Share

Perjuangan Cinta Istri Sah
Perjuangan Cinta Istri Sah
Penulis: Phoenixclaa

Telepon Tengah Malam

Ratih menyayat pergelangan tangannya sendiri, terasa perih namun dia merasa lebih baik. Trauma dan sesak memaksa dia untuk menumpahkan semuanya dengan air mata dan darah. Ada rasa kebencian mendalam dan luka yang membungkamnya.

Air matanya bahkan mengering sempurna, sedangkan tangannya kini yang berlumuran dengan cairan merah yang lukanya tak lagi berhenti membuatnya menggertakkan giginya.

Seseorang yang melukai diri sendiri untuk memperoleh ketenangan, sungguh sedang dalam kondisi mental yang sangat menyedihkan. Mereka tidak punya pelarian lain selain melukai diri sendiri, kebiasaan ini di kenal sebagai self harm sebuah gejala kejiwaan yang jika tidak segera di tangani akan mengancam jiwa penderitanya.

Seseorang dengan penyakit mental tidak boleh di sepelekan, karena lebih mematikan di bandingkan dengan luka fisik yang bisa sembuh dan pulih. Apalagi jika penyakit mental terjadi tanpa ada siapapun menjadi support system. Inilah penyebab banyak orang yang bunuh diri karena depresi dan luka batinnya yang luar biasa parahnya.

Ratih bersembunyi di belakang pintu membiarkan semua orang tidak melihat yang dia lakukan. Sampai suara anak sulungnya menyudahi kesedihannya.

"Mama?. " Suara Tasya dibalik pintu membuat Ratih gelagapan. Dia langsung menutupi tangannya dengan baju lengan panjang yang dia kenakan. Segera Ratih menarik gagang pintu dengan pelan nampak bekas luka gores di tangan kanannya.

"Mama kenapa lama buka pintu? " Tanya Tasya sedikit cemberut.

"Maafin mama ya sayang"

"Hmm.. "

"Ohiya ngomong-ngomong ada apa sayang?" Tanya Ratih lembut kepada anak perempuannya itu.

Bukannya langsung menjawab Tasya menatap Ratih dengan sendu, Tasya seolah menahan air matanya di balik kelopak mata cembungnya. Dia merasa sedih melihat mamanya bertingkah aneh terus akhir-akhir ini.

Menjadi seorang istri, menantu sekaligus ibu dari 2 orang anak bukanlah hal yang mudah. Terlebih suami dan mertua yang tidak menyukai keberadaan kita adalah bencana yang menimbulkan luka sepanjang hari.

"Adek pup di bawah ma, kakak gak tau cara bersihinnya. "

"Memangnya mbak Dewi gak ada? "

"Mama lupa ya, kan Mbak Dewi sudah di pecat sama nenek. "

Ratih menghela nafas dalam-dalam, dia lupa semenjak mertuanya memilih tinggal di rumah yang sama dengan mereka, dia bertindak sesuka hati. Bahkan memecat Dewi artnya dengan alasan Ratih bisa melakukan semuanya sendiri.

Mertua itu gak semuanya jahat, tapi kebanyakan jahat jika kita salah memilih. Dulu Ria ibunya suami Ratih sangat menyambut kehadiran Ratih di tengah kehidupan Agus. Dia bahkan sering ke mall hanya berdua dengan Ratih.

Dulu Ratih kerja sebagai perusahaan rintisan swasta sedikit banyaknya dia punya banyak uang karena hanya membiayai dirinya sendiri. Itulah mengapa Ria selalu menganggap bahwa Ratih orang yang kaya raya padahal Ratih hanyalah anak rantau desa ke kota.

Hingga akhirnya Agus melamar Ratih dan berjanji akan selalu menjaga dan menanggung kehidupan Ratih. Jadi Ratih memutuskan untuk berhenti bekerja, semua uang hasil kerja kerasnya selama ini dia berikan kepada suaminya untuk dijadikan modal awal merintis usaha.

Mereka juga memilih ngontrak di kost petakan untuk survive dengan kehidupan keras kota. Agus meninggalkan rumah kedua orang tuanya demi memulai dari nol bersama Ratih. Ibunya juga selalu mendukung apapun keputusan dari Agus. Ibu Agus sangatlah ramah dan menghormati setiap perbedaan.

Hingga akhirnya 10 tahun kemudian Agus sampai di puncak masa kejayaan perusahaan properti dan kulinernya yang berkembang pesat. Ditambah lahirnya anak kedua mereka yang di beri nama Arman. Sedangkan anak pertamanya Tasya berusia 13 tahun saat ini.

Ratih mengingat semua suka duka keluarga kecilnya itu dengan penuh penghayatan. Ratih sangat bersyukur menemani seorang pria hebat melalui pahit manis kehidupan yang keras di ibu kota. Tidak sia-sia dia mengabdikan semua hal untuk suaminya.

Hingga satu hari, Ratih mulai menemukan hal-hal ganjil dan mencurigakan yang di lakukan oleh Agus. Kemarin malam Ratih menangkap basah suaminya sendiri mencurigakan.

Mas Agus terbangun perlahan sebelum waktu sahur tiba. Dia bergerak dengan usaha pelan, namun berhasil membuat ranjang tempat tidur berderik yang membuat mata Ratih terbuka perlahan juga.

Ratih hanya diam, menunggu mas Agus akan melakukan apa, jika hanya untuk ke kamar mandi tidak mungkin dia bersembunyi seperti itu.

Tak lama mas Agus berjalan perlahan ke luar, dia menggenggam ponselnya dengan tetap melihat ke belakang untuk memastikan.

Lalu menelepon seseorang yang di beri nama Bro Doni di ponselnya. Terlihat sudah ada beberapa panggilan dari Doni.

Ratih yang sedari tadi menunggu pun melangkah keluar mencari ke penjuru rumah keberadaan Mas Agus. Sampai akhirnya dia melihat suaminya itu berdiri di tepi kolam renang. Ratih melirik pelan ke arah jam dinding. Pukul 2 lewat 31 menit.

Entah pekerjaan apa yang membuat Agus harus menganggat telepon sembunyi seperti itu. Ratih yang tidak mau menunggu dan larut dengan fikirannya. Langsung menghampiri suaminya itu.

"Mas kok disini sih. " Ucap Ratih mendekati suaminya itu. Agus nampak terkejut namun dia kembali menetralkan wajahnya.

"Astaga ngagetin banget sih sayang. " Ujar Agus tersenyum ringan.

"Aku gak mau ganggu kamu tidur sayang. "

"Ini Doni mau pinjem uang jadi aku gak enak sayang, istrinya mau lahiran jadi butuh biaya. "

"Hmmm... " Ratih terdiam sejenak.

"Udah sayang, jangan mikir macam-macam ayok masuk. "

"Disini dingin. "

Agus membujuk istrinya untuk segera masuk dan membiarkan fikiran buruk tetap melayang di otak Ratih. Namun dia berusaha tenang dan tetap ingin percaya dengan suaminya tersebut.

Semenjak Ratih memergoki Agus suaminya itu telfonan tengah malam. Agus tidak pulang ke rumah selama dua hari dengan dalih sedang tugas di luar kota. Ratih hanya bisa berusaha positif thinking bahwa suaminya itu tetap menjaga hati, fikiran, dan matanya untuk keluarga kecil mereka di rumah.

Untuk mengendalikan fikiran nya Ratih memilih untuk menyiapkan masakan untuk buka puasa menyambut suaminya kalau-kalau dia datang pulang ke rumah untuk buka puasa hari ini.

Hampir tiga jam Ratih bergelut di dapur, akhirnya semua masakan yang ingin dia siapkan selesai juga. Ayam bakar liwang kesukaan Agus selesai juga, Ratih juga membuat es buah, dan aneka kue basah juga takjil yang menggugah selera makan.

.....

Agus menepikan mobilnya di samping area toko bunga. Dia langsung masuk dan memesan buket bunga mawar putih dan merah yang di rangkai jadi satu.

Tidak lama dia menunggu pesanan bunganya sudah jadi, Agus langsung mengeluarkan lima lembar uang merah untuk membayar bunganya tersebut.

Pukul 5 sore dia melajukan mobilnya lagi. Kedatangannya di sambut hangat oleh Ratih dan kedua anaknya yang sudah menunggu dirinya sedari tadi.

Agus memberikan sebuah paper bag sebagai oleh-oleh untuk istrinya itu. Setelah Ratih buka itu sekotak brownies coklat kesukaannya. Ratih pun tersenyum senang dan memeluk suaminya itu dengan tenang.

Tak lama ponsel Agus berdering..

"Bunganya cantik, aku suka. "

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status