan kecanggungan yang semakin lama semakin menjadi.

“Ax, come on! Jangan malu-malu begitu!” Tata yang sedang bernyanyi dengan Jessi, menggoda Ax melalui pengeras suara. Membuat Cherie dan Ax seperti dua pesakitan yang dijatuhkan hukuman mati.

Cherie yang gerah karena terus diperhatikan, akhirnya menoleh pada Ax sambil memaksakan senyuman. “Hai, Mr. X. Nice to see you again,”

Ax hanya meliriknya dingin, “hmm,”

“Tolong katakan sesuatu!” Cherie tersenyum, namun matanya MELOTOT.

“Okay, let’s talk.” Ax pun menyerongkan duduknya ke arah Cherie dengan gerakan kasar. “Bagaimana kalau dimulai dengan siapa namamu?”

Cherie berkedip cepat. Cowok ini kenapa tertarik banget tahu namanya, sih? “Jasmine,”

“Namamu bagus. Nama asli?”

Cherie tersenyum keki. “Kami sugarbaby tidak pernah menggunakan nama asli.”

Ax mengangkat alis lalu menatapnya datar, “Jadi, Jasmine. Mau cerita, kenapa kau ada disini?”

“Mana ku tahu? Tanyakan pada Tata, dia kan temanmu,”

Ax lagi-lagi hampir nyembur saat Cherie menyebut nama Tata. “Jadi, itu aturannya? Tidak menggunakan nama asli?”

“Kalau mau pakai nama asli, sih, silahkan. Tapi saranku, lebih baik jangan.”

“Kenapa?”

“Karena kita harus memisahkan ini dengan kehidupan nyata. Apakah menurutmu hubungan seperti ini nyata, Mr. Ax?”

“Mana ku tahu?” Ax mengangkat bahu dengan acuh sebelum menoleh pada Tata dan Jessi yang tampak seperti ABG lagi kasmaran. “Mereka itu, bagaimana menurutmu?”

Cherie ikut menoleh ke arah yang dituju. Hubungan Jessi dengan sugardaddy-nya itu memang agak rumit. Terkadang Cherie merasa Jessi terlalu mengistimewakan Tata, bahkan Jessi mengizinkan Tata memanggilnya dengan nama asli. Entahlah, terkadang Cherie merasa Jessi telah melanggar peraturan yang dibuatnya sendiri, untuk tidak melibatkan hati pada sugardaddy.

Namun, mana mungkin ia menjelaskan itu pada Ax? Jadi, dia hanya mengangkat bahu, “Mana ku tahu?”

Setelah memaksakan percakapan yang membosankan itu, mereka berdua pun kembali diam. Menonton Tata dan Jessi yang semakin menggila, yang terus menggoda mereka dengan saling memamerkan kemesraan.

Beberapa saat kemudian, Ax menghela napas kasar. “Aku sudah tidak tahan lagi,”

Cherie menoleh kaget saat Ax mendekatkan tubuhnya pada Cherie. “Cium aku,”

HAH?! Apa dia salah dengar? Minta ciuman? Apa cowok ini GILA?

Ax menatap Cherie dalam. “Dengar, aku bisa mati muak disini. Aku yakin kau juga begitu, kan? Jadi, percayalah saja padaku, oke?”

Seperti dihipnotis, Cherie pun menurut. Lalu, sebelum matanya berkedip, Ax menangkupkan tangan ke pipinya lalu.. Menciumnya.

Tidak. Mereka hanya berpura-pura ciuman. Bibir mereka bahkan tidak saling bersentuhan. Namun, wajah keduanya sangat dekat. Hidung mereka saling menempel, hingga saling bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain.

Cherie tidak mendengar jelas saat Jessi dan Tata heboh meneriaki mereka. Degup jantungnya lebih keras daripada suara mereka di pengeras suara.

Tubuhnya didorong ke belakang, Ax menindih tubuhnya. Menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan selama beberapa saat, sebelum akhirnya Ax menarik tubuhnya dan berkata pada Jessi dan Tata,

“Maafkan kami teman-teman. Sepertinya kami harus melanjutkannya di lain tempat.”

Cherie SHOCK BERAT. Sebelum sempat menenangkan jantungnya, Ax sudah menarik tangannya dan mendekapnya erat.

Pada akhirnya, mereka pun berhasil keluar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status