Share

Maaf?

Haruskah aku memaafkannya? Sedangkan luka yang ia torehkan sampai sekarang masih menganga.

Dia sudah berpulang, aku tahu. Tapi bisakah itu menjadi alasan?

Bukankah itu memang pantas untuknya, bahkan kematiannya tidak cukup untuk membayar luka dan penghinaan yang aku tanggung. 

Harusnya aku bahagia mendengar kabar ini, tapi kenapa aku justru seperti ini. Aku terluka, benarkah aku masih mencintainya? Pria yang telah tega mengkhianatiku dengan sahabatku sendiri. 

Tidak! Aku tidak mau memaafkannya.

***

Ingatanku berputar pada kejadian satu setengah bulan yang lalu.

Aku terbangun di atas ranjang rumah sakit, tubuhku dipasangi banyak sekali selang. Sakit, itulah satu hal yang aku ingat. 

Luka operasi caesar masih terasa. Di ruangan ini aku sendirian. Tidak ada siapapun, di mana suamiku?

Sekali lagi, aku edarkan pandangan ke seluruh ruangan. 

Kosong, benar-benar tidak ada siapapun di sana. 

Dua jam aku sendirian, sampai akhirnya suster masuk ke ruanganku.

"Mbak Hayati, Mbak sudah bangun? Sebentar saya panggilkan dokter," ucapnya, kemudian keluar.

Aku kembali sendirian di ruangan ini, tidak lama kemudian suster yang tadi sudah kembali. Ia tidak sendirian, melainkan seorang dokter bersamanya. 

'Bayu?' Batinku. 

Aku terkejut melihat dokter yang menanganiku adalah Bayu, pria yang dulu aku tolak karena aku sudah jadian dengan Mas Farhan. Dia sudah jadi dokter hebat sekarang. 

Setelah memeriksa kondisiku, dia mengatakan hal yang mengejutkan untukku. 

"Bagaimana keadaanku, Dok?"

"Alhamdulillah, ada peningkatan. Besok kamu sudah boleh pulang. Semuanya sudah stabil, tapi kamu masih butuh istirahat setelah koma selama tujuh hari," tutur Bayu. Sukses membuat mataku melotot. 

"Koma?" Aku tidak percaya.

"Benar, Hayati. Sekarang kamu istirahatlah, aku masih banyak kerjaan. Permisi." Bayu pamit undur diri. 

Dia memang laki-laki yang patut aku acungi jempol. Meskipun aku pernah menolaknya, dia sama sekali tidak menaruh dendam padaku.

"Suster, di mana suami saya suster?" tanyaku pada suster yang sedang mengganti botol infus.

"Kami sudah menghubunginya, Mbak. Sudah empat hari ini, tidak ada satupun keluarga Mbak yang datang menjenguk, Mbak," kata suster itu dengan nada miris. 

"Apa benar begitu, Suster?" Mataku berkaca-kaca. 

"Benar, Mbak. Maaf jika informasi yang saya berikan membuat hati Mbak sakit. Mungkin keluarga Mbak sedang sibuk. Jadi tidak sempat menjenguk." Suster itu menenangkanku. 

Sayangnya aku bukan anak-anak. Yang akan diam saja setelah diberi permen.

Sejak pagi sampai menjelang sore, aku tidak melihat ada tanda-tanda suamiku akan datang menjenguk. 

Bertanya dengan suster, namun hanya jawaban yang sama yang ia berikan. Hal itu membuat hatiku semakin sakit, lebih sakit daripada luka operasiku. 

Karena rasa penasaran, apa yang membuat mereka sampai tidak sempat datang menjengukku, aku memaksa dokter untuk mengijinkanku pulang hari ini juga. 

"Sus, saya ingin bicara dengan Dokter," kataku pada suster yang membersihkan ruanganku. 

"Baik, Mbak. Saya panggilkan dulu." Sister itu pergi. 

Aku menunggu agak lama di ruangan ini. 

Ceklek.

Bayu masuk ke ruanganku. Dia langsung menanyakan keperluanku.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya. Aku mengangguk. 

"Aku ingin pulang sekarang, Dok," ucapku penuh penekanan.

"Tapi, kondisimu belum benar-benar pulih."

"Aku ingin pulang, lagipula aku sudah sehat!" bentakku tanpa sadar.

"Tapi ...."

"Tolong, Bayu. Aku harus segera pulang." Aku memohon. 

Akhirnya Bayu mengijinkan, dengan syarat tanganku tetap diinfus. Aku menyetujuinya. 

***

Setiap wanita akan merasa was was sepertiku. Apa sebutan yang pantas untuk keluarga, yang membiarkan salah satu anggota keluarganya yang sedang koma di rumah sakit tanpa ada satu orang pun yang menjaga. 

Sedangkan, bayinya di bawa pulang? 

Aku menolak diantar ambulan, karena akan mengundang perhatian saat aku datang. 

Aku memilih naik taksi, bersama seorang suster yang menemaniku. Awalnya aku menolak ditemani, tapi karena pihak rumah sakit yang mengancam akan mencabut ijinku, maka aku pun mau ditemani.

Aku dibuat terkejut oleh banyak kejutan yang keluargaku sendiri buat. Aku koma, dan mereka berpesta?

***

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status