Share

Bab 2

# Bab 2

Melihatnya yang terus saja mematung seperti itu, aku langsung saja mengambil langkah untuk lebih tegas lagi kepada mas Roni suamiku yang telah menghinatiku itu.

Aku langsung mendorong dengan sekuat tenaga untuk segera keluar dari kamar ini.

Setelah ia berhasil keluar dari kamar ini, aku langsung saja menutup pintu kamar ini dengan keras dan tak lupa aku mengunci pintu kamar ini, karena aku takut ia malah masuk lagi mengikuti ke dalam kamar.

Melihatku yang masuk ke dalam kamar dan menguncinya, mas Roni tampak panik karena ia langsung menggedor gedor pintu.

"Ran maafin mas Ran, kamu jangan mengunci pintu dari dalam seperti itu, mas juga mau masuk, tolong buka pintunya Ran." Ucapnya berteriak teriak sambil menggedor gedor pintu kamar ini.

Namun aku tak menggubrisnya, aku malah langsung memasuk masukan pakaian milik mas Roni ke dalam koper dengan secepat kilat, karena aku ingin malam ini juga mas Roni segera angkat kaki dari rumahku ini.

Setelah selesai ku mengemasi baju mas Roni dan ku masukan ke dalam koper miliknya, aku pun langsung membuka kunci pintu dan langsung menyerahkan koper milik mas Roni.

Awalnya mungkin ia menyangka bahwa aku membuka pintu karena akan memaafkan nya karena saat pintu terbuka ia langsung tersenyum dan menghambur memelukku, namun setelah ia melihat ada koper yang ada di tanganku ia langsung melepaskan pelukannya dan senyuman di wajahnya menghilang dan ia memasang wajah sedihnya kembali.

"Rin itu apa di tanganmu ?" Tanyanya dengan lirih.

"Ini semua baju dan barang barang mu mas, tanpa kau susah payah mengemasinya sekarang aku sudah membantu mu mengemasinya, sekarang kau tinggal angkat kaki saja dari rumah ini." Ucapku dengan lantang dan kini sudah tak ada lagi air mata yang mengalir membasahi pipi ini lagi 

"Setega itu kah kamu Ran sampai mengusir mas seperti ini ?" Tanyanya yang seolah sedang mengiba meminta belas kasih dariku.

"Kamu gak salah ngomong mas, mikir dong mas, siapa yang tega, aku atau kamu, masih mending aku tak merekam aksi panas mu tadi bersama adikku dan lalu menyebarkan nya seperti orang lain yang juga pernah mengalami di selingkuhi sama seperti ku." Ucapku mencibirnya dengan ucapan ucapan pedasku ini.

"Cukup Rin, hentikan ucapan pedas mu itu, ucapan mu sungguh menyakiti hati ku." Ucapnya yang seakan akan dialah yang paling tersakiti dalam masalah ini.

"Kalau kamu gak mau ngedenger mulut pedasku ini, silahkan kamu langsung angkat kaki dari rumah ini, agar telinga mu tak mendengar lagi semua perkataan pedasku ini." Ucapku dengan sangat angkuh.

Karena Karina yang cengeng, penurut dan juga baik sudah hilang saat ini juga, dan berubah menjadi Karina yang tegas dan bermulut tajam, dan semua itu bisa terjadi karena ulah suami yang pernah ku banggakan dan sangat ku cintai karena telah tega menghianatiku, bahkan ia menghianatiku tak tanggung tanggung karena perempuan selingkuhannya itu adalah adikku sendiri.

"Kamu gak bisa mengusir aku begitu lah Rin, aku itu masih suami kamu coba hargai aku sedikit saja Rin." Ucapnya yang tetap berdiam diri di depan kamar ini seakan akan ia tak ingin pergi dari rumah ini.

"Jelas aku bisa mas, ini rumah milik ku, dan kamu cuma numpang aja di sini, dan jika kamu ingin di hargai sebagai suami, seharusnya kamu pun bisa menghargai ku sebagai istrimu mas, jadi sekarang silahkan kamu angkat kaki dari rumah ku karena aku sudah tak mau lagi berdebat dengan mu." Ucapku dengan lantang dan tegas, lalu ku banting dengan kencang pintu kamarku ini dan tak lupa aku menguncinya.

Brakkk...

Ku tutup pintu kamar ku dengan sekencang kencangnya karena aku merasa emosi pada hari ini dan tak lupa aku pun mengunci pintunya dan mulai menangis sesegukkan.

Hari hari ku hancur seketika setelah aku memergoki mas Roni telah berselingkuh dengan Kartika yang merupakan adikku sendiri, bahkan mereka telah berselingkuh dengan sebegitu jauhnya sampai mereka tega melakukan hubungan badan padahal mereka sama sama mempunyai pasangan masing masing.

* * * * 

Namaku Karina Ambar wati, dan aku memiliki adik yang satu ibu namun berbeda ayah yang bernama Kartika Dwi Astuti, karena ayahku telah lama meninggal dunia dan akhirnya setelah masa idah nya habis ia dengan mudahnya menikah lagi dengan seorang pria paruh baya yang menjadi ayah angkatku dan bapak dari adikku Kartika.

Walau pun berbeda ayah, namun aku sangat menyayangi Kartika bahkan ibuku pun sangat memanjakannya dan selalu Kartika yang di nomor satukan, tapi aku pun tidak pernah merasa iri atau pun tersaingi karena aku pun sangat menyayangi Kartika dan memanjakannya sama seperti yang ibuku lakukan, namun di saat ada masalah seoerti ini aku menjadi sangat kecewa sekaligus marah besar kepada adikku ini.

Dan aku yakin setelah aku menangkap basah kelakuan bejatnya itu ia pasti sudah pergi dari rumahku ini, dan langsung pulang ke rumah suaminya.

* * * *

Pada malam hari ini, aku menangis dengan sejadi jadinya di kamar ini, karena perasaan kecewa terhadap suamiku ini.

"Ya tuhan, mengapa ini terjadi kepadaku dan bahkan selingkuhan suamiku pun ia adalah adikku sendiri." Ucapku sambil menangis sesegukan meratapi nasib malang yang menimpaku ini.

Aku tak mengerti dengan suamiku yang tega berselingkuh, padahal selama ini aku tak pernah menuntut apapun, bahkan dia tak memberi nafkah pun aku tak pernah protes atau pun meminta, aku selalu mengerti dengan setiap alasan alasannya.

Aku pikir dengan menjadi istri yang sabar, lemah lembut dan pendiam juga penurut akan membuat suamiku tak berpaling dariku, namun pada kenyataannya, jika setan telah menggoda iman seseorang bisa saja ini terjadi, bahkan suami ku tega berselingkuh dengan adikku sendiri.

Dalam kesunyian di malam ini aku terus saja menangis karena aku begitu kecewa kepada suamiku, dia bahkan tega sampai bersebadan dengan adikku sendiri, sampai membuat ku tak habis pikir.

Dalam tangisku ini aku sampai menyimpan dendam kepada adikku sendiri karena ia telah menggoda suamiku, bahkan ternyata ia pun telah sering meminta uang kepada suamiku bahkan sampai ia bisa membangun sebuah rumah untuk ia tinggali dengan suaminya yang tak bekerja itu.

Bahkan aku sampai mengucap sumpah serapah di dalam tangisku ini.

"Jika rumah itu hasil dari memoroti uang suamiku, aku bersumpah semoga rumah itu segera di jual kembali, karena aku tak ridho sedikitpun jika ia menempati rumah yang di dapat dari hasil berzina dengan suamiku." Sumpah serapahku untuk adikku sendiri.

Setelah puas menangis meratapi nasibku yang bisa di bilang malang ini, aku pun tak sadar bahwa aku sampai terlelap tidur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status