Berawal dari penemuan ruang bawah tanah di ruang kerja suamiku, dari situ aku mengetahui rahasia besar yang selama bertahun-tahun dia sembunyikan dariku. Soal sosok yang selama ini ada diantara aku dan Mas Nata.
Lihat lebih banyakPengakuan Yuna sukses melukai Afnan, namun lelaki itu sadar diri dan hanya bisa diam.Bicara saat Yuna bertanya, selebihnya memilih untuk bungkam. Ia terus mengikuti langkah Yuna yang tampak semangat belanja, bukan untuknya tapi untuk orang rumah termasuk Nisa dan Bu Dini.Ada rasa iba yang dirasakan Yuna melihat seperti apa kondisi kehidupan keluarga suaminya yang jauh dari kata layak menurut Yuna. Terlihat dari pakaian mereka yang sudah lusuh dengan warna memudar."Nanti saya ganti uangnya.""Hm." Yuna hanya menyahut singkat, fokusnya pada penjual jajanan yang berjejer.Sebenarnya Yuna sama sekali tidak minta uangnya dikembalikan. Ia murni melakukan itu karena hatinya tergerak, ia juga diperlakukan dengan baik oleh keluarga Afnan."Jajanan apa yang enak?" Yuna melirik Afnan yang berdiri agak jauh darinya."Semua enak, tergantung selera, Dek."Apa yang dikatakan Afnan tidak salah makanya Yuna tidak mencak-mencak. Masalahnya ia tidak pernah jajan di tempat seperti ini yang isinya bera
“Ini dari Mbak Aura?” Afnan terbelalak melihat aneka menu makanan di hadapan Yuna.“Enak saja. Aku beli sendiri,” sahutnya lalu mencomot udang crispy.“Oh ya, saya mau minta tolong sama kamu.”Sebelah alis Yuna terangkat. “Berani minta tolong setelah-”“Saya mohon, ibu saya sakit. Saya nggak mau ibu makin drop nantinya. Kamu nggak perlu bersikap baik ke saya tapi setidaknya ke ibu. Tolong jangan meninggikan suara di hadapannya, saya mohon.” Afnan menjatuhkan harga dirinya, memohon pada Yuna untuk kenyamanan sang ibu.Tadi di jalan Afnan sudah bilang pada ibunya kalau ia sebenarnya sudah menikah dan istrinya ada di rumah. Mendengar itu, ibunya tentu kaget tapi bahagia karena akhirnya putranya itu menikah karena selama ini tidak ada yang mau pada Afnan karena pemuda itu sangat miskin.“Gratis?” Kedua tangan Yuna terlipat di dada.Afnan semakin gusar karena tadi ia meminta ibu dan adiknya menunggu di depan.“Apapun yang kamu minta, selama saya bisa. Saya lakukan.” Hanya itu yang bisa dik
Pengantin baru itu duduk dalam posisi berjauhan. Tadi Afnan mencoba menjelaskan pada mertuanya soal apa yang terjadi. Nata yang awalnya khawatir bisa bernapas lega karena Yuna disentuh suaminya sendiri bukan orang lain.Memang Yuna saja yang berlebihan, ia lupa kalau sudah menikah dan harus melayani lelaki yang menjadi suaminya. Berhubung yang terjadi begitu mendadak membuatnya lupa akan status barunya.Saat ingatan soal semalam melintas dalam benak, Yuna malu sendiri karena ia yang lebih dulu mengajak Afnan. Tapi bukan Yuna namanya kalau mengakui kalau dirinya yang memulai. Gengsi perempuan satu ini sangat tinggi.Mana Papa nggak belain aku lagi.Yuna menggerutu dalam hati. Ia sudah kehilangan mahkota berharganya yang ia jaga tapi satu hal yang seharusnya tidak ia sesali, setidaknya ia melakukan dengan lelaki yang sah menjadi suaminya bukan kekasihnya yang sudah berulang kali memberikan kode pada Yuna untuk mau diajak melakukan hal di luar batas.Karena terlalu cinta bisa membuat Yun
Bagaimana caranya aku beritahu ibu dan Nisa ya soal kejadian tadi malam?Sepanjang perjalanan pulang, Afnan memikirkan hal itu. Tidak mungkin kalau menyembunyikan Yuna karena besok ibunya pulang.Ia ingin segera sampai di rumah untuk memastikan Yuna baik-baik saja. Sebenarnya perasaannya tidak karuan saat meninggalkan Yuna karena gadis itu sendirian di rumah dan tidak tahu menahu soal daerah di sana. Meski sudah beberapa kali liburan tapi tidak pernah masuk ke pemukiman warga.Butuh waktu lama untuk sampai di rumah kalau menggunakan angkutan umum, kecuali pakai kendaraan pribadi. Tapi apa daya, motor saja Afnan tidak punya.Awan sudah mulai menghitam dan suara guntur bersahutan. Afnan yang baru saja turun dari angkutan harus berjalan menuju rumahnya ditemani rintik hujan yang mulai lebat.Baru saja pukul dua siang tapi langit begitu gelap. Langkah lelaki itu semakin cepat karena khawatir pada Yuna. Gadis itu memang tidak dikenalnya tapi Afnan punya tanggung jawab untuk menjaganya kare
“Dek, jangan nangis. Nanti saya antar kamu pulang.”Bukannya mereda, tangis Yuna semakin menjadi.“Memang kamu punya uang antar aku pulang?” bentaknya.Yuna tidak bisa pulang sendiri, saat ini dalam dompetnya hanya ada kartu debit kosong. Biasanya memang diisi setiap bulannya oleh papanya untuk bulan ini jelas sudah dihabiskan untuk berlibur apalagi mengingat kemarin adalah hari terakhir dan rencananya akan pulang hari ini.Tapi naas kejadian tak diinginkan malah menghambat jalannya untuk pulang.Afnan terdiam. Ia tidak tahu dimana Yuna tinggal tapi sudah dipastikan di kota dan butuh ongkos yang tidak sedikit untuk pergi ke sana. Untuk makan sehari-hari saja Afnan kesulitan apalagi mengumpulkan uang untuk mengantar Yuna pulang.Beruntung karena biaya pengobatan ibunya ditanggung pemerintah karena mereka memang warga miskin.“I-iya, nanti saya usahakan.” Meski dirinya tidak yakin dapat uang dari mana.Tidak ada orang yang mau meminjamkan uang karena tahu Afnan tidak akan bisa membayar
“Apa? Digerebek?”Hana terperanjat mendengar teriakan suaminya. Jantungnya berdetak kencang karena dibuat kaget.“Saya kesana sekarang.” Pria tua itu menghembuskan napas kasar, rahangnya mengetat.“Kenapa, Mas?” tanya Hana dengan heran.Jam dua dini hari, Nata mendapatkan panggilan yang membuatnya langsung olahraga jantung.“Yuna ....”“Yuna kenapa?” Seketika wajah Hana langsung panik.“Mas ceritakan di jalan. Kita pergi sekarang!” Nata turun dari ranjang sambil menghubungi seseorang.Hana masih bergeming. Ia terbangun karena suara suaminya dan sekarang pria itu tidak memberikan informasi yang jelas.“Sayang, ayo!”Nata sudah menunggu di ambang pintu.Hana pun menyusul setelah menyambar jaket karena di cuaca begitu dingin menusuk tulang.Perasaannya sudah tidak karuan saat Nata menceritakan kalau Yuna digrebek. Gadis yang baru saja lulus SMA itu pergi berlibur bersama dengan teman-temannya. Bukan tanpa pengawasan, Mama Rani ada di sana. Ia tidak akan mungkin melepas cucunya sendirian.
“Maaf.” Arga semakin mengeratkan pelukannya.Ia memang tidak akan bisa menghapus luka itu tapi akan mencoba menggantikannya dengan kebahagiaan. Melupakannya memang bukan sesuatu yang mudah apalagi wanita tidak akan mudah lupa dengan apa yang sudah dialaminya apalagi sesuatu yang menyakiti.“Nggak pa-pa. Aku juga minta maaf, harusnya nggak bahas soal itu lagi.” Laissa membalas dekapan suaminya tak kalah erat.Laissa tertatih untuk bisa menerima semuanya, tidak mudah tapi tetap ia jalani karena yakin di depan sana ada pelangi yang menanti. Seberat apapun masalah pasti akan ada jalan keluarnya dan Laissa menunggu itu.Ia mengobati lukanya bersama dengan si pemberi luka. Itu obat terbaik menurutnya.***Satu bulan sudah berlalu dan sosial media sudah dinyatakan bersih dari foto-foto yang beredar. Foto kebersamaan Arga dan Aura yang disebearkan wanita itu, foto itu juga yang dulu dikirimkan pada Laissa. Sebenarnya satu hari setelah kejadian, semua foto sudah dilenyaplan api tetap saja haru
“Nggak kok.” Arga memasukan ponsel Laissa ke dalam saku celananya.“Mas-”“Ayo turun, aku harus cepet-cepet makan biar minum obat ‘kan?”Laissa mengalah, ia berjalan lebih dulu keluar dari kamar itu untuk menyiapkan. Sedangkan Arga mengambil kesempatan untuk menghubungi salah satu temannya.“Urus ulah yang dibuat lont* itu! Gue kirim linknya.”Padahal Aura ada di penjara tapi wanita itu masih bisa berbuat ulah, sudah pasti ada yang membantunya tidak mungkin ia bertindak sendiri.Arga menghapus pesan dari Karina. Ia akan menyembunyikan ponsel Laissa agar wanita itu tidak mendengar berita yang memalukan itu.Kalau Arga sudah turun tangan, maka berita seperti itu bisa hilang dengan cepat. Sebelum nama baiknya dan keluarga tercoreng, ia harus segera ambil tindakan.“Mas, ngapain lagi?” Suara Laissa dari luar tedengar.“Iya, iya.” Arga melemparkan benda pipih itu ke atas lemari setelah menonaktifkan ponselnya.Niatnya baik, ingin menjaga perasaan sang istri. Apalagi mereka baru memulai lag
Orang itu gegas sembunyi agar tidak ketahuan karena beberapa orang di bawah mendongak ke atas.Sedangkan di bawah, Laissa gemetar melihat Arga yang sudah tidak sadarkan diri dengan kepalanya yang mengeluarkan banyak darah.Bukan Laissa yang kena tapi Arga.Sepanjang perjalanan Laissa menangis, perasaannya tidak tenang. Tangannya yang menyentuh pipi Arga gemetar. Beruntung tidak sampai pingsan karena sekarang dress bagian bawahnya yang berwarna biru muda itu sudah menjadi merah karena darah dari kepala Arga.Sampai di rumah sakit terdekat, Arga langsung ditangani.“Pa, ke rumah sakit sekarang.” Sambil terisak Laissa menghubungi papanya, ia tidak bisa di sini sendirian.Rasa takut menyelimuti hatinya.“Kamu kenapa, Nak?” Disana Nata juga ikut cemas karena mendengar suara putrinya.“Mas Arga, Pa. Papa cepetan kesini.”Setelah sambungan telepon terputus, Laissa mengirimkan lokasinya saat ini. Ia berjalan mondar-mandir di depan ruangan itu dengan gelisah, tak berhenti berdoa untuk keselama
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.