Bapak mertua punya satu kamar rahasia yang tidak boleh dimasuki oleh siapapun. Dia selalu membawa tiga piring sekaligus ke sana dan keluar dengan keadaan penuh keringat dan ngos-ngosan. Karena curiga, aku pun memutuskan untuk menyelidikinya. Sebuah rahasia besar pun akhirnya terbongkar. Rupanya selama ini bapak mertua menyimpan...
View MorePagi yang cerah menyapa Azlin dengan kebingungan di dalam hatinya.Ia berjalan luntang-lantung tak tentu arah. Sampai tibalah lapar yang tak tertahankan membuatnya merenung sejenak di sebuah lorong kecil."Ya tuhan, kemana lagi aku berjalan? Kemana aku harus cari uang?" keluh Azlin menghrmpaskan di pinggir trotoar.Matanya menyapu seluruh tempat itu, memandang dengan cermat keadaan sekitar.Hingga dia memutuskan untuk mengatasi masalahnya dengan mengunjungi pasar setempat.Meskipun langkah ini agak nekat, tapi Azlin yakin dia bisa menemukan cara untuk mengisi perutnya yang kosong.Saat tiba di pasar, dia melihat tumpukan barang-barang yang perlu diangkat oleh penjual. Ide langsung muncul dalam pikirannya."Hemh, apa aku bisa?" Pikir Azlin memutar otaknya.Azlin pun langsung menyambangi tempat seorang pria yang sedang bersusah payah mengangkat banyak barang."Maaf, Bapak. Apa aku bisa kerja pada bapak?" tanya Azlin ragu."Kerja? Maaf-maaf. Pelayan tokoku sudah terlalu padat. Aku juga h
Azlin terperangah, melihat bapak itu mengepalkan tangannya lagi.Napas pria itu terus memburu udara sekitar, sama dengan tatapannya yang tajam saat memburu tatapan mencekal pada Azlin.Blam!Prak!Lelaki tak berdaya itu kini terjerembab ke tanah. Azlin mengusap sudut bibir yang kini berdarah."Tunggu, Pak. Ada apa ini? Ada apa?""Apa? Apa menurutmu semua masih baik-baik saja? Setelah semua yang kamu lakukan pada anak Bapak, kamu bilang, semua masih baik- baik saja? Dasar bodoh!"Pria itu hendak melayangkan pukulannya kembali, namun tak lama kemudian, Azlin mengeratkan pejaman matanya, hingga kepalan tangan itu terhenti di udara.Azlin sama sekali tidak melawan, karena ternyata Azlin sangat mengenal sosok itu. Sosok familiar di matanya. "B- bapak?"Pria di hadapan Azlin berwajah seram mencekam dan dilumuri oleh sejuta kemarahan."Manusia biadap! Keluarga kalian keluarga terlaknat semuanya!" cekal pria itu sehingga Azlin semakin bingung.Sebelum sempat bertanya, sosok itu kembali berkat
Sugiono dan Alda masih berdiri berhadapan dengan wajah mereka yang jaraknya cukup dekat.Rasanya Sugiono ingin segera menerkam gadis berusia dua puluh tiga tahun tersebut. Apalagi saat ini Alda seperti sengaja menggodanya."Apa syaratnya?" tanya Sugiono berdebar- debar.Alda langsung tersenyum manis pada Sugiono lalu berkata, "Syaratnya adalah cukup kamu berikan aku uang 100 juta, Om.""Apa? 100 juta?"Sugiono terperanjat kaget mendengar syarat yang diminta Alda. Perlahan Alda keluar dari toilet sambil merangkul leher pria berkepala plontos tersebut."Dengarkan ucapanku baik-baik ya. Aku ini masih virgin loh, Om. Uang 100 juta itu gak ada artinya dibandingkan k*nikmatan yang akan Om rasakan karena bisa meraih kegadisanku. Setelah ini Om bebas deh m*makai tubuhku kapanpun, meski harus gratis sekalipun. Ini hanya harga awal saja," kata Alda.Sugiono menelan salivanya keras-keras. Bayangan indah itu kini berputar-putar di dalam otaknya yang memang kotor dan m*sum itu."Baiklah, kalo mema
"Perutku lapar sekali." Puri terlihat mengusap- ngusap perutnya sendiri.Kondisi Puri makin hari makin memprihatinkan. Bahkan bau badannya sudah begitu menusuk hidung, karena sudah beberapa hari tak mandi."Ah, aku minta makan saja sama Azlin." Puri tampak tersenyum lebar. Dia mulai beranjak mengelilingi tempat tersebut. "Azlin! Di mana kamu? Perut ibu lapar banget nih."Sejak berpisah dengan Azlin, ia kerap mencari- cari Azlin, meski tak pernah ketemu."Kamu di mana sih, Azlin? Jangan main petak umpet sama ibu. Ibu lelah dan lapar," keluh Puri sambil tetap mencari-cari Azlin di sekitar tempat itu.Tiba-tiba mata Puri terbelalak saat melihat sebuah etalase kaca, di mana di dalamnya terdapat nasi dan lauk pauknya. Salah satu lauk itu adalah ayam goreng."Aku mau ayam goreng itu," gumam Puri dengan tatapan matanya yang tak lepas dari ayam goreng di dalam etalase tersebut.Perlahan Puri ke arah kedai dengan etalase berisi makanan tersebut. Saat pria penjual nasi pagi itu pergi ke belakan
Setelah serangkaian peristiwa yang melanda, Sugiono, si pria tua m*sum, bukannya bertobat dia malah semakin beringas.Kedua tangan Sugiono terkepal. Di dalam bola matanya tampak sosok wanita berhijab bernama Jihan. "Sesuai janji yang pernah kuucapkan, aku akan membalaskan dendamku pada perempuan itu. Karena dialah yang telah membongkar semua kegiatanku."Setiap kali Jihan pergi dari rumahnya, terutama saat Jihan berangkat bekerja, maka Sugiono akan mengacaukan seisi rumah Jihan.Ya, dia adalah dalang di balik kejanggalan yang kerap Jihan alami selama ini di rumah baruDia pun tak sungkan untuk memberikan teror- teror kecil pada Jihan, hingga peristiwa tak terduga bagi Jihan pun terjadi.Dan, malam ini adalah malam nahas Jihan. Sugiono sudah merencanakan rencana jahat untuk Jihan yang sepertinya tidak akan pernah Jihan lupakan seumur hidupnya.Sambil tertawa ngakak, Sugiono pun berkata, "Akhirnya aku bisa juga m*nikmati tub*h perempuan itu. Wanita yang sudah menjadi mantan menantuku. D
Hari kian malam, udara dingin menusuk ke seluk tubuh Puri yang hanya mengenakan sehelai daster dengan aksen batik rumahan.Sesekali wanita paruh baya itu menggaruk tangannya yang jadi santapan empuk para nyamuk jalanan."Azlin, kamu di mana Azlin?" gumam Puri terus menahlilkan ucapan itu. Ia melirik ke sana kemari, dan jalanan semakin sepi tak berpenghuni."Azlin ibu takut...." ucap Puri kembali menangkup seluruh tubuhnya dengan dua belah tangannya.Hingga Puri terdampar di teras ruko yang tutup. Bulir air matanya memenuhi dasar pipi. Matanya terus meneliti kesemua arah, untuk memastikan dirinya jauh dari ancaman.Setelah lama berjaga diri, Puri merasa lelah, dia menurunkan tangannya, lalu memeluk perutnya yang terus bergemuruh. "Azlin, ibu lapar ...." rengeknya seperti anak kecil.Isaknya tak henti, nasib malang ibu tua itu membawa dirinya meringkuk di lantai tak beralas. Dan saat waktu itu tiba, Puri gerak cepat bangkit dan menghampiri sebuah tong sampah. Puri melihat seseorang memb
Ruang putih yang terpapar cahaya menjadi pandangan pertama Azlin saat ini. Aroma bau obat alkohol menjadi khas di tempat itu.Azlin menoleh ke samping, dia melihat orang lain yang ikut terdampar seperti dirinya di atas blankar."Uh, dimana aku?" gumam Azlin dengan kepalanya yang berdenyut kencang.Azlin tersadar dari pingsan dan mendadak ingat kejadian sebelum ia berakhir di rumah sakit itu."Emmh, tokoku...." lirihnya.Hatinya terasa terisis saat ia mengingat kenyataan yang terjadi padanya. "Tokoku... Bagaimana denga tokoku?" gumamnya lagi dengan suara yang sangat parau.Seorang suster wanita berkata, "Ah, akhirnya anda sudah siuman ya, Pak? Tunggu, sebentar!, ya Pak." Wanita berbaju putih bergegas keluar, lalu masuk membawa seorang pria berkemeja kotak-kotak.Sosok yang baru datang itu lantas berkata, "Pak, aku orang yang membawa bapak ke sini. Aku cuma mau menyampaikan, kalau mobil bapak ringsek parah dan nggak bisa diselamatkan," urai pria itu dengan perlahan.Mendengar uraian pri
Kediaman Azlin saat ini benar-benar sepi, hanyalah Puri tinggal seorang diri, termangu diam di balik jendela kamarnya.Pikirannya melayang, ketakutan juga kegelisahan tak henti menghantuinya.Seketika Puri tertawa terbahak-bahak, dan loncat dari ranjang di tepi jendela itu."Buaahahaha, mana dia? Mana dia? Mana si Sugiono itu? Biar, aku kasih pelajaran yang setimpal untuknya. Akan aku remas wajahnya biar tak laku lagi. Terus, akan aku rajam onderdilnya, biar tau rasa. Nggak banyak mainin cewek sana sini lagi."Bola mata Puri berputar liar, tangannya mengangkang, lalu menjambak dan mengacak kasar rambutnya."Aaargh, kemana pria itu? Kemana, hah?" jeritnya lagi.Nafasnya memburu oksigen sekitar. Puri pun berlari keluar, mencari ke setiap arah putra sematawayangnya."Azlin!" teriaknya memanggil. "Azlin kamu di mana sih?" jeritnya lagi meronta-ronta.Sayang sekali kali ini rumah sudah tak berpenghuni. Azlin terpaksa pergi meninggalkan Puri di rumah seorang diri, demi melihat keadaan toko b
Saat ini Azlin masih berada di dalam ruang dokter. Tak terasa air matanya menetes setelah mendengar penjelasan dari dokter mengenai kondisi ibunya.Azlin merasa kemalangan terus-menerus menerpa hidupnya tanpa henti dalam waktu beberapa hari terakhir ini."Lalu saya harus berbuat apa, Dok?" tanya Azlin sambil mengusap air matanya."Saran saya, sebaiknya Anda membawa ibu Anda ke psikiater terlebih dahulu sebelum kondisinya semakin menjadi parah. Bagaimanapun ibu Anda tengah mengalami depresi. Karena kalau kondisinya semakin parah, rujukan terakhir tentu saja hanya rumah sakit jiwa," kata dokter tersebut.Azlin mematung mendengar kata 'rumah sakit jiwa'. Tak pernah sedikitpun dia membayangkan kalau ibunya akan ada di fase seburuk ini.Azlin tidak banyak protes dengan penjelasan yang dipaparkan oleh dokter, karena dirinya pun merasakan berbagai keanehan yang terjadi pada diri Puri, yang tidak bisa bersikap layaknya manusia normal."Baiklah, dok. begitu saya permisi."Azlin tampak keluar d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.