Share

17. Kebiasaan Baru

Hari sudah larut tapi baik rania maupun arya belum ada yang memejamkan matanya. Arya menolehkan kepalanya ke nakas, melihat jam yang sudah menunjukan pukul 11 malam. Dia menghela nafasnya melihat rania yang tak kunjung memejamkan matanya. 

" Tidur "

" Belum ngantuk "

Arya mendekati rania yang sedang menatap atap kamar mereka, tanpa kata arya mendekap rania dengan tangannya yang melingkar dipinggang ramping itu. Bisa arya rasakan jika rania menegangkan tubuhnya.

" Ya lepasin, gue ganyaman "

Rania berusaha melepaskan tangan arya yang melingkar dipinggangnya. 

" Stt biar lo cepet tidur "

" Tap.. "

" Tidur nia " arya mempererat pelukannya, seraya mengelus pungguh gadisnya agar mengantuk. 

Ok, fiks. Rania menyerah. Dia sudah tidak memberontak karena merasakan rasa yang begitu nyaman ketika arya mengelus punggungnya. Perlahan matanya terpejam dengan nafas yang mulai teratur. 

Arya merasakan sapuan nafas didadanya, dia melihat rania yang sudah tertidur. Perlahahan tangannya menelisik wajah gadisnya. Pernahkah dia mendeskripsikan wajah istrinya? Baiklah dia akan mendeskripsikannya sekarang.

Wajah oval dengan mata yang tak terlalu besar, bulu mata lentik, hidung mancung dan jangan lupakan bibir nya yang tipis dan merah alami. Arya merasa beruntung bisa memiliki istri seperti rania. 

" I love you my wife "

Arya mencium kening istrinya dan menyusul nya ke alam mimpi. 

....

Matanya mengerjap pelan kala cahaya matahari menembus dari celah gordengnya, mata itu terbuka menyesuaikan cahaya yang mulai masuk sepenuh nya pada retina mata polosnya. 

Hoamm

Rania merasakan hembusan nafas di pipinya dan juga beban di perutnya, perlahan tapi pasti dia menolehkan matanya kesamping dan what the.

Ketika rania akan berteriak dia teringat kejadian kemarin, dia sudah menikah. Bagaimana bisa ia melupakannya, bodoh. 

Dia beranjak dari tidurnya untuk mandi, setelahnya dia turun untuk membuat sarapan untuk nya dan em suaminya. 

Sepuluh menit rania berkutat didapur, memasak nasi goreng telur mata sapi dan Blberes, rania sudah selesai memasak dia kembali memasuki kamarnya untuk membangunkan arya. 

" Bangun "

.

Tidak ada sautan, arya masih asik terlelap dimimpinya. 

" Iss arya bangunn"

" Bangun udah siang "

" Ya nanti kita telat ke sekolah "

" Heh kebo banget si"

Rania menepuk nepuk pipi arya, tapi tidak ada tanda bahwasannya arya akan bangun. Tidak ada cara lain.

Rania menutup hidung arya dengan tangannya dan berhasil

" Uhuk uhuk lo gila ya, hah?"

 Rania mengerjap pelan, memasang tampang polosnya dan menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri. 

Arya yang melihat itu hanya mendengus, sial dia tidak jadi marah karena melihat betapa polosnya muka rania. 

" Gue mandi dulu "

Rania menyiapkan semua keperluan arya tanpa diminta, lalu melangkahkan kaki menuju ruang makan. Dia memutuskan untuk menunggu arya disana. 

Tak berselang lama arya turun dengan seragam yang dikeluarkan dengan 2 kancing atas yang terbuka.

" Apa liat liat? "

Rania hanya menggeleng sebagai jawaban. 

" Ini lo yang masak? "

Rania mengangguk pertanda iya. 

" Lo bisu? "

" Ngga "

"Cepet sarapan, nanti telat. Jangan lupa minum susu nya "

Rania mendengus pelan ketika arya meninggal kannya di meja makan, siapa yang bangun siang coba? Kenapa dia ditinggal:v

" Pegangan "

" Gamau "

" Mau pegang sendiri apa gue tarik paksa tangan lo? "

Rania memukul helm yang arya kenakan.

" Nyebelin " pekiknya seraya memegang pundak suaminya.

" Gue bukan ojek "

" Yang bilang lo ojek siapa jamal? "

" Pegangan yang bener "

" Ini ud.. " belum sempat rania menyelesaikan perkataannya, arya sudah menarik tangannya terlebih dahulu. Tangan rania kini melingkar dengan anggun di pinggang arya.

" Gini "

Rania hanya diam, dia sedang sibuk menormalkan detak jantungnya yang dengan tiba tiba terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. 

Sedangkan arya sedang mengulum senyum melihat wajah rania yang memerah dengan bibir yang ditekuk dalam, menggemaskan. 

Mereka sampai diparkiran, kali ini parkiran lebih ramai dari biasanya. Disana terdapat anggotanya dan juga aurel. 

Rania turun dari motor milik arya, dia hendak melepaskan kaitan helmnya. Tapi sebelum itu terjadi arya sudah lebih dulu mengambil alih, dengan hati hati arya melepaskan helm dari kepala rania tak lupa merapihkan rambut yang beralih tatanan. Semuanya tak luput dari pandangan orang sekitar. Sebelum

" Akhhh "

Rania terdorong kesamping, tangannya membentur body motor milik arya. Semuanya terlalu cepat sampai orang orang tak menyadari. 

" Heh jalang, ngapain lo deket deket cowo gue " karina maju dan sedikit lagi akan menyentuh rambut rania, tapi sebelum itu terjadi rambutnya sudah dijambak terlebih dahulu oleh arya. 

" Bangsat, ngapain lo dorong cewe gue anjing " arya menghempas kasar karina ke tanah dengan tangan yang masih memegang rambutnya.

" Awshh sa sakit ya, shh le lspasjh"

Karina mendesis menahan sakit dikepalanya.

Arya mencengkram kuat dagu karina, mendongakkan kepalanya keatas,

" Sekali lagi lo ganggu cewe gue, bue abisin lo bitch "

" Udah ya, gue gapapa" rania memegang lengan arya dan mengelusnya pelan.

Arya mengatur nafasnya pelan, dia berbalik menatap rania yang menundukan kepalanya. 

" Kamu gapapa hm? "

Rania hanya menganggukan kepala sebagai jawaban, tanpa kata arya menggendong rania ala brydal style, rania yang diperlakukan seperti itu memekik dan dengan refleks mengalungkan tangannya ke leher suaminya. 

Sedangkan yang lain hanya melotot menatap tak percaya kepada arya yang sudah berjalan dengan rania yang berada di pelukannya. 

" Wanjirr itu si bos? " revi bertanya dengan hebohnya. 

" Iya anjing ganyangka gue, kayanya mereka jadian deh " kavi dan revi menganggukan kepalanya pertanda setuju. 

" Rel mereka jadian gasi? "

" Ngga tau, rania ga bilang " aurel berlari meninggalkan mereka, dia kecewa terhadap rania yang merahasiakan hubungannya dengan arya kepadanya. 

Ardan tanpa sadar mengejar aurel yang berhenti dibelakang sekolah.

" Hiks hiks lo jahat ran "

" Kenapa hiks ga cerita "

" Gue hiks selalu ceritain semua hiks tentang gue, tapi lo? "

" Bahkan gue hikss gatau apa apa hiks huiks tentang lo  "

" Gasemua hal harus diceritakan " aurel menoleh ke sumber suara itu, dan matanya membola melihat ardan yang berada disampingnya, sejak kapan?. 

" Rania pasti punya alesan kenapa dia ga cerita sama lo "

" Hiks Ta-tapi "

" Belum waktunya, sabar. Nanti akan ada jawaban dari pertanyaan yang kamu fikirkan " ardan beranjak dari duduk nya, meninggalkan aurel yang termenung di tempatnya

.....

" Turunin gue "

Sudah puluhan kali rani meneriaki arya bahkan memukul mukul punggung kekar arya dengan tangannya tapi arya sama sekali tak bereaksi. 

" Mau turun hiks hikss "

Rania kesal, dia lelah karena sedari tadi berteriak minta diturunkan tapi arya tidak menurunkannya melainkan mempercepat 

langkahnya.

" Ck diem " arya menurunkan rania di brankar Uks dan mengambil antiseptik dengan kapas dan juga plaster. 

Rania menatap bingung ke arah arya yang sibuk meneteskan antiseptik ke kapas ketika dia akan bertanya tiba tiba lengannya terasa sakit dan

" Awss sakit "

" Shh pelan pelan bisa gasi, gada lembut lembutnya "

" Ini udah pelan,  lo diem "

" Awsh perihh "

" Dikit lagi "

" Udah aah gamau "

" Gue bilang dikit lagi "

Brakkk

Tiba tiba pintu didorong kasar dari luar.

" Ehh ko ga ngapa ngapain si " revi bertanya dengan polosnya. 

" Lah iya, ko lo ga ngapa ngapain si ya " raka juga memasang tampang bingungnya. 

Rania mengerjap mendengar pertanyaan teman dari suaminya. " Emang harus ngapain? "

" Yee polos banget si ran, ya ena ena lagian kalo didenger dari luar suara lo bedua kaya orang.. "

Bukk

Sebelum revi menyelesaikan ucapannya arya sudah lebih dulu membungkam mulutnya dengan bantal yang berada digenggamannya. 

Revi melihat arya yang sedang menatapnya tajam, dia hanya bisa mengeluarkan cengiran andalannya dan ditambah peach. 

" Pisss bos "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status